BAB 10

12.8K 948 68
                                    

Mempunyai pacar yang begitu misterius, membuatku akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang detektif dadakan. Langkah pertama yang aku ambil adalan dengan mendekati calon informan pertamaku, yaitu ko Michael. Sebenarnya kami tidak terlalu dekat, mengingat Ko Michael jarang sekali berada di kantor, karena sibuk berjualan agar target penjualan tercapai. 

Kulirik ia, sedang membuat teh panas di pantry. "Pagi Ko," Sapaku pada pria bermata sipit itu. Bibir tipisnya membentuk senyuman, "Eh, Pagi Bu." Balasnya. Aku berpura-pura membuat teh dan duduk di hadapannya. "Hari ini keluar lagi, atau di kantor Ko?" 

"Hmmm, di kantor deh kayaknya hari ini. Mau Follow up quotation minggu lalu ke customer." 

Aku manggut-manggut. Menggaruk belakang telingaku pelan. Rey, sepertinya masih berada di starbuck lantai bawah. Sesuai perjanjian kami bahwa salah satu dari kami harus mengalah untuk naik ke atas setelah sekitar 15 - 20 menit berlalu. Memberi jeda agar tidak menimbulkan kecurigaan pada karyawan lain. "Ko Michael sudah berapa tahun kerja disini.?"

Ia menyesap teh nya pelan, "8 tahunan sepertinya. Dari awal mula berdiri ini perusahaan sih, diajak Rey bergabung pas banget saat saya baru kembali dari Singapore dan dia baru selesai ambil gelar master di Harvard." 

"Ko Michael temannya Pak Rey,?"

Ia menggeleng. "Temannya, temen dari abangnya Rey. Sebenernya, ini perusahaan bukan banget berdiri saat dipegang Rey. Yang saya tahu ini punya salah satu kakak lelakinya, cuma belum berkembang sepesat ini saat pertama dia pegang."

Mataku membulat, agak kaget karena jujur aku tidak tahu sejarah perusahaan ini berdiri. "Jadi PT Dua Saudara Perkasa ini, pendiri pertamanya bukan Pak Rey. Saya baru tahu loh Ko."

"Ini sih cuma salah satu perusahaan kecil lah kalau dibandingkan dengan perusahaan keluarga dia yang turun temurun itu. Cuma, gue salut sih. Rey bisa bikin perusahaan yang tadinya ga ada aktifitas. Sekarang malah jadi distributor tunggal sparepart dari taiwan dan china." 

"Padahal masih muda yah Ko,"

Ko Michael mengangguk-angguk. "Dia memilih mengembangkan perusahaan ini daripada ikut bergabung sama perusahaan raksasa milik keluarganya."

Bibirku membulat membentuk huruf O besar. "Terus kakak lelakinya kemana? Pasti pegang perusahaan keluarga dia yang lebih besar deh,"

Ko Michael sedikit terkejut dengan pertanyaanku. "Loh, Ibu emang enggak tahu?" 

Aku menggeleng pelan, "Abangnya kan kecelakaan mobil 6 tahunan lalu, meninggal di tempat." 

Genggaman tanganku pada gelas di tangan spontan mengerat, menatap tanpa jeda ke arah Ko Michael. "Beritanya kan sampai masuk berita Bu. Saya inget banget saat itu, keluarga sangat berduka atas kepergian Ramon, anak lelaki pertama di keluarga mereka. Calon pewaris tunggal. Ibu bisa bayangkan dong bagaimana perasaan pak Rey waktu itu." Ko Michael menyesap teh nya pelan. "Jarak usia mereka bisa dibilang agak jauh sih. 10 tahunan kalau enggak salah, tapi setau saya mereka cukup dekat " 

Tanpa sadar aku menahan nafas sejak tadi, yang membuatku menghembuskan nafas panjang saat Ko Michael selesai bercerita. "Saya pikir Ibu tahu cerita ini, kelihatannya kan Ibu dekat banget tuh sama Boss." Sindirnya. 

"Dekat, sebatas kerjaan saja kali  Ko. Pak Rey aslinya tertutup kok orangnya."

Ia mengangguk, berjalan ke arah pintu "Saya, balik duluan yah, si boss kayaknya sudah datang tuh." Ko Michael keluar dari pantry, aku ikut berjalan di belakangnya. Rey muncul melewati ruangan pantry menuju ruang kerjanya. Matanya melirik tajam, sebelum ia membuka pintu ruangan. "Habis ngapain kamu?" Tanyanya dingin.

MY POSSESIVE BOSS!! SUDAH TERBIT, SERI-NIKAHYUK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang