"Kau takut padaku?"

Violetta cemberut. "Aku membencimu,"

Xander tersenyum. "Aku tahu kau begitu membenciku hingga ingin membunuhku."

"Tapi aku begitu menyukaimu hingga arwahku  tetap mengejarmu jika kau membunuhku," telapak tangan kekarnya mendorong kepala Violetta agar lebih dekat dengannya. "Mati matian aku menahan diri untuk tidak bercinta dengan wanita lain selain Violetta, wanita yang sejak lama kuinginkan. Kau kira mudah menahan diri? Aku pria dewasa, lajang, dan kesepian."

"Kau bermain dengan banyak wanita sebelumku, Xander," bantah Violetta.

"Ya, aku tahu. Tapi tidak untuk bercinta," Xander mencium bibir Violetta. "Aku melawan ayahmu hanya untuk mendapatkanmu," diraihnya punggung tangan Violetta dan diciumnya. "Aku melakukan apapun yang biaa kulakukan untuk membawamu kesini," kini Xander sudah berada di atas Violetta, mengurungnya dengan dua lengan kekarnya. "Aku menginginkanmu, sekarang!"

Violetta mendelik. "Tidak, Xander," tolaknya.

"Violetta, aku meminta izin untuk memasukimu," terdengar geli di telinga Violetta.

"Aku melarangmu," balas Violetta.

Xander meringis. "Aku tidak menerima penolakan, Violetta. Kau menolakku berkali kali dan aku mengalah untukmu. Aku tidak bisa menahannya lagi." Xander menggigit bibir bawahnya. Ia benar benar sedang bergairah.

"Aku belum siap untuk mengandung anakmu, Xander. Beri aku waktu," pinta Violetta hati hati. Ia takut Xander menjadi sensitif jika ia membahas soal anak. Sebagaimana ia tahu, yang Xander inginkan hanya keluarga kecil yang hangat karena Xander tidak pernah merasakan memiliki keluarga seperti itu.

Sesaat Xander diam. Ada sedikit kecewa di wajahnya. Violetta merasa bersalah. "Xander..just..just give me more time," Violetta mengusap pipi Xander.

Xander tersenyum. "It's okay. I will give you more time, baby. But i still wanna make love with you tonight,"

"Kau tidak bisa dilarang ya?" Violetta memicingkan matanya.

Xander mencium tangan Violetta. "No. I'm a man without rule," senyumnya. "Aku akan menggunakan pengaman untuk memastikan kau memiliki waktu lebih,"

Violetta menghela nafas. Ia mengangguk pada akhirnya. Tidak ada paksaan seperti saat itu, ia menerima apa yang akan Xander lakukan padanya malam ini.

"Kau ingin kuikat atau tidak?" Pertanyaan Xander membuat Violetta tersentak.

"No! No, Xander!" Tolak Violetta langsung.

"Tapi aku punya fantasiku sendiri," bujuknya.

Violetta menggeleng. "Apapun fantasimu, biarkan aku bebas memelukmu saat itu terjadi, Xander," ucapnya.

Xander tersenyum. Ia meraih pita besar sisa pembungkus box gaun Violetta. Ditutupnya mata Violetta dengan pita hitam itu. Jantung Violetta berdebar. Tanpa indera penglihatannya, ia tidak akan tahu apa yang akan Xander lakukan padanya. Ia hanya bisa mengandalkan indera-indera lain dan syaraf syarafnya.

Untuk beberapa lama, tidak ada suara selain pembungkus plastik. Violetta tebak, itu suara pembungkus pengaman yang akan Xander gunakan. Setelah suara itu hilang, kini giliran indera syarafnya yang pekerja. Ia bisa merasakan Xander satu persatu melucuti piyamanya dan melepasnya dari tubuh Violetta.

Sentuhan tangan Xander di perutnya membuat bulu kudu Violetta merinding. Xander siap melakukan foreplaynya. Tangan Violetta bergerak berusaha menggapai Xander.

"No, baby, No. Diam disitu," ucap Xander. Dengan lihai tangannya menelusup ke punggung Violetta berusaha melepas pengait branya.

Sekejab, Violetta menyilangkan tangannya menutupi dua gunung kembar yang terlepas penutupnya.

ALEXANDERजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें