3. Berita 7

2.4K 193 12
                                    

Dikuasai emosi, Natania menambah kecepatan mengayuh sepeda. Begitu sampai di rumah ia turun dan mengunci sepedanya di dekat petak-petak bunga yang ia tanam sendiri. Natania menyukai bunga, tapi untuk saat ini petak-petak bunga itu tak mampu menghiburnya.

Rumah kosong saat Natania masuk. Bapak dan Ibu Eisorez masih bekerja. Natania mengambil sapu dan menyapu ruang makan yang menyatu dengan ruang keluarga. Bersih-bersih adalah salah satu caranya untuk meredakan stres. Namun, rumah mereka tak cukup besar untuk menyibukkan pikiran gadis itu. Tak sampai dua puluh menit lantai rumah keluarga Eisorez telah bersih dari debu. Tadinya Natania ingin membuat sesuatu di dapur. Namun, semalam ibunya memasak seporsi besar bubur dan sisanya masih cukup untuk santap malam nanti. Demi efisiensi, haram hukumnya bagi keluarga Eisorez untuk membuat masakan baru kalau yang lama masih bersisa.

Akhirnya Natania menjatuhkan diri di sofa. Ia merentangkan tangan dan menarik napas dalam-dalam. Tak jauh di depannya terletak televisi tua yang sudah dimiliki keluarga Eisorez selama sepuluh tahun. Natania mengagumi kegigihan televisi itu untuk bertahan. Sudah beberapa kali si televisi dibawa ke tempat reparasi, tetapi benda itu selalu berhasil berfungsi kembali. Bukannya keluarga Eisorez tak ingin membeli televisi baru. Mereka ingin, tetapi uang mereka selalu tak cukup untuk membelinya.

Awalnya Natania enggan menyalakan televisi. Ia yakin seluruh saluran gencar memberitakan Pemilihan Jodoh. Namun, setitik rasa penasaran mendorongnya untuk meraih dan memencet tombol remote. Sosok perempuan berkacamata muncul di layar. Perempuan itu adalah Temmie Gunner, pembaca berita sekaligus bintang Saluran Berita 7.

Gunner, perempuan yang sudah mulai memasuki usia empat puluhan itu tampak bersemangat. Wajahnya yang dipoles riasan tipis terus tersenyum lebar dan matanya memancarkan antusiasme. Di bagian bawah layar televisi, terpampang judul "Profil Tujuh Pemilih dalam Pemilihan Jodoh Tahun Ini".

Natania menegakkan tubuh. Buru-buru ia mengeraskan volume televisi. Pemilih adalah istilah bagi bangsawan yang menyeleksi profil warga Aprabeia yang mengikuti Pemilihan. Singkat kata, merekalah para bangsawan yang mencari pendamping hidup.

Jika aku harus terjun ke medan perang, aku harus mengetahui siapa musuhku, tekad Natania. Jadi meskipun tahu ia tak akan menyukai berita ini, Natania menyimak Gunner dengan sungguh-sungguh.

"... ketujuh sosok bangsawan dikenal karena prestasi dan rupa indah mereka," kata Gunner. Natania mencibir, berpikir tiga kata terakhir sama sekali tidak penting dan tidak perlu. "Beberapa dari mereka bahkan sudah menjadi pujaan pemuda-pemudi Aprabeia. Siapa sajakah ketujuh bangsawan tersebut? Mari kita lihat liputannya."

Logo Berita 7 muncul menutupi Temmie Gunner. Ketika logo berlalu, layar menampilkan kilasan para bangsawan yang melambai-lambai ke arah kamera di tengah-tengah aktivitas mereka. Ada empat Pemilih lelaki dan tiga Pemilih perempuan. Di antara mereka, hanya dua yang menarik perhatian Natania. Yang pertama adalah Putri Terina, putri bungsu Raja dan Ratu Aprabeia. Biasanya media akan semakin gencar memberitakan Pemilihan jika garis keturunan Kerajaan terlibat. Tak heran, karena artinya akan ada warga biasa yang ditarik menjadi anggota keluarga Kerajaan.

"Tahun ini akan sama istimewanya dengan delapan tahun lalu," ujar si narator liputan. "Saat itu Putri Olivia, putri sulung Raja dan Ratu, menggelar Pernikahan Agung setelah memilih Bertius Cravon dari Distrik Selatan. Pernikahan Putri dan Tuan Cravon digelar secara mewah dan disiarkan langsung ke seluruh Aprabeia. Dengan keikutsertaan Putri Terina di Pemilihan Jodoh tahun ini, bisa dipastikan masyarakat Aprabeia akan kembali menyaksikan prosesi Pernikahan Agung yang luar biasa."

Wajah Putri Terina memenuhi layar sementara narator menguraikan profil singkatnya. Natania tak pernah yakin bagaimana perasaannya untuk sang putri raja. Statusnya sebagai anggota keluarga Kerajaan membuat Natania tak bisa benar-benar menyukai Putri Terina. Namun, Natania merasakan sedikit simpati untuk Putri setelah tak sengaja menonton berita tentang dia tiga tahun yang lalu. Berita itu menyiarkan bahwa Putri Terina kedapatan berbincang dengan seorang tunawisma tua renta. Dari foto yang disertakan di berita tersebut, tampak Putri Terina duduk bersimpuh menyejajarkan diri dengan sang tunawisma.

Kontan berita itu membuat Kerajaan geger. Bukannya memuji sikap hormat sang putri pada orang yang lebih tua, mereka malah menuduhnya tak tahu tata krama. Seharusnya, kata juru bicara Kerajaan, warga biasalah yang harus berdiri untuk Putri. Akhirnya melalui konferensi pers, Putri Terina mengklarifikasi bahwa berita itu hanyalah bohong belaka. Tak ada keterangan lebih lanjut mengenai fotonya yang menghebohkan.

Nihilnya keterangan akan foto itu menimbulkan tanda tanya. Natania mengambil kesimpulan bahwa kejadian itu benar adanya dan justru Putri-lah yang berbohong. Awalnya ia jijik karena Putri terkesan memperlakukan pertemuannya dengan sang tunawisma seperti aib. Kemudian terpikir olehnya bisa jadi Putri melakukan itu untuk melindungi sang tunawisma berikut orang yang mengambil foto dan menyebarkan berita tersebut. Bersinggungan dengan keluarga Kerajaan memang bukan hal main-main. Eksekusi mati adalah hukuman terberat bagi mereka yang dianggap kurang ajar pada keluarga Kerajaan.

Sosok Pemilih lain yang menarik perhatian Natania adalah Henri Yorbile.

Mulut Natania ternganga saat wajah angkuh Yorbile muncul di televisi. Ia tak percaya bangsawan berusia 32 tahun itu berani menjadi Pemilih untuk kedua kalinya. Yorbile adalah putra tunggal Gubernur Distrik tempat Natania tinggal. Istrinyalah yang sering dilihat orang-orang keluar dengan wajah lebam, tetapi bukan hanya itu yang membuat Natania ingin mengamuk. Narasi yang mengiringi profil singkat Yorbile membuat Natania harus menahan diri agar tak melempar remote ke televisi.

"Tuan Henri Yorbile pernah menjadi Pemilih dua tahun yang lalu. Beliau menikah tak lama setelah Pemilihan Jodoh berakhir. Namun, tiga bulan lalu Tuan Yorbile memutuskan untuk bercerai dengan sang istri. Menurut sumber yang bisa dipercaya, mantan istrinya sering menghamburkan uang dan mengeruk harta beliau untuk kepentingan pribadi. Tentu sebagai lelaki terhormat, Tuan Yorbile berkeinginan untuk mencari pendamping hidup yang terhormat pula."

"Bagaimana kalau kalian memberitakan lebam-lebam yang diderita mantan istrinya?!" Natania meledak dan berteriak pada si televisi yang tak tahu apa-apa. "Tidak berani?! Takut menggiring opini yang negatif pada bangsawan kalian?! Sungguh memuakkan!"

Sadar kalau ia bisa melakukan hal yang lebih buruk jika terbakar amarah, Natania mematikan televisi. Ia tak peduli lagi akan profil ketiga bangsawan yang belum mendapat giliran ditampilkan. Natania tak lagi punya kesabaran untuk menyaksikan wajah-wajah pongah mereka. Ia mencampakkan remote ke sofa dan berlari ke kamarnya yang kecil. Saking kecilnya kamar Natania, hanya ada ruang kosong selebar setengah meter di antara lemari dan tempat tidur. Tak ada ruang untuk benda lain.

Natania duduk di tempat tidur, memeluk bantal, dan menangis. Ia benci Pemilihan. Ia tak mau ikut serta dalam Pemilihan. Ia benci kesenjangan antara kaum bangsawan dan warga biasa. Ia benci hak-hak istimewa kaum bangsawan yang merampas hak-hak warga biasa. Kebencian dan kemarahan yang meluap-luap memunculkan andai-andai dalam benak Natania. Andai saja Kerajaan runtuh. Andai saja segerombolan rakyat Aprabeia berani menentang Kerajaan. Andai saja ....

Sudahlah, kata hatinya yang letih bersuara. Kau tahu itu tak akan mungkin terjadi.

Maka Natania hanya bisa menangis dan menangis. Lama-lama ia lelah sendiri. Ia pun berbaring di ranjangnya dan tertidur.

Chosen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang