Aku nggak mau nasib ciuman kami berakhir sama seperti itu. Hilang dan terlupakan, membuatku bingung sendiri. Jadi aku memutuskan, aku harus bergerak cepat. Jeno benar. Aku hanya kurang cepat. Kalau Hina bilang, untuk mendapatkan hati Lily aku harus fokus, maka aku akan belajar untuk fokus, mulai hari ini.

Aku akan mendapatkan hati Lily.

"Ly?"

Suara Lily akhirnya terdengar, dia sedang menarik napas panjang di seberang, membuatku semakin gugup dengan jawaban apa yang akan dia berikan setelah ini.

"See you, James," jawabnya.

Dan yah, telepon lalu di tutup secara sepihak, padahal, dia sama sekali belum menjawab ajakanku.

Aku menggaruk-garuk kepala belakangku dengan perasaan campur aduk.

Barusan, aku di tolak kan?

Jeno tertawa keras saat ku bilang aku mencium Lily, membuatku terlihat seperti orang bodoh karena terlambat menyadari perasaanku. Dia tertawa puas sambil mengejekku, dan menyombongkan diri sendiri dengan berlebihan, niatnya sih supaya aku kesal. Aku cemberut. Kenapa sih, orang lain bisa mengetahui perasaan kita daripada diri kita sendiri?

Malam tadi, kami melihat Jadwal NCT, dan yah kami harus mengikuti serangkaian SM Schedule yang masih harus konser di luar negara.
Hari ini, kami bahkan mengikuti rapat pagi, demi persiapan untuk comeback 2 bulan lagi dari sekarang.

Ini namanya ekstra sibuk. Apalagi ini comeback terakhir Mark-hyung bersama NCT Dream, dia pasti semangat banget. Jangan tanya betapa sibuknya kami kalau sudah comeback stage nanti, mau napas aja susah sanking sibuknya. Ujung-ujungnya, aku akan punya waktu senggang lagi setelah masa promosi NCT Dream.

"Kita mulai di karantina mulai senin depan. Aku khawatir kamu gak bisa ketemu Lily lagi setelah ini," begitu kata Jeno waktu itu.

Jeno berpikir, mungkin Lily nggak akan menganggap ciuman itu pernah terjadi, dia akan segera melupakannya dalam beberapa hari, atau mungkin beberapa jam —aku nggak tau. Jadi dia menyusun rencana untukku, agar aku berbicara pada Lily. Aku bukannya mau meminta agar Lily menjadi pacarku atau apa, bukan. Aku nggak se-egois itu.

Aku tau, semua ini sangat baru untuk Lily, apalagi Lily belum tentu tertarik padaku juga. Dia butuh waktu untuk menerima aku, itupun kalaupun dia mau.

Aku sendiri gak yakin kenapa aku bisa menyukai Lily. Maksudku, dia hanya gadis biasa yang ku temui secara nggak sengaja kan? Aku bukan jenis orang yang baru bertemu perempuan sekali atau dua kali. Aku punya banyak teman dan kenalan yang berjenis kelamin perempuan. Tapi kenapa harus Lily? Nggak ada alasan lain untuk suka padanya. Dia nggak begitu spesial, nggak punya sesuatu yang menyenangkan dan nggak begitu menonjol. Tapi aku tetap saja suka.

Mungkin —ini mungkin— alasan mengapa aku suka padanya, mungkin karena sejak awal aku penasaran pada penampilannya yang nggak biasa, pada tatapan matanya yang dingin dan tajam, juga pada auranya yang sangat berbeda. Rasa penasaran tentang dirinya itulah yang membawaku sampai sejauh ini. Atau bisa jadi alasannya karena aku memang sudah menyukainya tanpa syarat. Cinta pada pandangan pertama, seperti kata Jeno.

Sebanyak apapun aku bertanya pada diriku sendiri, aku juga nggak menemukan alasan yang tepat. Yang aku tau adalah perasaanku saat ini.

Agak bingung juga kemana aku harus membawa perasaan ini untuk tumbuh bersama Lily. Aku gak minta sesuatu yang berlebihan, aku juga nggak mau terburu-buru. Aku takut dia salah paham dan mengira aku akan meminta banyak hal. Padahal, aku hanya ingin sesuatu yang lebih sederhana, agar dia lebih memperhatikan dirinya sendiri.

Finding Lily | Na Jaemin [✓]Where stories live. Discover now