Part 9

1.2K 106 0
                                    

"Hmm.Sepertinya ada yang kelupaan,tapi apa yah?" Came bergumam pelan. Keningnya berkerut.

"Nggak ada kok Came, aku udah periksa semua ruangan itu dan nggak ada yang ketinggalan." balas Ranie sambil mengangkat kedua tangannya.

"Bukan benda tapi sesuatu..."

"Apa? Nggak ada yang spesial kok." Chintya ikut-ikutan heran dengan Camelia.

"Apa yah......Aduh. Emm, aduh. Kepalaku....." rintih Camelia. Sepertinya sekarang ia tidak bisa berpikir berat.

"Eh, nggak usah dipaksakan. Tuh 'kan sakit. Udahlah lupain. Paling bukan hal yang terlalu penting." Elisa membantu Camelia untuk duduk di jok belakang mobil.

"Dwi, Dewa, dan Nelson kemana? Dari kemarin kok enggak muncul?" Faricha mengungkapkan kegelisahan yang tertahan dari kemarin.

"Nggak usah khawatir sama mereka. Mereka kan anak cowok. Palingan juga udah balik ke hotel. Kamu tahukan, sempitnya kamar rawat di rumah sakit ini?" Zuhair yang duduk di depan menyeletuk. Ia bersiap menstarter mobil.

"Owh, gitu ya. Yaudah, yuk, cepet balik ke hotel."

Keheningan di mobil itu berasa sangat kentara. Zuhair dan Rendi yang sibuk dengan pikiran masing-masing atas pembicaraan mereka kemarin.

Taman belakang rumah sakit itu tampak lengang. Tak ada orang berlalu lalang. Tampak cocok dengan tema pembicaraan yang sedang dibahas oleh dua orang cowok yang duduk di bangku taman itu.

"Ren, kamu percaya nggak kalau paman Ryan ada disini?"

"Apa? Bukannya dia udah pergi dulu?"

"Kemarin aku ketemu dia. Pertama nggak kenal. Tapi setelah tahu nama lengkap dia, aku lamgsung tahu. Dia dokter disini," seolah tidak terpengaruh kekagetan Rendi, Zuhair terus bercerita.

"Dia penghianat di keluarga kita. Jangan-jangan ada rencana jahat yang dibuatnya untuk kita, sebaiknya enggak usah ketemu lagi. Besok kita harus segera keluar dari sini."

"Tapi, Ren. Firasatku mengatakan sebaliknya."

"Nggak, ini demi kebaikan dan keselamatan kita , Zu." Rendi beranjak dari taman itu. Menuju ruang rawat inap Camelia.

Itulah sebabnya,Camelia pulang dalam keadaan masih sakit,karenaRendi memaksa pulang.

                       ******

"Kami ke kamar dulu ya.Kurasa Came butuh istirahat.",Ujar Elisa sambil melirik sinis kepada Rendi. Yang dilirik hanya menatap dingin dan datar.

"Apa?",Ujarnya tanpa rasa bersalah.

"Nggak",Elisa hanya menjawab dengan nada sedikit sinis.

"Udahlah nggak pa-pa. Aku udah mendingan kok",Camelia berusaha melerai pertengkaran kecil itu.

Elisa, Ranie, Faricha, camelia dan Chintya beriringan menuju ke kamar nyaman mereka. Membayangkannya saja sudah membuat mereka mengantuk. Mereka benar benar lelah.

Entah kenapa mereka merasa setiap harinya masalah semakin berat. Itu membuat mereka frustasi.

Pintu kamar berderit.

"Waahh. Kangen sama kamar ini.",Ranie merebahkan dirinya ke kasur kingsize di sebelah jendela.

Dikamar itu terdapat dua buah kasur kingsize

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dikamar itu terdapat dua buah kasur kingsize.

Tak butuh beberapa lama lagi. Ranie terlelap.

"Came, sementara kamu tidur sama aku ya. Takutnya nanti Ranie nendang kamu.",ucap Chintya.

"Oke"

"Biar aku yang tidur disini sama Ranie dan Faricha.",Elisa mengalah.

"Thanks ya."

"Santai aja Came.",Faricha menyela.

Sementara itu dukamar cowok

"Nah tuh. Dwi, Dewa, Nelson nggak ada disini.Mereka lama banget. Ngapain sih?",Gerutu Rendi sambil merebahkan diri di kasur yang sedikit jauh dari jendela. Ia sedikit tak nyaman dengan sinar matahari yang menyengat.

"Udahlah. Mereka juga bukan anak kecil lagi.",Zuhair acuh tak acuh. Ia masih kepikiran dengan pamannya, Rian.

"Tapi firasatku nggak enak."

"Ya iyalah. Firasat kan bukan makanan."

"Yah. Lucu banget!! ",Rendi berucap dengan nada mengejek.

Mereka dikejutkan dengan  suara debuman keras.

Bukkkk

"Kamu kenapa?, kok lebam lebam semua? ",Zuhair bertanya sambil membantu Nelson berdiri.

"Dwi dan Dewa. Kami diserang. Di bangunan terbakar tadi. Tolong.",Dan kesadaran Nelson hilang.

"Apa? "

Zuhair membaringkan Nelson dikasur samping jendela.Mungkin dengan begitu kesadarannya akan cepat pulih.

"Zu. Sebaiknya kita susul mereka. Aku sedikit khawatir. Meski aku tahu Dewa itu kuat."

"Oke."

Mereka menghilang.Teleportasi.

Beberapa menit yang lalu....

"Okelah. Nggak pa-pa. Kita pulang aja.",Dewa mencoba menghilangkan suasana canggung yang menjadi jadi disitu.

"Hm",Hanya jawaban singkat yang ia dengar daritadi dari mulut Nelson.

"Hai anak anak.Apa kabar?",suara bass dan berat itu menyapa telinga Dewa, Dwi dan Nelson yang seketika mendongakkan kepala mereka.

"Siapa anda?",Dwi tahu sopan santun pada orang yang lebih tua.Ya,pemilik suara bass dan berat itu berumur sekitar 40-an.

"Kalian tak perlu tahu siapa aku. Yang kalian perlu tahu. Kami sedang mencari seorang gadis yang mempunyai kekuatan pyra. Kalian tentu tahu.",Setelah pria tua itu bicara munculah sekelompok preman dibelakangnya. Bukan preman biasa. Tapi kumpulan Gwera,yang siap menyerang, kapanpun dan dimanapun.

*******

Jangan lupa voment nya ya

Vote juga udah cukup kok.

Don't be a silent readers.

Salam mata elang

E. S. A

✔️The Shadow Of Miracle (END) Where stories live. Discover now