10. Terbongkar kah?

27 5 0
                                    

Kavin langsung memasuki sebuah mobil Fortuner berwarna putih, yang baru saja berhenti tepat di depan gerbang SMA PELITA HARAPAN. Karena, ia yakin jika mobil itu adalah mobil papa nya. Ia sangat hafal deru mobil kesayangan papa nya itu.

"Mana?." setelah menutup pintu mobil, kavin menengadahkan tangannya, seolah meminta sesuatu.

"Apa?." aresh balik bertanya, sebenarnya ia tau maksud ucapan anaknya itu. Namun, menggoda nya sebentar tidak masalah bukan.

Kavin berdecak sebal "pa, please mana sepatu aku?"

"Sepatu apa sih, bang?." aresh langsung terkekeh setelah melihat wajah masam anak nya.

"Ya udah, nih." karena takut anaknya marah padanya, aresh pun menyodorkan paper bag berwarna hitam, kepada kavin.

Kavin langsung menyambar paper bag itu dengan kasar. Sungguh ia kesal. Kesal pada perempuan yang ia temui di toilet tadi, kesal pada vionna dan kemudian ia di buat kesal oleh aresh. Sungguh, hari ini kenapa banyak sekali orang yang membuat ia kesal.

"Tumben, pengen pake sepatu itu biasa nya juga paling ogah-ogahan." aresh memperhatikan kavin yang tengah membungkuk, memakai kan sepatu hitam yang ia bawa tadi. Sepatu yang mirip dengan sepatu yang selalu ia pakai ketika pergi ke kantor.

"Terpaksa."

"Lagian, hari ini latihan paskib, jadi dari pada harus pulang ke rumah dulu mending langsung pake aja." lanjut kavin menegakkan tubuhnya ketika ia telah selesai memakai sepatu nya.

"Emang ga papa? pake sepatu itu?." tanya aresh.

Kavin mendengus, kenapa pria di samping nya itu banyak sekali bertanya.

"Bawel. Udah ah aku mau balik ke kelas lagi." kavin beranjak pergi, Namum tangan nya di tahan oleh aresh.

"Ngga denger, bel istirahat udah bunyi tadi. Disini aja dulu temenin papa." pinta aresh. Membuat kavin mendelik tajam ke arah nya.

"Apa-apaan sih pa, berasa homo denger nya." jijik kavin.

Aresh mengusap wajah nya, tak habis pikir dengan jalan pikir anak nya itu "astaghfirullah bang, kamu tuh anak papa, masa papa suka sama kamu sih, ya ngga lah dan ngga akan."

Kavin memutar bola matanya malas "papa lupa, semua orang hanya tau kalau papa adalah kakak aku bukan orang tua aku." tekan kavin, alhasil mampu membuat bibir aresh terkatup rapat. Taukah kavin, jika ucapan nya itu membuat darah aresh serasa berhenti seketika.

"Aku mau ke kelas dulu." pamit kavin, sambil membuka pintu mobil. Aresh hanya diam memperhatikan anaknya, hingga saat kaki kavin hampir menginjak tanah. Lagi-lagi aresh menahan nya.

Membuat kavin menggeram kesal "apalagi sih, pa?" suara kavin melembut, berusaha bersabar sedikit.

"Udah minum obat?." tanya aresh.

"Belum."

"Loh, kenapa?."

"Bel istirahat aja baru berdering."

"Sekarang." titah aresh.

"Maksudnya?."

"Iya, sekarang minum obat dulu."

"Mau pa, tapi papa terus-terusan nahan aku."

"Disini."

Bingung. Itulah yang sedang kavin rasakan, ketika mendengar ucapan papa nya itu "maksudnya apa sih pa,ga usah berbelit-belit deh."

Aresh menghela nafasnya kasar, jika di samping nya itu bukan anaknya, sudah ia cabik-cabik dari tadi. Namun, sayang nya orang di samping nya itu adalah anak nya. Untung sayang.

KAVINAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang