Bab 1 : Hanya Pengagum Rahasia

78 23 6
                                    

Drrrt..drrtt

Mira meraba-raba kasur, berusaha mencari ponselnya yang sedang berdering. Setelah dapat, dia mendekatkan ponsel pada telinganya.

"Hm?"

"Oyy, Dimana lo?"

Teriak seseorang di telepon, sontak Mira langsung menjauhkan ponselnya.

"Dirumah, kenapa emang?"

"Buset, ini udah jam 10 pagi. Gilaa, lo belum siap-siap?"

Mira melirik jam beaker berbentuk kucing di atas nakasnya, dilihatnya sudah pukul 10 pagi . Seketika matanya langsung membulat, Kakinya langsung beranjak menuruni kasur dan melempar ponselnya ke kasur. Secepat kilat bergegas menuju kamar mandi.

"Ra?" Suara telefon Caca masih tersambung.

"Langsung ngibrit kali ya" Caca langsung memutus telefonnya.

Selepas mandi, Mira mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Ada suara getaran yang berasal dari ponselnya, ia meraihnya dan ternyata ada pesan masuk dari Caca.

Caca

Gue tunggu di cafe biasa. meja nomor 7, Oke?

Jari-jari Mira mengetik pesan balasan.

Mira

Oke.

Mira melangkahkan kakinya ke sebuah coffee shop langganan yang ia dan teman-temannya sering menghabiskan waktu bersama.

Mira mengedarkan pandangannya ke setiap nomor meja. Ia kesulitan menemukan meja teman-temannya itu, Coffe shop disini memang sangat ramai ketika hari weekend seperti hari ini.

Setelah mencari kesana- kemari Mira akhirnya menemukan meja nomor 7, ternyata semuanya sudah hadir kecuali Mira. Mira melambaikan tangannya, dan menghampiri mereka.

"Sori, kalian udah lama nunggu ya?" Tanya Mira sembari duduk di kursi kosong samping Caca.

"Selow Ra, gue juga baru dateng kok" Ucap Dinda.

Mata Mira melihat sesuatu yang kurang disana, "Btw, Caca mana?"

"Katanya, dia bakal datang terlambat, nanti dia nyusul" Jawab Dinda.

"Halo! gue udah datang~"

Dinda terperanjat, ternyata Caca sudah ada dibelakangnya.

"Sial, pagi-pagi gini udah bikin gue olahraga jantung aja." Dinda mengelus-elus dadanya.

"Eheheheh, sori" Ucap Caca sambil memeluk sahabatnya itu Dinda dari belakang.

"Yaudah, cabut yuk!" Ajak Mira.

"Lah? Cepat banget, gue aja belum pesan apa-apa" ujar Caca.

"Makan di cafe mall aja sekalian, lagian disini rame banget" Dinda menggerakkan tangannya, mengisyaratkan mereka untuk mendekat.

"Banyak diskonan, nanti kehabisan loh" bisiknya, Hasutan Dinda pasti berhasil, karena mereka semua suka yang berbau diskon.

Mira, Caca langsung berdiri dari bangkunya dengan semangat, "OTW!!"

Sesampainya mereka di pusat perbelanjaan, mata mereka langsung berbinar dengan senyuman yang sumringah. Benar kata Dinda hari ini sedang ada diskon besar-besaran di tiap outlet mall ini.

"Gila bajunya bagus-bagus banget! ><" Mira menarik Dinda yang masih terpukau melihat-lihat barang yang serba diskon.

"Kita liat itu nanti, yuk ke toko buku dulu."

Dinda mengerucutkan bibirnya, kakinya sudah melangkah kaki jauh tapi matanya beralih melihat baju itu lagi.

Sesampainya di toko buku, mereka langsung berpencar ke tempat buku yang mereka sukai.

"Sumpah ya, lo semua wajib
baca novel ini" Seru Dinda lagi.

Mira dan Caca hanya melirik buku yang dipegang Dinda sekilas, kemudian fokus dengan pencarian buku yang mereka inginkan lagi.

"Wah gila."

"Apaan lagi sih Din? Berisik banget heran" Geram Caca yang berada tidak jauh dari tempat Dinda berada.

"Itu tuh" Tangan Dinda menunjuk seorang laki-laki berkacamata yang memakai Sweater berwarna dongker sedang membaca buku di sofa khusus membaca.

Caca menyenggol lengan Mira "Itu Devan kan?"

"Iya,"

"Ganteng juga ya?" Ucap Caca. Lalu diteloyor oleh Dinda "Yeh, lo udah punya Jeri juga!"

"Oiya lupa, maklum suka khilaf kalo liat yang ganteng" Dinda melirik Mira "Sori Ra." Jawabnya cengengesan.

Mira dan Dinda menggeleng kepala sambil berdecak, melihat kelakuan temannya itu.

Tiba-tiba Dinda berteriak lalu menutup mulutnya dengan tangan.

"Lo kenapa Din?" Tanya Mira yang terheran.

"Iya, tiba-tiba teriak begitu. Emang ada apaan?" Tanya Caca

"Gila, itu yang pake sweater pink si Salwa kan?" Suara Dinda menjadi pelan ketika menyebutkan nama Salma.

"Salwa kenapa?" Raut wajah Mira yang tadinya sumringah seketika berubah menjadi datar setelah mendengar nama Salwa.

"Eng-enggak, bukan Salwa yang itu kok" Ucap Dinda seraya menutupi sosok Salwa dari kejauhan dengan badannya. Agar Mira tidak dapat melihat kehadiran Salwa.

Dahi Mira berkerut "jangan bohong sama gue, karena lo nggak pandai untuk berbohong" Mira menyingkirkan bahu Dinda dengan kedua tangannya. Matanya beredar kesemua sudut toko buku itu, dan ya ia langsung merasakan sesak di dalam dadanya. Rasanya, Sedih, kesal bercampur aduk menjadi satu. Matanya menangkap sosok Salwa yang sedang memeluk Devan dari belakang, dan Devan membalas dengan mengelus lembut kepala Salwa.

"Ra, lo gapapa?"

"Gue gapapa kok" Mira mengalihkan pandangannya, kakinya menuntun meninggalkan tempat itu.

"Bukan hak gue juga untuk marah" Suaranya berubah sendu. Tentu saja dia tidak akan marah. Karena dia tahu, Salwa adalah pacar Devan, dan dia pun bukan siapa-siapa.

Mira hanyalah seorang pengagum rahasia yang setia menjaga rasa sampai 2 tahun lamanya dari sang pujaan hati. Bukan hal yang gampang untuk melakukan semua itu. apalagi, setiap mereka bertemu selalu ada Salma disamping Devan. Rasanya, memang lebih baik sakit gigi daripada sakit hati.

"Aaaa Mira ku.." Dinda dan Caca langsung memeluk erat sahabatnya itu.

🌬🌬🌬

Semoga kalian suka dengan ceritanya
Jangan lupa untuk vote dan komen agar aku semangat untuk up ceritanya ya! See u❤

Into Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang