IHTG | 01. Janji

8.8K 375 37
                                    

"Jangan kebanyakan janji, kalau nggak bisa ditepati."

- Reyna Putri Khairunnisa

»»——⍟——««

Waktu menunjukkan hampir pukul tujuh, tetapi pemuda yang tertidur dengan pulas tak terusik sedikitpun, walau cahaya matahari telah menerobos ke dalam kamarnya.

Rina - sang Mama mulai terdengar mengetuk pintu kamar untuk membangun anaknya yang masih belum menjawab teriakannya. Rina tahu, putranya susah dibangunkan karena tidur terlalu larut. Sudah sering diperingati, namun tetap saja diabaikan.

"Ray? Bangun, ini sudah siang!" teriak Rina.

Ya, pemuda itu Ray. Anak dari seorang pengusaha bernama Rian Amalta dan mamanya Rinaya Citra Kirana, seorang ibu rumah tangga. Rina telah menjaga Ray dengan sepenuh hati, walau suka marah-marah karena dirinya yang memang suka mencari masalah.

Ray memang sangat susah untuk dibangunkan, alhasil Rina masuk ke kamar Ray. Untung saja pintu kamar Ray tidak dikunci, jadi ia bisa membangunkan Ray dari dalam. 

Anaknya itu memang sangat susah dibangunkan, alhasil Rina masuk ke kamar Ray. Untung pintunya tidak terkunci.

"Ray! Bangun, ini sudah siang. Kamu tidak sekolah?!" Rina menepuk pipi Ray.

"Bangun, Ray. Ini sudah siang!" Berhasil, Ray bangun karena terganggu dengan teriakan sang Mama. Terkejut, dan langsung bangkit dari tidurnya. Melihat ke arah jendela dengan pancaran matahari yang terik.

"Pergi mandi sana! ini sudah jam 7 kurang," titah sang Mama.

Dengan gerakan cepat Ray bangkit dan mulai melakukan rutinitas sebelum berangkat. Selagi anaknya mandi, Rina membereskan tempat tidur si bungsu. Sudah pukul tujuh, Rina yakin jika anaknya akan terlambat hari ini.

Setelah selesai Rina pun turun menyiapkan bekal untuk putranya itu. Sedangkan Ray sudah selesai dengan seragamnya, sekarang ia sudah ke bawah untuk berpamitan oleh mamanya.

Selesai dengan kegiatannya, Rina pun kembali ke bawah untuk menyiapkan bekal. Sedangkan Ray, sudah selesai memakai seragam, dia langsung turun ke bawah dan menghampiri mamanya.

"Ma, Ray berangkat dulu ya," pamit Ray.

"Iya hati-hati ya. Kamu jangan ngebut bawa motornya," ujar Rina.

"Iya, Ma, assalamu 'alaikum," ucap Ray. Tak lupa menyalami tangan Rina.

"Wa'aikumsalam," jawab Rina.

Tanpa sadar, Rina melupakan sesuatu yang harusnya dia berikan pada Ray.

Setelah berpamitan Ray pun segera berangkat dengan motor kesayanganya itu. Ray yakin pasti ia akan terlambat sampai ke sekolah. Kalau saja semalam dia tidak memaksakan tugas selarut itu. Pasti ia tidak akan sampai setelat ini. Tapi mau bagaimana lagi, tugas itu akan dikumpul pada saat jam pertama dimulai, tidak sempat untuk Ray mengerjakannya di sekolah dengan soal matematka sebanyak 40 soal. Semoga saja jalanan tidak macet supaya ia tidak semakin terlambat.

Sekitar lima belas menit, Ray sampai di depan gerbang sekolahnya. Sudah dipastikan bahwa dia terlambat dan benar, pagar telah ditutup sempurna oleh satpam.

Melihat Ray kebingungan, satpam yang menjaga gerbang tersebut pun menghampiri Ray yang berada di luar pagar.

"Kenapa kamu terlambat?"

"Kesiangan, Pak," jawab Ray dengan nada pelan.

"Jadi ketua osis itu harus disiplin, masa kamu terlambat. Yang ada semua murid bakalan ikuti yang enggak baik," kata pak Burhan—satpam tersebut.

I Have To GO [COMPLETED] [Tahap Revisi]Where stories live. Discover now