3. Demam

66 9 0
                                    

  Aresh dan vionna tiba di rumah pukul 02:00 dini hari. Setiba nya disana mereka di suguh kan dengan keadaan rumah yang tampak gelap dan sepi. Namun sayup-sayup mereka mendengar suara televisi dari arah ruang tamu.

"Tumben TV di ruang tamu nyala??." tanya vionna sambil berjalan ke arah ruang tamu,di ikuti aresh dengan langkah gontai karena menahan kantuk oleh sebab itu dia tidak menjawab pertanyaan vionna.

Klik

  Layar TV pun menjadi menghitam, karena vionna mematikannya. Ia belum menyadari bahwa ada seseorang di belakang nya yang tengah meringkuk. Sementara aresh sudah menjatuhkan tubuhnya di single sofa, dengan mata terpejam.

  Tiba-tiba sebuah ringisan terdengar ke telinga vionna dan betapa terkejut nya ia ketika membalikkan tubuhnya dan mendapati putra sulungnya tengah meringkuk di sofa panjang dengan tubuh yang gemetar.

"KAVIN." pekik vionna panik, ia kemudian mendekati kavin.

  Mendengar pekikan vionna, aresh mau tak mau membuka matanya, sama halnya dengan vionna, aresh pun terkejut, ketika mendapati kavin.

  Dengan kesetanan aresh menggendong kavin ala bridal style, ke kamarnya dan vionna. Di ikuti vionna dari belakang.

"Hey,, sayang bangun." vionna menepuk-nepuk pipi kavin berkali-kali, ketika aresh telah meletakan vionna di atas kasur. Panas menjalar ketika tangan vionna bersentuhan dengan pipi kavin.

"Dia demam, resh."ucap vionna, menatap suaminya. Mata aresh sudah berkaca-kaca vionna yakin sebentar lagi aresh pasti akan menangis. Ia cukup mengerti, semenjak aresh menjadi seorang ayah, aresh jadi cengeng, yaa begitulah aresh ketika kavin atau dalvie sakit dia pasti akan menyalahkan dirinya yang tak becus menjaga kedua buah hatinya.

" aku akan bawa kompresan dulu, kamu jaga kavin ya dan usahain jangan buat dia tertidur oke." interupsi vionna yang di balas anggukan oleh aresh. Kemudian vionna keluar dari kamarnya, tak ia pedulikan high hills setinggi 5 cm yang masih melekat di kaki jenjang nya, yang ada di pikirannya hanya kavin, kavin, dan kavin.

  Sepeninggalnya vionna tinggalah aresh dan kavin di kamar.

"P pah se ses sek." gumam kavin pelan dan lemah dengan nafas yang tak beraturan. Mulutnya terbuka berusaha meraup oksigen yang serasa menipis.

  Aresh langsung turun dari ranjang, dan mengambil tabung oksigen yang tersimpan di sudut kamar, aresh dan vionna memang sengaja menaruh nya, karena untuk berjaga-jaga jika kavin mengalami sesek nafas.

  Aresh langsung memasangkan nasal canula ke hidung kavin, setelah mengatur kadar oksigen di tabung itu. Sesekali ia mengelap pipi nya ketika merasakan lelehan air mata mengalir tanpa izin ke pipinya.

"Masih sesek ga, bang?." tanya aresh

  Tak ada jawaban dari kavin, matanya masih terbuka namun pandangannya kosong. Apalagi tubuhnya semakin bergetar karena kedinginan membuat aresh uring-uringan. Ia berjalan ke lemari lalu mengambil selimut tebal untuk membalut tubuh kavin, dua selimut tebal sudah menyelimuti tubuh kavin namun tetap saja tubuh kavin bergetar.

"P pah d di ngin, dingin." ucap kavin dengan nafas satu dua, nyatanya nasal canula yang menempel di hidungnya tak memberi pengaruh apapun, malah semakin membuat nya kesulitan bernafas.

  Aresh menggosok-gosok tangan kanan kavin. Sesekali ia menempelkan tangan kavin yang sudah sedingin es ke pipinya yang terasa hangat.

  Dan matanya sesekali memandang pintu kamar yang terbuka lebar "kenapa vionna lama sekali." batin nya.

KAVINAYAWhere stories live. Discover now