3. Sosok yang Berbeda

3.2K 347 16
                                    

"Hai, Vic," sapa gadis itu. "Sori kalau gue nyamperin lo ke sini tanpa ngabarin."


Tanpa bisa dicegah Vic mengamati Lyric, yang berdiri di hadapannya. Matanya otomatis tertuju pada beberapa gelang anyam yang melingkar di pergelangan gadis itu. Melihatnya Vic jadi gelisah, segera membuang pandangannya ke arah lain.

"Abisnya lo susah banget dihubungi, jadi gue langsung aja datang ke sini. Semoga lo nggak keberatan."

"Ada yang bisa gue bantu?" tanya Vic mengalihkan ketidaknyamanannya.

"Gue dengar dari Qouri, katanya lo ngajar alat musik di sini. Kebetulan kakak gue lagi nyari instruktur alat musik buat anaknya."

"Lo bisa langsung ke bagian resepsionis. Nanti lo akan banyak dapat informasi dari sana. Ayo, gue antar. Mau belajar alat musik apa?"


"Eh, Vic," gadis itu menahan sikunya saat dia hendak mendekat ke meja resepsionis. "Kakak sepupu gue mintanya kursus privat. Lo ngajar privat juga, kan?"

"Khusus untuk gitar dan piano."

"Pas banget kalau gitu, ponakan gue umurnya dua belas tahun mau privat piano, katanya," terangnya, lalu matanya membentuk garis tipis selagi bibirnya melengkung lebar.

Ketika tanpa sengaja memperhatikan senyum itu, Vic baru tahu, ada ceruk kecil di salah satu pipi jika gadis itu melakukannya.

"Jadi gimana, Vic, jadwal kelas privat lo masih longgar, kan?"

Untuk kali kesekian, Vic menahan diri untuk tidak langsung menatap Lyric dan mengiyakan tawarannya.

"Atau lo perlu ngomong dulu sama kakak gue?"

"Kapan mau mulai privat?" tanya Vic akhirnya

"Secepatnya."

"Gue harus atur jadwalnya dulu. Nanti akan gue kabari," Vic beralasan.

Lyric mengangguk. "Oh ya, kalau soal biaya, kakak gue udah dapat rinciannya dari Qouri. Nggak ada masalah sama biayanya."

Sekarang Vic baru mengerti mengapa beberapa hari lalu, Qouri sempat menanyakan soal biaya privat alat musik padanya.

"Berhubung gue di sini dan kita udah ketemu, gimana kalau kita keluar bentar? Gue tadi juga udah nanya ke bagian resepsionis, katanya lo nggak ada kelas lagi setelah ini. Atau lo lagi ada janji? Gue harap sih nggak ya."


***

Setelah menyusuri warung tenda pinggir jalan tidak jauh dari studio HMC, mereka sepakat berhenti di tenda penjual sate. Mereka duduk berhadapan di bangku panjang yang dekat pintu masuk, setelah memesan dua porsi sate ayam. Vic menjatuhkan perhatiannya pada pemilik warung yang sedang membakar sate di depan tenda, sedikit mengabaikan Lyric yang sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya.

Setelah Lyric berhenti berbicara di telepon beberapa saat kemudian, Vic membiarkan suasana di antara mereka tetap hening. Tidak ada percakapan karena Vic juga tidak tahu harus memulai obrolan dari mana. Berhadapan dengan Lyric selalu membuat isi kepalanya seakan penuh dengan kecemasan dan rasa bimbang.

Interval Where stories live. Discover now