CHAPTER 28. SAKIT

Start from the beginning
                                    

"Don't take too long!" Xander memukul pantat tepos Violetta.

Beberapa lama kemudian, Violetta siap. Ia mengenakan blouse berbahan tebal karena suhu di luar mulai mendingin.

"Sudah?" Tanya Xander. Violetta mengangguk. Ia meraih lengan Xander lalu masuk ke dalam mobil Lamborghini  hitamnya.

Sepanjang perjalanan, Violetta sesekali menyentuh lengan Xander, menenangkannya yang sedikit khawatir. Ayahnya adalah keluarga satu-satunya. Jika sesuatu terjadi padanya, entah bagaimana Xander nanti.

Mobil memasuki parkiran sebuah rumah sakit besar dan terkemuka. Ini jam berkunjung sehingga pengunjung pasien memenuhi rumah sakit. Mereka berdua turun dari mobil dan bergegas menuju kamar tempat Tuan Ferdinand dirawat.

"Kau!" Baru mereka sampai di depan ruangan, Benjamin sudah menghadang mereka. "Untuk apa kau kesini?!" Hardiknya.

Genggaman tangan Violetta di lengan Xander menguat. Xander melirik Violetta. Wanitanya itu menunduk takut. Xander menarik nafas panjang lalu tersenyum ke arah Benjamin. "Tentu saja menjenguk ayah kita," jawab Xander.

Benjamin tidak menyukai jawaban Xander. "Ayah? Itu Ayahku. Kau tidak punya urusan disini."

Xander geleng-geleng. "Ayolah. Kita sudah dewasa. Kau tahu aku anak ayah juga. Perlukah kita tes DNA untuk membuktikan aku anak ayah juga?" Xander tersenyum miring.

Tiba-tiba Selena dan Cathlyn, istri Benjamin, keluar. "Perlukah kalian bertengkar di rumah sakit?" Kesal Selena.

"Oh, kau yang memberitahunya? Kau ada di pihak siapa, Selena? Keluarga kita atau Xander?!" Benjamin mendelik.

Selena mendengus. "Aku di pihak keluarga tentu saja. Tapi ini permintaan ayah."

"Ben.." Cathlyn bermaksud untuk membujuk Benjamin namun suaminya itu melototinya.

"Sebelum Ibu dan nenek datang, biarkan dia bertemu dengan ayah," tukas Selena.

Benjamin berdecak marah. Ia lalu pergi meninggalkan Xander, Violetta, dan Selena. Sementara Cathlyn mengejar suaminya yang sedang marah.

"Terima kasih, Selena." Ucap Xander sambil masuk ke dalam ruangan.

"Sudah kukatakan jangan besar kepala." Balas Selena ketus.

Mereka berdua masuk. Tampak Sang Ayah dikelilingi oleh peralatan medis. Jarum infus dan selang oksigen menyokong hidupnya. Xander tahu, ayahnya sakit keras. Tetapi ia tidak tahu jika kondisi ayahnya sudah seperti ini.

Tuan Ferdinand membuka matanya. "Oh, Xander..putraku.." ucapnya dengan suara gemetar. Tangannya menggapai berusaha meraih Xander.

"Apa yang terjadi?" Xander meraih tangan Ayahnya yang sudah keriput. Sebenarnya, Tuan Ferdinand tidak setua itu. Tetapi penyakitnya membuatnya tampak begitu tua dan lemah.

"Tidak ada yang terjadi. Hanya butuh istirahat saja. Tidak perlu khawatir," ujar Tuan Ferdinand sambil menepuk tangan Xander. "Oh, dan kau datang, Violetta. Terima kasih.." katanya.

Violetta menggeleng. "Tidak perlu berterima kasih, Tuan,"

"Tidak. Aku berterima kasih karena kau masih bersama Xander. Sudah satu bulan berlalu sejak kita bertemu, ya?"

Violetta terenyuh. Kenapa Tuan Ferdinand harus berterima kasih seperti ini? Violetta melirik Xander.

"Dia akan tetap bersamaku, Ayah." Sahut Xander.

Aku kembali menatap Tuan Ferdinand sambil tersenyum. "Aku kan sudah berjanji," sambung Violetta.

Tuan Ferdinand tampak sumringah. Lalu tiba-tiba..

ALEXANDERWhere stories live. Discover now