| sunflower hime

30 6 1
                                    

"Hime!" Panggil Hideo.

Gadis yang memiliki nama itu menoleh ketika lelaki itu memanggilnya. Ekspresinya seketika berubah ketika namanya disebut oleh Hideo, lelaki itu. Hideo menghampirinya dan menyapanya dengan hangat.

Tapi tidak dengan Himawari.

"Kenapa kau panggil namaku seperti itu lagi?" Tanyanya dengan nada dingin. Hideo pun hanya tersenyum, tanpa memedulikan nada rendahnya.

"Soalnya, namamu kan panjang. Lalu, bukankah panggilan itu lebih sopan?"

"Jangan panggil aku itu lagi!" Tegas Himawari dan ia pergi menjauh dari lelaki itu.

Hideo hanya terdiam. Mulutnya terkatup ketika gadis itu menegaskannya lebih keras. Dan sesudah gadis itu pergi, ia hanya bisa menghela napas.

Namanya Himawari.

Dan ia benci dipanggil 'Hime'.

|✨|

"Himawari, apa kau tahu arti bunga matahari?"

Gadis kecil itu menggeleng. Sang ibu pun tersenyum lalu kembali berkata,"Ibu sangat suka bunga matahari. Karena warna kuningnya, lalu filosofi bunga itu tersendiri yang mengartikan selalu setia."

"Lalu apa hubungannya denganku?"

Sang ibu pun semakin gemas, mendekap putrinya semakin erat, "Namamu Himawari Hime yang berarti Putri bunga Matahari. Dengan nama itu, ibu ingin kau setia pada semua orang yang kau sayangi. Lalu, selalu jadi gadis yang ceria di tiap saat.

"Jangan benci dengan nama itu, ya."

Terbayang kembali ingatan itu. Himawari terbangun dari tidurnya yang lelap. Mimpi itu kembali lagi muncul. Ya, ingatan dirinya saat bersama ibunya. Sudah lima tahun berlalu, kini Himawari tidak dapat melupakannya. Ibunya telah meninggal lima tahun yang lalu lamanya.

Himawari pun berjalan keluar dari kamarnya menuju nakas dekat ruang tamu, dimana nakas itu ada foto ibunya. Ia pun mengusap foto itu, sembari berucap, "Ibu, aku merindukanmu."

Dan perasaan yang kini ia rasakan tercampur oleh kesedihan.

|✨|


Hideo menoleh ke bangku belakang, menyadari selama setengah jam pagi ini Himawari belum ada. Hideo menghela napasnya, untuk keberapa kalinya gadis itu tidak masuk.

Hideo pun memutuskan untuk mencarinya. Biasanya gadis itu akan ada di kuburan, duduk di depan makam ibunya sembari menangis. Kuburan itu jaraknya dekat, omong-omong. Jadi Hideo dengan mudahnya dapat kesana.

Dan benar saja gadis itu ada disana. Hideo merasa lega, ia pun langsung menghampiri gadis itu yang tengah meratapi kematian ibunya.

"Kau selalu kemari, ya?" Tanya Hideo. Himawari pun menoleh, satu tangannya pun dengan cepat menghapus air mata ketika lelaki itu muncul. Hideo yang melihatnya pun hanya menghembuskan napasnya lalu tanpa aba-aba ia memeluk gadis itu.

"Sekarang aku paham mengapa kau tidak suka dengan panggilan itu," ucap Hideo, "kau kehilangan keluargamu. Lalu sekarang kau dan nenek kakekmu saja yang masih hidup. Kau... kesepian."

Himawari melepas pelukannya, ia pun membuka mulutnya, "Nggak, kau salah. Aku justru selalu mengalami mimpi buruk, dimana aku tidak bisa menepati arti nama yang diberikan ibuku."

"Namamu? Ada apa dengan arti namamu?" Tanya Hideo.

"Katanya, dengan nama itu ibuku berharap bahwa aku akan selalu setia pada orang yang kusayangi dan selalu ceria tiap saat. Padahal, orang yang kini kusetiakan sudah hilang dan aku tidak dapat lagi kini menghidupi nama itu," balas gadis itu yang diiringi isakkan lagi, "aku rasa aku tidak akan pernah bahagia dan juga tidak dapat setia lagi. Sebab itu aku membenci nama itu ketika tidak dapat menepati janjinya."

"Kenapa kau selalu berpikir sendiri, sih?" Tiba-tiba Hideo berkata seperti itu. Himawari yang menitikkan air matanya lagi pun mendongakkan kepalanya pada lelaki itu.

"Kenapa kau selalu berpikir seperti itu, bahkan sampai menyingkirkan diriku yang ingin selalu di sampingmu. Kau tahu kalau selama ini aku ingin menemaniku? Kau justru menghindariku.

"Ibuku juga bilang begitu. Ia bilang bahwa aku harus jadi anak yang baik-baik, yang dapat menyayangi semua orang. Dan aku kini sedang menjalankannya. Hanya saja aku tidak tahu siapa yang dapat kusayangi. Teman berharga pun sepertinya belum cukup."

Hideo menarik kedua tangan Himawari, "Hime, yang kini kau rasakan itu adalah kesepian dan setelah keluargamu mebinggalkanmu kau membenci dirimu sebab kesetiaanmu hilang karena mereka yang menghilang. Hapus rasa itu semua, dan kini... mulailah merasa bahwa kau tidak sendiri. Ada aku yang setia di sampingmu."

Himawari yang mengenggam bunga pun langsung ditarik oleh Hideo lalu memasangnya di kepalanya. Menyekatnya di atas daun telinga itu. Himawari seketika merasa geli akan apa yang dilakukannya. Jantungnya pun seketika berdegup tanpa alasan.

Hideo pun memutuskan untuk membawanya ke sekolah kembali. Saat di perjalanan, Himarawi kembali bertanya, "Hei, Hideo, kenapa kau melakukan itu?"

Hideo yang ditanyakan itu pun pipinya tampak merah. Tapi lelaki itu berusaha menyembunyikannya dengan senyuman, "Itu karena aku mencintaimu." Tembaknya. Lantas gadis di samping itu memerah pipinya. Langkahnya terhenti ketika Hideo mengatakan itu. Hideo yang mengatakannya pun hanya tertawa renyah.

"Sebab itu, aku tidak dapat hilang darimu. Hime mau terima perasaanku?"

Himawari, atau namanya yang disebut Hideo 'Hime' itu pun hanya mengangguk pelan tanpa ragu. Sebetulnya dalam hati ia merasa kacau.

Panggilan itu seketika membuat dirinya kembali setia.

Setia pada mataharinya, yaitu Hideo.

Fin.










By: -rainteadraft.

A/N
PAS TERAKHIR AKU NYELESEIN INI PAS DEADLINE 😂😂 emosi, baper ama hideo sendiri--

【Seasoning The Season】Hello 2018!Where stories live. Discover now