Kisah Kedua

251 19 2
                                    

Malam itu terlalu cerah dari biasanya. Padahal siang hari hujan sempat membasahi bumi. Langkah Senja masih teratur menyusuri trotoar menuju Cafe Star.

Sebuah kafe yang memang dekat dari kampusnya dan menjadi satu-satunya tempat untuk mendengarkan live music berkualitas.

Rasa penasarannya pada Mahendra membuat Senja berakhir di kafe ini. Ramai seperti biasa. Beberapa bangku di dekat panggung telah terisi.

Mata Senja menyisir, bukan untuk mencari bangku melainkan mencari sosok Mahendra. Nihil. Hampir saja Senja berpikir bahwa Mahendra tidak datang hari ini, sampai matanya menemukan segerombol pemuda yang tengah sibuk mengobrol dengan peralatan band-nya pojok kafe.

Tanpa malu, gadis itu melangkah, mendekati kerumunan pria tadi.

"Permisi?" Senja bersuara membuat kerumunan pria berhenti bergurau dan memandang Senja.

"Ya?" salah satu dari mereka bersuara.

"Kenal Mahendra gak?" tanya Senja yang kemudian membuat empat pria-kerumunan tadi-mengerutkan kening dan saling berpandangan.

"Mahendra? Disini ga ada yang namanya Mahendra," jawab pria pertama yang menyahuti Senja.

"Kalian ngeband disini 'kan?" tanyanya lagi yang hanya dibalas anggukan kepala oleh keempatnya.

"Oh yaudah deh, maka-"

"Senja?" sebuah suara yang dikenal oleh Senja terdengar, membuat gadis yang hendak berpamitan tadi menoleh ke sisi kanannya-sumber suara. Sosok yang tadi dicari Senja akhirnya muncul.

"Dateng juga kamu?" tanya Mahendra dengan senyum sumringah yang tidak dapat ditutupi begitu melihat wajah sang puan

"Gas, kenal Mahendra? Ini cewek nyari Mahendra soalnya." Pria berkacamata jangkung salah satu dari mereka bersuara. Sontak saja Mahendra terkekeh.

"Lo pada lupa nama panjang gue siapa?" tanya sang adam pada teman-temannya. Yah, Senja beranggapan keempat pria ini teman Mahendra.

"Lah si anjir! Nama Bagas aja sok-sok Mahendra!" Temannya yang lain berdiri, berusaha memukul kepala Mahendra dengan stik drum. Tentu saja langsung ditangkis oleh pria itu.

Senja beberapa saat hanya terdiam, namun kemudian terkekeh pelan. Membuatnya kembali menjadi sumber perhatian.

"Ini Mahendranya, Neng. Namanya mah Bagas," ujar pria yang pertama tadi.

"Biarin sih, pada sirik aja. Kan gue bilang, kalo ada cewek cantik gue maunya dia manggil gue Mahendra bukan Bagas," celetuk si tersangka utama. Entah sengaja atau tidak.

Senja hanya tersenyum simpul, tak menggubris ucapan yang dianggap asal oleh Mahendra tadi.

"Kenalin kali, Gas," pemuda berkacamata berceletuk yang kemudian membuat teman-temannya mengangguk.

"Senja. Panggil aja Senja." Senja membuka suara sebelum Mahendra yang memperkenalkannya.

"Dony." Pemuda berkaca mata itu langsung mengulurkan tangan pada Senja.

"Satrio," pemuda yang pertama kali bersuara saat Senja bertanya kemudian mengulurkan tangannya-bergantian dengan Dony.

"Bena," Pemuda dengan senyum manis dan yang terlihat lebih pendek dari lainnya bersuara, padahal sejak tadi hanya diam saja.

"Dewa." Giliran pemuda yang memegang stik drum sejak tadi yang memperkenalkan diri.

"Nah udah kenalan 'kan? Gue bawa dulu Senja-nya, ya," ujar Mahendra yang kini menarik pergelangan tangan Senja dengan lembut membuat sang dara sedikit terkejut.

Merindukan Senja | Park SungjinWhere stories live. Discover now