EPILOG || MUSIM SEMI YANG SEMU

1.1K 62 0
                                    

Putar playlistnya yaakk:)

Segalanya,telah berakhir

Nelson mengusap pelan wajah Camelia dengan jari telunjuknya.  Wajah sendu itu terpejam. Sedang menikmati tidur panjang yang entah kapan berakhir. Nelaon menghela napas,entah sampai kapan penantiannya akan berakhir. Ia merindu, rindu pada garis bibir Camelia saat tersenyum bahagia. Rindu pada suara semerdu angin itu menyapanya. Rindu pada kerlipan binar bahagia pada mata Camelia.

" Came,,,,Hei... bangun. Aku rindu padamu. Maafkan aku karena lama tak menyapamu kemarin. Maafkan aku.. Tolong bangun dan katakan padaku,bahwa kau memaafkanku,Came." Nelson mengusap jari jari Tangan Camelia. Mengecup perlahan jemari dingin itu.

Camelia bergeming. Raut wajahnya  datar dan damai. Mata itu masih terpejam erat. Pengaruh racun itu terlalu kuat. Butuh beberapa hari untuknya sadar.

"Came, aku harus apa sih? Supaya kamu bangun? Please, demi aku dan sahabat-sahabat kamu,.. Bangun" Nelson mengacak rambutnya kesal.

Ia  tak akan kuat jika terus berada di sini. Nelson  harus keluar. Mencari udara segar. Dan berpikir jernih. Agar tidak nekad,untuk menjual jiwanya sendiri ke iblis untuk membangunkan Camelia.

Lagipula, hal itu ada di list urutan terakhir dalam cara membangunkan Camelia-nya.

Ia menyakinkan dirnya sendiri,

Aku percaya, kamu bakal bangun, Came...

Came-nya aku bakal bangun, 'kan?

"Tunggu di sini ya. Baik-baik di sini. Semua masalah sudah selesai. Everything gonna be alright. Kamu tenang aja, disini. Cepet bangun,ya Came.  Aku pergi dulu mau tengok yang lain"

Nelson melangkah keluar. Berjalan menuju kamar lainnya. Jemarinya menyentuh gagang pintu, menariknya hingga terdengar decit pintu menggema di lorong.

Semuanya sama. Mereka belum juga sadar. Padahal lima hari lagi para gadis akan merayakan ulang tahun mereka yang ke sembilan belas.

Lima hari lagi. Dan semua akan selesai.

*

Elisa merasa kepalanya berputar. Disekelilingnya hanya tembok putih yang bisa dilihatnya. Ia pusing. Lemah dan tak tahu harus apa-apa. Udara panas menghimpitnya. Napasnya sesak. Ia merasa harus keluar dari ruangan ini.

Lalu ia melihat Rendi berdiri tenang di dekat pintu,ingin sekali ia berteriak padanya, Namun, suaranya tercekat.

"Elisa, kenapa nggak bangun juga? Elisa, apa kamu  nggak rindu? Kami begitu rindu padamu... Elisa... Kumohon, bangunlah"

Suara itu, ingin sekali Elisa meraihnya. Suara itu hangat. Sehangat senja pertamanya.

Suara itu membesar,mengeras,dan terdengar sangat jelas.

Elisa berlari. Walaupun terasa ada berat yang sangat ia tanggung untuk berlari.

Terus, ujung itu menanti .....

"Elisa! "

Matanya terbuka. Mata indah itu benar-benar terbuka. Mata sebiru dan setenang lautan itu akhirnya tersibak.

Rendi menatapnya, entahlah antara pandangan lega dan senang.

"Hai? " Rendi menggaruk tengkuknya. Senyumnya terkulum. Sudut bibirnya menahan senyum yang hendak terkembang.

Elisa hanya menatap lurus, terbayang beberapa mimpi yang berkelebat di ruang mayanya, beberapa jam yang lalu.

*

✔️The Shadow Of Miracle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang