Date

1.5K 207 22
                                        

"Gawat, Lily nelpon!"

Jeno cepat menatapku panik dengan mata melebar. Aku menelan ludah, memantau keadaan sebentar.

Kami sedang berada di meja makan yang sama, bersiap untuk makan malam dengan Dream, makanya, nggak hanya kami berdua yang ada di sini. Jeno, adalah satu-satunya orang yang tau kenapa aku jadi panik saat melihat nama Lily menghiasi layar ponselku.

"Sana! Good Luck!" bisik Jeno.

Aku meringis, lalu mengambil langkah diam-diam meninggalkan tempat ini. Sebentar, aku menarik napas, menenangkan perasaanku.

Oke aku siap, mari angkat telponnya.

"Ha—"

"Jameeeeeees!!! Akhirnya!!!!"

Aku spontan menjauhkan HP dari telingaku, Lily berteriak di seberang telepon. Duh, anak ini kenapa berteriak begini sih, ini masih pagi?

"Apa?" tanyaku bingung.

"Uang tabunganku akhirnya cukup James, buat makan di Restoran Jerman!" seru Lily dengan suara lantang, sepertinya dia memang senang sekali.

Aku menepuk jidat, kupikir apa.

Sudah tau kan, jika Lily yang menghubungiku duluan, pasti untuk sesuatu yang nggak biasa. Dan yah, persoalan makan di Restoran Jerman ini adalah hal yang sangat-sangat nggak biasa —dan penting— bagi Lily.

"Ayo pergi besok, aku gak sabar buat makan masakan Jerman!" Lily masih bersuara dengan riangnya.

Aku tertawa kecil.

Bukan karena ajakan makan darinya, tapi karena .. besok, aku juga ingin mengajaknya untuk pergi. Pas banget kan, aku belum mengajaknya, tapi dia sudah mengajakku duluan. Jackpot.

"Ayuk, aku juga udah kangen kamu," kataku lembut, aku nggak bercanda.

"Terserah, yang penting kamu cari tau dulu mau makan apa. Jangan bikin aku malu," kata Lily tak peduli.

Aku cemberut. "Oke,"

"Oke deh, see you Jam—"

"Ly?"

"Ya?"

Kemudian, aku memilih untuk masuk ke dalam kamar, duduk di tepi ranjang sambil menenangkan diri. Saat ini, aku ingin mengatakan sesuatu yang lebih serius.

"Besok, ngedate yuk?" tanyaku dengan hati-hati. Nggak seperti kedengarannya, tapi aku gugup sekali sampai harus menahan napas saat mengucapkannya.

Tak ada suara balasan dari seberang, Lily diam saja, tak menjawab.

Aku menggigit bibirku, cemas.

Inilah yang ku maksud tadi. Sejak awal, aku ingin mengajaknya kencan —bukan sekedar pergi makan. Aku nggak tau apakah perasaan Lily berubah atau tidak setelah ciuman itu, tapi aku mendadak kacau.

Jangan bahas apa yang terjadi setelah acara Cosplayer itu selesai, karena yang ku ingat, kami hanya saling diam sampai aku mengantarnya pulang ke rumah. Dan, itu sudah beberapa hari yang lalu.

Aku ingat ucapan Hina yang mengatakan bahwa gadis itu nggak mudah untuk menerima segala sesuatu yang baru. Bisa jadi setelah ini dia malah kembali menjadi diri sendiri demi menjaga zona amannya. Dia mudah melupakan sesuatu, jadi, aku takut dia tetap menganggapku bukan siapa-siapa.

Contohnya seperti saat dia melupakan tangisannya malam itu, dia bahkan nggak membahasnya sama sekali. Setelahnya, dia malah tampak baik-baik saja, seperti malam itu tak pernah terjadi.

Finding Lily | Na Jaemin [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora