| tuanku

5 5 0
                                    

Peranku adalah maid. Sudah pasti tugas maid yaitu mengerjakan perintah yang disuruh saat itu juga, jika menundanya sudah pasti si tuan akan marah dan memberi hukuman.

Ya, aku membuat satu kesalahan yang tidak kupahami dimana letaknya. Sebelum itu, biarkan diriku bercerita tentang tuanku.

Renerus namanya. Jangan tanyakan aku siapa nama panjangnya, dia hanya memberitahu sepenggal dusta nama itu dengan tatapan sedingin es. Tapi aku memanggilnya dengan kata nama panggilannya, Ren. Tidak ada kata "Tuan" atau apapun itu karena dia merasa geli jika dipanggil seperti itu.

Jangankan dia, aku saja yang menyebut kata dusta seperti itu ingin tertawa lebar di hadapannya langsung. Jujur saja, tidak ada yang spesial dari tuanku ini. Wajahnya yang lumayan dengan rambut berwarna kuning membuatnya makin terlihat klasik. Tapi manik emasnya tidak cocok dengan tatapan dingin yang selalu ditujukan kepadaku. Sisanya tidak mau aku definisikan, tidak terlalu spesial.

"Harusnya hari ini aku bisa cuti..." keluhku.

Entah kenapa akhir-akhir ini suaraku lebih lembut dari biasanya. Sebelum aku menjadi maid si Ren, suaraku melebihi toa. Sangat-sangat merusak telinga jika didengar. Mungkin ada sedikit bubuk yang dituangkan pada tiap makanan dan minumanku agar suaraku menjadi lemah lembut seperti seorang gadis feminim lainnya. Ugh, tidak cocok untukku berpenampilan feminim.

Sekarang ini, kedua tanganku sedang diikat dengan kain yang terlilit di kayu ranjang milik Ren dilengkapi dengan kedua mataku yang tertutup oleh kain. Jadi hanya kegelapan yang aku lihat dengan mata tertutup. Sudah menjadi tradisi dimana setiap musim berganti, aku diikat seperti ini. Ya, seperti orang yang akan disetubuhi secara paksa. Tapi Ren tidak pernah berpikiran seperti itu walau hasratnya melebihi manusia biasa.

Di musim panas ini aku tidak menikmati indahnya air laut yang biru dengan pasir yang putih, tetapi yang kunikmati hanya suhu dari AC yang dingin sembari duduk terikat dengan kain dan menunggu Tuan pulang.

Tiga jam sudah berlalu.

Aku bisa mendengar suara langkah kakinya mendekat ke arahku. Seperti biasa, pelan, tenang, dan selalu terasa hawa dingin walau suhu AC tidak terlalu dingin. Tapi di langkahnya yang dingin kali ini, aku memilik firasat yang buruk.

"Kau lelah?" tanyanya dingin. Tangannya sedang memegang sesuatu dari besi. Aku bisa mendengar dentingan besi yang dibunyikan dari jarinya.

"Tidak, Ren... maafkan a--"

Belum melengkapi kalimatku, dia sudah memotongnya dengan melontarkan pertanyaan, "Siap?"

Aku tidak menyukainya, tapi aku bisa apa? Aku hanya diam, tidak menjawab pertanyaannya. Mood-ku lagi pengen diam hari ini, tidak ingin banyak berbicara hal-hal yang tidak penting atau sapaan.

Suasana sempat hening beberapa menit tapi mulai hancur karena desisanku yang menahan sakit dari goresan si Ren. Dia sempat menarik tangan kananku dengan paksa lalu menggores bagian pergelangan tanganku dengan benda tajam. Entah itu pisau, silet, sutter, atau jarum aku tidak tahu intinya yang dia pakai adalah benda tajam. Tapi aku harus menahannya. Tinggal aku bayangkan saja kalau luka goresan ini tidak sakit.

Pikiranku pun buyar ketika mulutnya menghisap pergelangan tanganku yang tergores. Lengkap sudah rasanya, perih, sakit, pedih, dan berbagai rasa sakit lainnya. Ingin rasanya aku teriak, tetapi mulutku ditutup oleh tangannya yang besar.

Daguku diangkat ke atas. Bibir tipisku yang kering diusap perlahan menggunakan jempolnya. Terasa dingin dan lembut saat menyentuh bibir tipisku, entah apa yang dia lakukan di musim panas seperti ini hingga jarinya terasa dingin. Namun, aku tidak memperdulikan hal itu. Hal yang kupedulikan saat ini adalah bibirnya yang secara cepat menyentuh bibirku.

Apa sih yang ia pikirkan? Tidak, kalau mencium biasa aku tidak masalah tetapi ciuman kali ini terasa sesuatu yang cair dan terasa pahit. Aku tidak bisa mendefinisikannya tetapi aku sangat yakin kalau cairan tersebut adalah tetesan darah dari hasil goresan yang ia buat.

Dikiranya aku vampir, apa?! Memaksaku menelan darahku sendiri melalui perantara mulut rasanya menjijikan. Sudah kucoba menghentikan ciumannya itu agar tidak menelan darahku sendiri tetapi tangannya menahan kepalaku dan terus-menerus memaksaku.

Ingin rasanya aku muntah sekarang tapi tidak bisa. Cairan darahku sendiri perlahan keluar menetes ke daguku. Terus-menerus menetes. Mau tidak mau aku harus menelannya. Tapi kenapa?

Apa ini liburan musim panasku bersama tuanku sendiri dalam ciuman yang menjijikan ini?  Sungguh, aku berharap tidak.

Fin (?)






By: VellaRei.

A/N
Oke jadi notenya /ahem
Gua ngumpulnya diluar, luar, luar, LUAR, DAN LUAR, jadwal deadline :))

【Seasoning The Season】Hello 2018!Where stories live. Discover now