FELIC SAKIT

4K 410 39
                                    

Wajah Marta dan Robi tegang, malam-malam mereka membawa Felic ke rumah sakit. Suhu badannya panas dan keluar keringat dingin, tubuhnya pun menggigil. Setelah melakukan pengecekan menyeluruh, Felic langsung diperbolehkan pulang.

Pagi hari, Marta membawakan bubur ke kamar Felic, kamar masih gelap karena gorden belum dibuka. Setelah meletakkan nampan berisi bubur dan air minum di nakas, Marta membuka gordennya. Dia melihat Felic masih berbaring lemas di tempat tidur, matanya terpejam dan tubuhnya semakin hari terlihat semakin kurus. Dia menghela napas panjang, lantas mengelus lengan Felic untuk membangunkannya.

"Sayang, bangun. Makan dulu," ucap Marta sangat lembut.

Hanya ada pergerakan sedikit dari Felic.

"Al," gumam Felic mengigau.

Lagi-lagi kesabaran Marta diuji, beginikah nasib putrinya?

"Sayang, bangun yuk...! Makan dulu, terus minum obat." Marta sedikit mengguncangkan tubuh Felic.

Mata panda itu sedikit demi sedikit terbuka, terlihat sayu dan merah.

"Maaaa...," lirihnya lemas.

"Iya," sahut Marta halus.

"Tenggorokanku kering dan buat bergerak kepalaku sakit," adunya dengan suara pelan.

"Iya, kamu radang tenggorokan sama tifus, makanya dehidrasi dan kepalanya pusing," jelas Marta.

Dia membantu Felic bangun, punggungnya diganjal bantal. Felic bersandar, tubuhnya terasa lemas seperti tidak memiliki tulang. Dengan sabar Marta menyuapinya, sedikit demi sedikit asal perut Felic terisi.

"Ma, apa Papa sudah mengurus barang-barangku yang di Jakarta?" tanya Felic di sela mengunyahnya.

"Iya, besok Papa berangkat ke Jakarta. Kamu sudah yakin nggak mau lagi tinggal di sana?" tanya Marta memastikan keputusan Felic.

"Yakin, Ma."

"Terus bagaimana apartemen kamu? Sayang kan kalau kosong?"

"Nanti dikontrakan saja, Ma. Yang penting barang-barang sama mobil Felic kirim ke sini dulu. Urusan apartemen nanti aku tawarkan ke teman-teman."

"Ya sudah, kalau itu keputusan kamu."

Marta melanjutkan menyuapi Felic, setelah itu dia membantunya minum obat.

"Istirahat dulu, ya? Mama mau nyiapin barang bawaan Papa yang besok mau dibawa ke Jakarta," pamit Marta menyelimuti Felic sebatas perut.

"Iya, Ma. Makasih," ucapnya pelan.

Sudah berbulan-bulan Felic tidak mengaktifkan ponselnya, terakhir dia aktifkan saat Al menelepon. Karena ada kepentingan ingin menawarkan apartemennya untuk dikontrakkan, dia pun lalu mengaktifkan ponselnya. Banyak notifikasi masuk, di antaranya pesan Al. Tapi, Felic tidak ingin membalasnya.

"Sebenarnya aku kangen sama kamu, Al. Tapi, apa hakku merindukanmu?" gumam Felic melihat wallpaper ponselnya yang memperlihatkan fotonya sedang bersama Al.

Lalu Felic menulis pesan kepada beberapa teman untuk menawarkan apartemennya yang akan dikontrakkan. Setelah itu, dia kembali berbaring dan memejamkan mata. Karena efek samping obat yang dia konsumsi menyebabkan kantuk, akhirnya Felic pun terlelap.

***

Mata indah itu mengejap menyesuaikan cahaya sekitar. Liza perlahan membuka mata, dia mengedarkan pandangannya. Terlihat Hermawan tersenyum padanya.

"Enak banget tidurmu," tegur Hermawan.

"Ngantuk," jawab Liza menguap dengan cepat Hermawan menutup mulutnya.

THE WINGS OF LOVE (Komplit)Where stories live. Discover now