Part 10 || Season II

598 44 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

Happy reading:")

Meskipun kau pernah lupa dengan apa yang kulakukan, kau akan ingat ketika aku tiada lagi di sampingmu.

*

Pertama kali saat bertemu dengan Dewa,jujur Rendi tak pernah menyukainya. Dewa selalu bersikap ramah padanya dan itu membuatnya merasa tidak nyaman. Dewa terlalu sering tertawa, dan ia tak terlalu senang dengan kebisingan. Dewa selalu terlihat ceria dan mamancarkan aura cerah yang hidup, sementara Rendi terlalu buta untuk mengakuinya. Maka,ia menarik diri dari Dewa. Menjauh hingga Dewa menyerah untuk mendekatinya.

Ada sedikit penyesalan di hatinya saat ini.

Hanya sedikit. Ingat itu.

Ia berjalan menuju kamarnya yang berada di ujung lorong. Dia suka sepi, oleh karena itu, ia memilih ujung lorong yang identik dengan ketenangan.

Saat akan membuka pintu, ia teringat sesuatu dan menoleh pada pintu tepat di deoan kamarnya. Dulunya, kamar itu adalah kamar milik Dewa. Rendi berbalik dan merutuk,

Kenapa dia kepikiran Dewa rerus?

Ah lupakan.

Dia hanya ingin bersitirahat dengan tenang sekarang. Perlahan,tubuhnya merambat ke ranjangnya. Ia berbaring dan menatap atap kamarnya yang berwarna galaksi, dengan nanar.

Ia melirik jam weker di nakas kamarnya.

Pukul 09.00 pm.

Biasanya,pada pukul seperti sekarang, pintu kamarnya akan terketuk. Bukan, ini bukan cerita horor tentang seorang suster berkuku hitam penunggu pojok lorong yang sedang jahil dengan Rendi. Bukan itu.

Ketukan itu. Biasanya Rendi akan akan mengacuhkannya.

Namun, hari ini ia merindukan ketukan itu. Beberapa ia menunggu, ketukan itu tak datang. Mungkin untuk selamanya.

Karena Dewa tak akan pernah bisa kembali lagi. Rendi menghela napas berat.

Biasanya,Dewa akan masuk tanpa persetujuan Rendi dan mulai duduk di kursi nakasnya sambil bercerita dan berharap Rendi akan membalas dan menanggapinya. Ini usaha Dewa untuk lebih dekat dengan Rendi. Namun, selama ini Rendi mengacuhkannya. Ia dengan tega membiarkan Dewa berbicara sendiri sampai larut malam, dan lelah dengan sendirinya.

Dan bila, Dewa tak menyerah sampai lebih dari jam 12 malam, ia akan pura-pura memejamkan mata, dan Dewa akan pergi keluar dari kamarnya.

Namun, diam-diam,tanpa Dewa ketahui, Rendi selalu menyimak ceritanya.

Dan kini, ia yang menunggu. Ia yang menunggu sabar hingga pukul 12 malam. Saat jarum jam sudah melewatinya, Rendi benar-benar sadar,

Dewa tak akan kembali.

f r i e n d s


"Kamu nggak ngerasa kalau mereka lebih aneh hari ini? " Faricha merenung sambil sesekali menyendok semangkuk ice cream. Mereka sedang beriatirahat setelah beberapa jam berkeliling kota mencari Chintya.

"Mereka siapa? " Camelia asyik bermain game di ponselnya. Ia tak bisa menyianyiakan kemajuan jaman yang tak bisa ia temukan dulu.

"Siapa lagi kalau nggak Five boys. "  Elisa menjawab, untuk kemudian meralat" sorry, 4 boys."

"Dewa sekarang lagi apa ya? Apa dia bahagia di sana? Kuharap dia tak dendam dengan kita. Karena aku malas berurusan dengan apapun itu yang berkaitan dengan dunia perhantuan" Faricha mendengus.

✔️The Shadow Of Miracle (END) Onde histórias criam vida. Descubra agora