Part 5. Griefstricken

3.7K 208 10
                                    

*****

Hinata berlari masuk ke kamarnya dan tersenyum melihat keadaan kamarnya. Dia lalu membereskan kamarnya yang berantakan akibat kegiatan panasnya dengan Menma belum lama tadi. Dia memunguti pakaiannya dan pakaian Menma yang berserakan di lantai sambil tersenyum malu. Hinata meletakkan semua pakaian itu ke keranjang pakaian di sudut kamarnya. Dia lalu membereskan tempat tidur dan melepas semua sarung bantal dan selimut serta bed covernya dan menggantinya dengan yang bersih. Hinata tersenyum saat melihat jas Menma yang tersampir di headbed. Hinata mengambilnya dan menciumnya, menghirup aroma parfum Menma yang membuatnya teringat kegiatan panas mereka tadi. Hinata bahkan masih merasakan vaginanya yang basah oleh sperma Menma karena dia belum membersihkan dirinya saat menyusul Menma ke pintu depan tadi. Hinata lalu melihat dirinya di cermin dan baru sadar betapa berantakannya penampilannya. Rambutnya terlihat acak-acakan dan selembar dress yang kusut yang dikenakannya itu? Uh! Hinata sangat malu melihat penampilannya sendiri. Pantas saja Naruto memarahinya tadi. Cepat-cepat Hinata mandi.

Hinata sedang sibuk membuat kue coklat kesukaan Menma di dapur saat Naruto tiba-tiba datang. Pemuda pirang itu terlihat pucat dan bingung. Hinata jadi cemas melihatnya.

" Kakak Ipar? Ada apa? Kenapa masih siang begini kau sudah pulang dari kantor? Apakah Menma pulang juga bersamamu? " tanya Hinata penuh harap.

" Sebenarnya.. " Naruto terlihat sangat bingung dan gelisah. Keringat membanjiri kening dan wajahnya.

" Ada apa, Kak? " tanya Hinata makin penasaran karena Naruto tidak juga mengatakan sesuatu.

" Menma.. Menma mengalami kecelakaan setelah perjalanannya dari kantor notaris. Sekarang dia dibawa ke rumah sakit. " ucap Naruto dengan suara bergetar.

" A-Apa? Menma? Menma kecelakaan? Tidak.. mungkin.. " ucap Hinata kaget.

Hinata merasa sangat kaget, cemas dan ketakutan hingga seluruh sendinya terasa lemas. Hinata langsung jatuh terduduk di lantai dapur. Naruto segera menolong Hinata bangun dan memapahnya ke kursi terdekat dan mendudukkannnya di sana. Dia mengambil segelas air lalu memberikannya pada Hinata.

" Kau tunggulah di rumah. Biar aku saja yang melihat keadaan Menma di rumah sakit. " ucap Naruto saat melihat Hinata sedikit lebih tenang.

" Tidak! Aku ikut Kakak ke rumah sakit! Aku ingin melihat keadaan suamiku! " jerit Hinata.

" Baiklah. Baik. Tapi tenanglah. Okey? " ucap Naruto.

Naruto dan Hinata duduk diam di dalam mobil yang membawa mereka berdua ke rumah sakit. Hinata meremas - remas ujung roknya dengan gelisah. Segala pikiran buruk memenuhi kepalanya. Air matanya deras mengalir membasahi wajahnya tanpa bisa ditahannya. Naruto yang melihat keadaan Hinata itu segera mengenggam telapak tangan Hinata, seakan berusaha memberi adik iparnya pegangan disaat hati wanita itu kacau dengan segala kecemasan dan ketakutannya. Awalnya Hinata kaget tapi Hinata balas menggenggam telapak tangan besar Naruto dan menggenggamnya erat, membagi ketakutannya dan kekhawatirannya pada Kakak Iparnya itu.

Sesampai di rumah sakit, mereka berdua segera berlari menuju ruang operasi, tempat Menma menjalani operasi. Disana mereka bertemu dengan Kakashi yang terlihat sangat gelisah dan khawatir. Lelaki berambut silver itu segera berdiri dan memeluk Naruto.

" Aku minta maaf karena tidak bisa menjaga adikmu dengan baik. Aku telah menghianati kepercayaan yang kau berikan padaku. Maaf.. " ucap Kakashi sambil meneteskan air mata.

" Seandainya aku tadi yang mengantar Menma dan bukannya malah membiarkannya menyetir sendiri, adikmu itu tidak akan celaka. Padahal Menma kurang baik penglihatannya. Seharusnya aku tunda rapat sialan itu! Dan kenapa juga sopir itu tiba-tiba saja sakit?! Argh! " sesal Kakashi sambil meremas rambutnya sendiri hingga berantakan.

REPLACEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang