CHAPTER 26. JANJI

Start from the beginning
                                    

Nyatanya tidak, Violetta sadar benar akan kedatangan Tuan Ferdinand. Di balik pintu kamarnya, dengan wajah pucat, ia terduduk lemas. Niatnya untuk membuatkan Xander pancake buyar.

"Berhenti bermain main dengan wanita, Xander," tegur Tuan Ferdinand. "Kau tidak boleh seperti itu,"

"Oh, maksud ayah wanita tadi? Dia putri George, Ayah. Violetta namanya. Dia ratuku," akunya dengan senyum mengembang.

Tuan Ferdinand mengerutkan dahinya. "George?? Kepala departemen perusahaan yang belum lama ini kau pecat?" Tuan Ferdinand terbelalak kaget.

Xander dengan mantap mengangguk. "Maaf aku memecatnya, Ayah. Kutahu dia teman dekatmu."

Tuan Ferdinand tertawa. "Dalam dunia bisnis, profesionalitas adalah yang terbaik. Teman dan rekan bisnis harus terpisah. Kudengar, kerugian cukup besar."

Xander mengangguk. "Ya, jutaan dolar, Ayah. Tapi tidak apa apa. Kerugian itu sebentar lagi tertutup."

"Kau mengatur perusahaan dengan sangat baik. Oh ya, Xander. Aku ingin bicara dengan ratumu itu, hanya empat mata." Ujar Tuan Ferdinand.

Xander mengeryit. "Ada masalah?"

Tuan Ferdinand menggeleng. Senyumnya merekah. "Tidak ada. Ayah hanya ingin tahu seperti apa wanitamu kali ini."

Xander mengangguk walau penuh rasa heran. Ia lalu berdiri dan berjalan kembali ke kamarnya. Ia bermaksud memanggil Violetta.

Saat pintu didorong, Violetta tersentak.

"Kau ini sedang apa?!" Xander menarik Violetta agar berdiri.

"Aku..aku malu. Dia melihatku dengan keadaan seperti ini!" Pekik Violetta. Wajahnya memerah. Ia menggelayut krah jubah Xander. "Bagaimana ini," paniknya.

"Pakai bajumu dan temui dia. Dia ingin berbicara denganmu," kata Xander sambil melepas gelayutan wanitanya. "Jangan membuatnya menunggu lama," lanjutnya sambil masuk ke dalam kamar mandi. Peperangan tadi malam, penuh dengan peluh keringat membuat tubuhnya terasa lengket.

Violetta terduduk lemas di lantai. Ia bingung dan panik. Tidak jadi masalah jika salah satu bodyguard atau pelayannya yang melihat. Tapi ini...Ayah Xander! Pemilik All Trade Corporation! Pada akhirnya, ia tidak bisa membiarkan Tuan Ferdinand menunggu lama. Ia bergegas mengganti pakaiannya lalu menemui Tuan Ferdinand.

Gloria baru saja meletakkan secangkir teh untuk Tuan Ferdinand saat Violetta datang.

"Oh, Violetta. Duduklah," Tuan Ferdinand menyeruput tehnya sesaat.

Dengan canggung Violetta duduk di hadapan Tuan Ferdinand.

"Pagi yang indah, bukan?" Celetuk Tuan Ferdinand memulai pembicaraan.

"Yaa?" Violetta bingung.

Ekspresi Violetta membuat Tuan Ferdinand terkekeh. "Hujan salju berhenti. Tidak ada yang lebih indah dari ini, menurutku," jawabnya.

Violetta tersenyum malu. Sesaat tadi ia mengartikan kata 'indah' dengan hal yang lain.

"Berapa lama kau menjalani hubungan dengan putraku?" Tanyanya. Kali ini wajahnya begitu serius. Semakin membuat Violetta gugup.

"Be..beberapa bulan.." jawab Violetta takut.

"Ada yang ingin kau tahu soal Xander?" Tatapan Tuan Ferdinand melunak. Sepertinya ia sadar wanita di hadapannya ini ketakutan. "Tanyakan apapun soal Xander dan aku akan menjawabnya."

Violetta menelan ludah. Ini kesempatan emas untuk mencari tahu soal Xander. Tapi rasanya, ia malu menanyakannya.

"Apa kau menyukai putraku? Atau hanya hartanya saja?" Tuan Ferdinand memicingkan matanya.

"Putramu tentu saja!" Violetta langsung menutup mulutnya. Kalimat itu keluar begitu saja, di luar kesadarannya.

"Kalau begitu tanyakan saja apa yang ingin kau tahu,"

Violetta menarik nafas panjang. Satu hal yang ingin ia tahu adalah soal Rebecca. "Tuan, soal hubungan Rebecca dan Xander, bagaimana mereka sebenarnya?"

Tidak disangka Tuan Ferdinand menghela nafas berat mendengar pertanyaannya. "Itu kesalahanku," jawabnya.

Mata Violetta membelalak. "Kesalahan?" Gumamnya.

"Xander itu hidup sendiri sejak kecil. Ibunya menolak kehadiran Xander. Tapi aku tidak bisa membawa Xander ke rumah. Lilian mengancam akan membunuh Xander jika aku berani membawanya ke rumah. Dia kesepian dan aku berusaha mengusir sepinya dengan sering mengunjunginya. Tapi, semakin Xander dewasa, begitupun denganku. Aku semakin tua. Aku mulai sakit sakitan dan Xander mulai tertinggal. Setelah aku menurunkan warisanku pada Xander, aku menikahkan Xander dengan Rebecca dengan harapan, Rebecca akan menjadi obat kesepiannya. Tapi ternyata, Rebecca bertindak terlalu jauh. Seharusnya aku sadar Rebecca bukan wanita yang baik untuknya. Dia menceraikan Xander dan mengatakannya di depanku dengan lantang bahwa ia tidak sudi menjadi istri dari anak haram keluarga Ferdinand. Beberapa tahun terakhir, aku terkena stroke dan tidak bisa menemui Xander. Kurasa ia kesepian tanpa Rebecca. Tapi kini ada kau dan sepertinya Xander baik baik saja. Aku merasa lebih tenang," ujarnya. Ia tersenyum hangat ke arah Violetta.

Tak lama kemudian Xander muncul. Ia sudah siap dengan jas kerjanya. Tangannya menenteng laptop kebesarannya. "Ayah, ayo aku antar,"

Tuan Ferdinand mengangguk. Dengan dibantu oleh Xander, ia berdiri. Xander mengambilkannya tongkat bantu jalan. "Titip putraku ya," pesan Tuan Ferdinand berbisik pada Violetta. "Jangan tinggalkan dia,"

Violetta diam untuk sesaat. Ia lalu tersenyum dan melambaikan tangannya. "Akan kujaga," jawab Violetta dengan senyum merekah.

ALEXANDERWhere stories live. Discover now