Prolog

224 17 2
                                    

Flashback

Dan sekarang disinilah aku, disebuah club malam yang kudengar adalah milik dari paman Bradley.
Aku tak tahu harus berbuat apa, tempat ini benar-benar diluar ekspetasiku mengenai kencan yang kuidam-idamkan bersama pria yang kusukai.

"Kau mau minum sesuatu? "
Bradley berbicara cukup keras ditelingaku mencoba menyeimbangi suara musik club yang terdengar sangat keras.

"Orange Juice" Jawabku singkat sambil mencoba tersenyum menutupi kegugupanku pada pria tampan yang duduk tepat disebelahku.

"Baiklah, akan kupesankan" Bradley berdiri dan berjalan meninggalkanku sendirian di sofa hitam berukuran untuk 3 orang yang terletak diantara sekat-sekat kaca dikira kanannya dengan ukiran mawar merah di kaca yang bisa membuatku bercermin sesaat memperbaiki poniku yang sedikit berantakan dan merapikan rok jeans selututku yang menjadi diatas lutut saat aku duduk. Ini terasa sangat ketat dan benar-benar tidak nyaman, namun karena banyak wanita popular disekolah menggunakannya, aku memutuskan membeli rok jeans ini dan blouse Putin yang kupilih kemarin bersama Zoe.

Aku memperhatikan sekelilingku, memperhatikan para wanita yang berpenampilan cukup seksi sedang menari dan duduk bersama para wanita seksi lainnya ataupun duduk bersama para pria.

Tak lama kemudian aku melihat Brad berjalan membawa dua gelas minuman dan berjalan kearahku. Brad menggunakan Kemeja lengan pendek berwarna hitam dan celana jeans, ya penampilannya tetap menawan menggunakan apapun itu.

"Ini" Brad menyerahkan orange Juice kepadaku dan duduk kembali disebelahku.

Ia menyesap minumannya dan memperhatikanku.
"Kau terlihat cantik tanpa kacamatamu." Ujar Brad sambil menatapku.

"Terima kasih." Jawabku dengan kegugupan yang tak kunjung pergi.
Aku benar-benar bersyukur mengambil uang tabunganku untuk membeli kontak lense ini dan menggantikan kaca mataku.

"Kalau kutahu kau bisa secantik ini, aku akan mendekatimu dari dulu" Ujar Brad tetap menatapku dengan tangan yang mengusap rambutku.

Aku tak bisa berkata apa-apa menjawab ucapan Brad, wajah Brad semakin dekat kearahku dan nafasnya mulai kurasakan diwajahku.

Oh my God, jantungku berdetak keras dan aku benar-benar bingung harus melakukan apa.

Bibir Brad menyentuh bibirku, terasa lembut. Sensasi yang benar-benar baru buatku.

Kurasakan tangan Brad mengusap pahaku membuat merasa geli, tanganku hanya menggenggam pinggir rokku dengan kencang, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, hingga ciuman Brad menjadi lebih dalam dan tangannya mulai mengusap semakin dalam mencoba masuk kedalam rokku. Tanganku reflek memegang tangannya, ini bukan hal yang aku harapkan dari kencan pertamaku dengan Brad.

Aku mencoba menarik wajahku dari Brad, namun ditahannya menggunakan tangannya. Brad kirinya mengusap kembali pahamu dan membuatku reflek mendorong tubuhnya menjauh dari tubuhku.

Ia menatapku dengan tatapan aneh yang membuatku tak nyaman.

"Kau mau kita pindah ke Hotel atau tempat lain? Tanyanya dengan nada seakan tidak terjadi apapun.

Terasa seperti pukulan menampar wajahku. Apa aku terlihat begitu murahnya? Apa aku terlihat seperti wanita yang sengaja menyerahkan tubuhku pada pria dihadapanku?

"Maaf, aku harus pulang. " Jawabku singkat mencoba menahan rasa gugup, sedih, kecewa, hancur dan berbagai perasaan yang benar-benar membuatku ingin berteriak.

Dengan cepat aku mengambil tasku dan berjalan dengan cepat mencari pintu Keluar, beberapa kali aku menabrak orang-orang yang memenuhi club dan terus berjalan dengan cepat hingga akhirnya aku dapat Keluar dari Club itu, aku bankan tidak tau apakah Brad mengikutiku atau tidak. Aku tidak tau dan aku benar-benar ingin pulang. Segeraku mencari HPku dan menelpon Taxi. 

****
Menyelesaikan kuliahnya, bekerja ditempat impiannya, menikah, mempunyai anak lalu menua bersama pasangan. Keinginan Eliza sesederhana itu, namun takdir berkata lain, kehidupannya menjadi penuh lika-liku sejak ia bertemu pria yang pernah menjadi bagian dimasa lalu hidupnya.

I WillWhere stories live. Discover now