BAB 7

12K 876 23
                                    

"Amara, Saya kangen sama kamu,"

=================================================

I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away

Call me, baby, if you need a friend

I just wanna give you love

Come on, come on, come on

Reaching out to you, so take a chance

Lagu charlie puth mengudara, entah sudah berapa kali rasanya aku mendengar lirik yang sama berputar ulang saat ini dibarengi dengan sebuah getaran kecil yang berasal dari meja kecil samping tempat tidurku. Seolah baru tersadar kalau itu dering telfon ponselku yang baru saja aku ganti beberapa hari ini. Aku mencoba meraih telfon, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 3 dini hari. Entah setan mana yang menelfonku pada pagi-pagi buta seperti ini.! 

"Hmmmmm," Gumamku, tanpa melihat dengan jelas nama yang terpampang di layar telfon. "Siapa ini," Suaraku parau, masih dalam keadaan ngantuk berat, tentu saja karena aku baru berhasil terlelap pukul 1 dini hari. 

"Kamu hapus nomor saya yah," Suara pria di seberang sana mengembalikan kesadaranku sekitar 50%. "Kok pakai nanya," Lanjutnya lagi. Aku segera mengangkat ponsel dan melihatnya dengan cermat. Boss Kece

Pak Rey.! 

Seketika aku bangkit dari tidur, bersandar pada sandaran tempat tidur. "Pak Rey? Ada apa pak,?" 

"Saya ganggu tidur kamu yah?" Tanyanya pelan. Aku mengucek-ucek mata dan menguap kecil. 

"Saya baru tidur jam 1 pagi pak, Bapak telf saya jam 3, saat saya lagi enak-enak nya mimpi." Jawabku ketus. Terdengar Pak Rey menghembuskan nafas berat, "Ya sudah kalau begitu saya tutup telfonnya." Suaranya berubah menjadi datar. 

"Eh, tunggu Pak.!" Seruku, "Bapak ada apa nelf saya pagi-pagi buta? Bapak sudah pulang.?" 

"Saya baru sampai Bandara, lagi nunggu taksi." 

"Oooohh," 

Hening sesaat, terdengar suara deru mobil, suara orang berlalu lalang dari seberang telfon. "Saya gagal bawa pialanya buat kamu, tahun ini saya gagal." Akhirnya Pak Rey kembali bersuara, nadanya terdengar sedih. 

"Kompetisi Billyardnya?!" 

"Iya," 

Aku memegang erat handphone, secara tidak sengaja malah jadi ikut terbawa suasana hatinya Pak Rey. Padahal setiap tahun Pak Rey pasti selalu membawa piala, entah juara satu sampai juara tiga. Pastilah hal ini begitu membuat hatinya sedih dan terguncang. Aku menunduk. 

"Amara, Saya kangen sama kamu." Suaranya pelan terdengar, hampir seperti bisikan. Rasa kantuk tiba-tiba menghilang begitu saja. Digantikan dengan dentuman keras dari balik dadaku. Hatiku terasa penuh, entah oleh apa. Namun jika boleh jujur ada sedikit perasaan bahagia mendengar kata-kata itu barusan. 

******

Hal pertama yang dia lakukan sekembalinya dari Filipina adalah Meeting. Sejak pukul 9 pagi hingga pukul 12 siang barulah meeting itu selesai. Penampilan Pak Rey terlihat santai, dengan kemeja putih dan celana berwarna cokelat. Ia selalu memperhatikan cambang dan kumis di wajahnya, hingga selalu tampak rapi dan bersih. Aku suka dengan pria yang pembersih. 

Semua keluar ruangan terkecuali diriku. Aku sudah bersiap dengan pulpen serta buku agenda. "Besok saya akan pergi dengan Michael ke customer, mungkin seharian. Lusa, saya bisa lihat laporan keuangan yang waktu itu kamu janjikan ke saya?" Tanyanya. Gayanya kembali seperti biasa, like a boss. 

MY POSSESIVE BOSS!! SUDAH TERBIT, SERI-NIKAHYUK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang