PANTASKAH AKU CEMBURU?

3.7K 439 41
                                    

Dua hari menginap di rumah sakit, hari ini Felic diperbolehkan pulang, tapi tidak untuk Liza, dia masih harus menjalani perawatan. Karena merasa khawatir, Felic pun pergi ke ruang perawatan Liza. Di sana ada Diana yang masih setia menunggu putrinya.

"Bagaimana keadaan Liza, Tante?" tanya Felic baik-baik.

"Bisa lihat sendiri, kan? Kamu punya mata normal," ucap Diana judes.

Felic terkejut dengan perubahan sikap Diana. Felic terdiam, dia berjalan menggunakan kruk. Kruk adalah alat bantu jalan yang dapat digunakan satu atau dua (berpasangan) untuk mengatur keseimbangan. Namun, Felic hanya menggunakan satu saja sampai nanti kakinya sudah benar-benar kuat menyanggah tubuhnya. Sangat pelan, Felic menyentuh lengan Liza yang sedang tertidur pulas.

"Jangan diganggu, Liza baru saja tidur. Semalam dia tidak bisa tidur," ujar Diana dengan wajah sinis.

Ingin rasanya menangis diperlakukan orang seperti itu, tapi Felic tetap teguh. Awalnya Hermawan ingin menjenguk Liza, tapi saat sampai di depan pintu dia berhenti karena mendengar ucapan sinis Diana kepada Felic.

"Kasihan kamu, Fel," gumam Hermawan iba melihat wajah Felic yang pasrah saat Diana berucap tidak mengenakan hati.

"Heh, kamu perlu tahu satu hal. Kamu jangan seneng dulu dan jangan merasa menang sudah bisa menikah dengan Al. Liza mengizinkan kalian menikah cuma biar kamu bisa hamil anak Al. Setelah itu, tunggu saja waktunya, kamu akan pergi dari kehidupan mereka."

Deg!

Hati Felic sangat nyeri, sakit rasanya mendengar ucapan Diana. Hermawan terbelalak mendengar pernyataan Diana. Bibir Felic kelu, air matanya tergenang di pelupuk. Dia pikir ini awal yang baik untuk kehidupannya bersama Al, namun ternyata tidak.

Seperti tidak punya rasa kasihan pada Felic, Diana tersenyum miring dan berucap sarkastis, "Mana ada sih, istri yang sukarela membagi suaminya dengan wanita lain? Kamu saja yang terlalu polos dan terlena dengan keadaan ini. Kalau aku jadi kamu, malu! Mau-maunya jadi istri kedua."

Tak tahan dengan ucapan Diana, Hermawan mengumpulkan keberaniannya mengetuk pintu.

Tuk tuk tuk

Felic hanya merunduk mencerna semua ucapan Diana. Pintu terbuka, Hermawan tersenyum seolah-olah dia tidak mendengar percakapan Diana kepada Felic.

"Maaf mengganggu, Tante," ucap Hermawan.

"Iya, Dok. Nggak kok," balas Diana bersikap manis di depan Hermawan.

"Al sebentar lagi datang, tadi dia sudah menelepon saya, Tan. Jika Liza mau ditinggal tidak apa-apa, nanti katanya Al yang akan menggantikan Tante menjaganya," ujar Hermawan sopan dengan senyum yang tak pudar dari bibirnya.

"Oh, begitu? Baguslah, Tante tinggal, ya? Nanti kalau Al sudah sampai, titip salam buat dia." Diana mengambil tasnya yang diletakkan di atas meja set sofa di pojok ruang rawat Liza.

"Iya, Tan." Hermawan mengangguk.

Tanpa menyapa dan berpamitan dengan Felic, Diana ke luar ruangan. Hermawan mendekati Felic yang masih setia menundukkan kepala.

"Fel, kamu nggak apa-apa?" tanya Hermawan.

"Nggak, Dok," jawab Felic masih tetap menunduk tapi suaranya parau.

Dia berjalan pincang menggunakan kruk dan duduk di sofa, Felic menutup wajahnya dan memecahkan tangisan yang sedari tadi dia tahan. Hermawan memahaminya, dia mendekat dan berlutut di depan Felic.

"Fel, kamu yang sabar, ya?" ucap Hermawan memeluk Felic.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, Al melihat Felic menangis dalam pelukan Hermawan. Matanya menyalang menatap Hermawan seperti orang yang ingin membunuh. Segera Hermawan melepas Felic dari pelukannya dan berdiri.

THE WINGS OF LOVE (Komplit)Where stories live. Discover now