9. pertemuan

25 4 2
                                    

Kavin berjalan di sepanjang koridor yang tampak lengang dengan gaya santai nya. Sekarang waktunya jam KBM jadi koridor tampak sepi.

Lalu ia pun berjalan memasuki toilet pria yang terletak di ujung koridor kelas 11.

Saat ia membuka pintu toilet itu, seseorang menyiram sepatunya dari dalam. Membuat sepatu hitam nya menjadi basah.

"Eh--eh--sorry sorry gue ga sengaja." kavin mengeraskan  rahang nya, saat suara seorang perempuan berbicara.

"Ngapain lo disini?." dingin, kavin berbicara pada siswi itu.

Naya yang dalam posisi berjongkok pun mendongak menatap kavin, yang menatap lurus.

Si pemilik rahang tegas itu mampu membuat naya terpesona dalam beberapa detik.

Apakah dia murid baru? Karena naya saja baru pertama kali melihat siswa itu.

Kavin, menundukkan kepalanya. Dan dalam beberapa saat mata mereka saling beradu. Tak ada yang bergeming, mereka tampak hanyut dalam pandangan itu. Dan sialnya, itu membuat jantung naya berdegup lebih kencang, kalo gini cara nya, naya lebih baik mati saja.

Kavin memutuskan kontak mata itu dengan kembali mengangkat kepalanya. Sementara, naya ia masih hanyut dalam pesona pria tampan di hadapannya.

"Lo bego atau tolol? Lo tau ini toilet cowok, ngapain lo masuk kesini?." tanya kavin, tanpa memandang lawan bicara nya.

Dengan gerakan cepat, naya pun bangkit dari posisi jongkok nya. Kemudian berdiri di hadapan pria tinggi itu.

"Gue, lagi di hukum bu beti. Ngebersihin toilet cowok." jelas naya, matanya tak luput menatap paras tampan kavin.

"Heh.." kavin tersenyum meremeh kan "terus, gue bakal percaya gitu? Mungkin itu akal-akal an lo aja. Dasar cewek murahan."

Emosi naya tersulut saat mendengar kata 'cewek murahan' yang meluncur mulus di bibir kavin.

"Gue bukan cewek yang lo maksud itu." tegas naya, menunjuk tepat di depan hidung bangir kavin.

Kavin menaikkan sebelah alis nya, menatap dingin naya.

"Gara-gara lo sepatu gue jadi basah, dasar teledor." ujar kavin dingin. "Dan, lo ga usah nunjuk-nunjuk gue, lo pikir lo siapa hah?! Lo ga berhak nunjuk gue kayak gini." kavin menepis kasar tangan naya yang menunjuk nya.

"Lo jadi cowok kasar banget, heran gue." ucap naya.

"Gue gak peduli." sahut kavin.

Kemudian, kavin pun berjongkok dan melepaskan sepatu dan kaus kaki nya yang sudah basah kuyub, karena ulah naya.

Lalu, ia pun pergi dari toilet dengan nyeker.

"Heyy... Ini sepatu lo."teriak naya dari dalam toilet, namun tak di gubris oleh kavin, karena cowok itu sudah tak terlihat.

"Gila, ini kan sepatu mahal." gumam naya, berbicara sendiri. Sambil mengambil sepatu kavin.

"Ya udah lah, kalo dia ngebuang ini, buat gue aja. Lumayan kan, buat nambah-nambah pajangan sepatu gue di rumah. Apalagi, sepatu ini mahal banget." cerocos naya, pada dirinya sendiri.

"Eh.." pekik naya, kala otak nya mengingat sesuatu. "Cowok itu..."

Naya tersenyum, ketika otak nya telah mengingat kan tentang bubble man nya. Bukannya cowok tadi, ber aroma sama dengan bubble man nya itu.

"Ah.. Akhir nya gue bisa ketemu sama bubble man nya gue. Gila dia ganteng banget." naya memeluk sepatu kavin yang basah kuyup. Tak ia pedulikan seragam Nya yang akan basah. Sungguh, sekarang naya tengah bahagia.

KAVINAYAWhere stories live. Discover now