AL TAHU

3.8K 411 70
                                    

Beberapa hari tidak mendengar kabar Felic, Al pun memberanikan diri bertanya tentang Felic pada salah satu teman pramugari yang selama ini sering terlihat bersama Felic. Kebetulan juga mereka tugas di penerbangan yang sama. Saat pramugari-pramugara sibuk membersihkan ruang kabin, Al mendekati Dahlia.

"Lia," panggil Al.

"Iya, Kap," sahut Dahlia menghentikan pekerjaannya sejenak.

"Apa kamu melihat Felic beberapa hari ini?"

"Loh, apa Felic nggak bilang sama Kapten? Dia kan sudah resign beberapa hari yang lalu."

Deg!

Beberapa detik jantung Al seperti berhenti berdetak, di tenggorokannya seperti ada sesuatu yang mengganjal, hatinya berdesir nyeri.

"Oh, ya sudah. Terima kasih infonya," ucap Al lesu.

"Iya, Kap. Sama-sama," balas Dahlia.

Lalu Al berjalan gontai ke kokpit. Dia merasa Felic sudah bulat dengan keputusannya.

Haruskah seperti ini nasib kita, Fel? Batin Al duduk di kursinya dengan perasaan hancur berkeping-keping.

Ini artinya, tidak akan ada lagi kesempatan mereka bertemu. Jika Felic masih bekerja di maskapai ini, kemungkinan biarpun mereka jarang bertemu, tapi setidaknya akan ada waktu tertentu Al bisa memandang wajah cantiknya.

***

Sudah seminggu lebih Felic di rumah, tapi dia malas melakukan apa pun. Pekerjaannya hanya tidur, makan, melamun. Ponselnya pun sengaja dia matikan, dia tidak ingin seorang pun mengganggu ketenangannya.

Tuk tuk tuk

"Fel." Marta mengetuk pintu kamar Felic.

"Iya, Ma." Felic turun dari tempat tidur, lalu membukakan pintu untuk Marta. "Ada apa, Ma?" tanya Felic kelihatan malas dan kepalanya disandarkan pada pintu.

Penampilannya pun sedikit amburadul, rambut jarang disisir, mandi malas, dan wajahnya tumbuh jerawat.

"Mandi sana! Nanti temani Mama belanja bulanan, ya? Stok beras sudah habis, kita belanja ke pasar," titah Marta sengaja mengajak Felic supaya dia menghirup udara di luar rumah.

"Males, ah, Ma," tolak Felic ingin kembali masuk ke kamar, tapi Marta mencegah tangannya.

"Anak perawan nggak boleh malas-malasan. Ayo mandi!" Marta mendorong Felic ke kamar mandi.

"Ah, Mama...," keluh Felic dengan berat hati melaksanakan perintah Marta.

Sembari menunggu Felic, Marta mengecek bahan yang perlu dia belajakan. Sudah hampir 40 menit Marta menunggu, Felic tak muncul.

"Ini anak kenapa sekarang males banget sih," dumel Marta menghentakkan kakinya kesal lalu dia naik ke lantai dua mencari Felic.

Saat membuka kamar putrinya, Felic masih santai memilih-milih baju.

"Astogfirullohhaladzim, Felic. Belum rapi juga???"

"Sabar, Ma.... Belanda masih jauh," sahut Felic mengenakan celananya.

"Ya Allah, nanti kalau kesorean kita nggak dapat apa-apa."

"Iya-iya, Ma." Setelah memakai pakaiannya, Felic menyisir rambut lalu menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya. Tanpa polesan make up di wajah, dia pun mencangklong tasnya.

"Ayo, Ma!" Felic menggandeng tangan Marta ke luar kamar.

Mereka bergegas ke pasar. Kehidupan Felic belum terisi oleh kebahagiannya lagi. Butuh waktu lama sepertinya menyembuhkan hati dan memulihkan keadaannya.

THE WINGS OF LOVE (Komplit)Where stories live. Discover now