5. Rumah Tinggal

2.3K 275 27
                                    

Lepas maghrib, aula mini di Yayasan Absarina mulai terlihat ramai oleh aktifitas. Sebentar lagi akan ada kegiatan non formal yang biasa dilakukan setiap dua kali seminggu. Mereka menyebutnya story telling. Dalam sesi ini, siapa saja bebas bercerita. Menceritakan pengalaman hidup, berbagi informasi atau sekadar untuk mengungkap keluh kesah. Sesi ini merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam program pendampingan di Yayasan Absarina.

Aily sedang menata meja berisikan makanan ringan yang sengaja disiapkan untuk kegiatan itu. Tak lama Suri datang membantunya.

"Lo lihat Mas Luca, nggak?" tanya Suri, sesaat setelah mengitari penjuru rumah dengan matanya.

“Nggak," Aily menoleh sekilas pada Suri. "Ada apa nyari Mas Luca?"

"Ada perlu nih. Urgent."

"Kalau nggak ketemu dia di kamarnya, coba aja cek ke ruang seketariat, barangkali di sana."

Suri mengangguk-angguk sembari meneruskan pekerjaannya memindahkan cup puding ke nampan saji. “Oke. Gue cari Mas Luca dulu ya, Ai. Bisa handle sendiri, kan?" tanyanya setelah selesai memindahkan puding.

Aily mengangguk. Sejenak dia memandang kepergian mahasiswi bertubuh mungil yang kuliah di jurusan sinematografi itu. Suri salah satu volunteer di Absarina,  usianya tidak terpaut jauh dari Aily. Selain Suri, masih ada lima orang lagi pengurus yayasan yang berasal dari volunteer. Sisanya, empat orang pengurus lagi berasal dari Sahabat Absarina—sebutan bagi pasien yang mendapat pendampingan dari yayasan.

Selesai menata kue-kue, Aily berniat pergi ke kamarnya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Aula mini terletak di lantai satu bangunan Rumah Tinggal. Rumah Tinggal adalah asrama khusus bagi Sahabat Absarina yang ingin menginap sementara selama menjalani pengobatan dan program pendampingan. Tapi tidak jarang ada juga yang memutuskan menetap permanen di Rumah Tinggal sejak menjalani terapi pengobatan. Seperti namanya, dari luar bangunan, Rumah Tinggal layaknya rumah biasa, memiliki satu pintu utama dengan tiga lantai. Lantai pertama adalah ruangan luas tanpa sekat yang berfungsi sebagai aula mini, dengan bagian tengah ruangan yang terbuka hingga mencapai langit-langit rumah. Sebagian atap bangunan terdiri dari kaca, memungkinkan bias-bias cahaya masuk ketika siang hari. Sementara di lantai dua dan tiga, berjejer ruang-ruang kamar. Ukuran rumah itu cukup luas dengan berisikan sepuluh kamar di masing-masing lantai dua dan tiga.

Di perjalanan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua, Aily melihat Luca sedang duduk di depan teras di atas dinding pembatas sambil bermain gitar. Dari tempat itu, aktifitas di aula mini bisa terlihat dengan jelas, begitu pun sebaliknya. Aneh saja ketika Suri tidak melihat Luca. Aily melewati kamarnya dan berjalan menghampiri cowok itu, berniat memberitahu kalau Suri sedang mencarinya. Luca hanya merespons dengan gelengan pendek dan decakan halus. Respons itu membuat Aily mengerut heran.

"Kenapa, Mas?"

"Tuh anak gigih banget jadiin gue model,” jawabnya dengan nada jengkel yang tak tersembunyikan.

"Model?”

"Dia dapat tugas bikin ILM. Dari kemarin ngoyo banget minta gue jadi castnya."

"Kenapa nggak mau?"

Luca tidak menjawab, mengerdik tak acuh lalu memilih fokus pada gitar dipangkuannya. Melihat dari gelagatnya, jelas kalau cowok itu tidak tertarik. Sampai di sini, Aily paham mengapa Suri ingin menjadikan Luca pemeran dalam proyek kuliahnya. Bisa jadi itu salah satu trik Suri agar iklan yang digarapnya menarik perhatian, terutama untuk cewek-cewek, mengingat Luca punya wajah blasteran yang rupawan.

Interval Where stories live. Discover now