Persisisnya setelah aku mengetahui bahwa aku Indigo, hidupku perlahan-lahan berubah, aku merasa menjadi lebih baik dari sebelumnya, penasihat paling baik diantara teman-temanku, well aku belum cerita bukan? Aku mempunyai adik kelas yang suka bercurhat kepadaku, jiwa ku tua dengan cap aneh di dalam diriku. Tapi aku tak pernah menghiraukan itu semua, yang terpenting, bagaimana aku bisa berguna untuk orang lain, walau sebenarnya aku harus menanggung penderitaan yang teramat dalam, dengan rasa simpatikku yang berlebihan terhadap orang lain, rasa sakit kepala yang luar biasa. Terkadang aku menangis, mengapa? Mengapa tak ada orang yang menghargaiku? Padahal aku selalu melakukan hal-hal yang baik kepada mereka, bahkan menolong mereka. Tetapi niat baikku selalu saja dianggap negatif oleh mereka. Kadang aku berfikir, aku lelah menjadi anak Indigo, tapi disisi lain, seseorang menyemangatiku untuk terus menjadi anak Indigo. Sikap dan sifatku kadang-kadang berubah, kadang aku menjadi sangat pemarah bila ada suatu omongan yang menyakiti hatiku. Kadang aku menjadi brutal, tak beraturan dan selalu menjadi pembangkang disekolah, namun nilai-nilai ku selalu bagus, aku berprestasi di kelas dengan IQ yang terbilang cukup tinggi. Pernah pada waktu itu, sekilas bayangan tentang alam terlihat oleh penglihatanku, Hutan, hutan itu dibakar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, aku melihat para pepohonan menangis, binatang-binatang melarikan diri sambil menangis melihat salah satu keluarganya menjadi korban. Di situ lah aku ikut menangis seakan-akan aku tau apa yang mereka rasakan, aku marah. Marah terhadap para manusia-manusia yang tak bertanggung jawab, sejak saat itu aku berusaha untuk saling mengingatkan masing-masing, bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, masih ada akhirat nanti yang menunggu.

Aku terlonjak kaget dan segera tersadar dari lamunanku, ku lihat sesosok bayangan melintas cepat di hadapanku, aku mengkerutkan keningku. Apakah itu kakak? Mungkin saja, aku sudah tau sejahil apa dia! Good! Mungkin dia adalah hantu terjail yang pernah kutemui.

''Kak! Ya ampun, jangan bercanda seperti itu! Ckckck-_-''aku mengerucutkan bibirku, saat ini aku tak mood untuk bercanda. Ku lihat sesosok itu masih mengumpat, aku jadi kesal sendiri.

''KAK! Aku lagi ga mood buat main petak umpet tau!!''pekikku, seketika aku terdiam seribu bahasa, sesosok itu telah menampakkan dirinya, dia bukan kakak! Dia laki-laki yang tadi kutemui disekolah!!!

''Ka..kau!''ucapku dengan terbata-bata, aku gugup. Laki-laki itu hanya memasang wajah datarnya, tapi matanya tak dapat berbohong, matanya memancarkan aura antara bahagia, bingung, dan rindu, aku semakin tak mengerti.

''Boleh aku minta waktu untuk berbicara padamu?''ucap laki-laki itu dengan nada datar, aku menganggukan kepalaku.

''Ikuti aku''perintahnya, aku berjalan mengikutinya. Kami keluar dari pekarangan rumah, sebenarnya dia mau mengajakku kemana? Aku menatapnya yang sedang berjalan lalu memasuki taman.

Dia berdiri di di dekat pohon, aku menghentikan langkahku. Jarak kami hanya beberapa meter saja, ia bersedekap, aku menunduk, entah kenapa aku tiba-tiba menjadi gugup seperti ini.

''Jadi, siapa kau sebenarnya?''tanyanya to the point. Aku agak kaget, mengapa dia bertanya seperti itu.

''Ak..aku? namaku Lorra Alisia.''jawabku dengan gugup, ku putuskan sejenak untuk meliriknya, ku lihat ia sedang berfikir, entah apa yang ada di fikirannya, aku tak dapat membacanya sama sekali.

''Baiklah, maaf sepertinya aku salah orang. Jadi, bisakkah kita menjadi teman? Namaku Ralden Lucas, panggil saja aku Ralden''katanya, dengan berani aku menatap matanya, ada sedikit rasa ingin menolak saat ia menekankan kata 'teman', segera ku tepis perasaan itu mengingat dia adalah hantu yang baru saja ku temui.

''Dengan senang hati Ralden''jawabku seraya tersenyum manis kepadanya, ku lihat ia menjadi sedikit kikuk, lalu tak lama kemudian dia membalas senyumku. Senyumnya manis sekali membuat siapa saja wanita yang melihatnya akan langsung jatuh hati kepadanya, jika ada yang lebih manis dari gula, gelar itu lah yang aku sebutkan untuk dia.

Sister Its Not VisibleWhere stories live. Discover now