Eps.3 Are You from Aceh?

5.7K 247 13
                                    


#MEDINA

Sesaat memasuki MGU alias McGill University, di Kota Montreal, Medina sudah terkesima dengan bangunan-bangunan keren, klasik, dengan bentuk kerucut-kerucut di atasnya. Seperti kastil-kastil di buku dongeng.

Taman hijau menghiasai area kampus. Indah dan sejuk terasa apalagi beberapa pohon maple yang tumbuh tengah menggugurkan daunnya. Semarak menutupi rumput. Daun maple merah itu menjadi lambang negara tersebut.

Medina tak mengira ia akan sampai di sini. Bumi Allah bernama Kanada di salah satu provinsinya yang terkenal padat dan ramai, Provinsi Quebec.
Pagi itu ia mengenakan celana panjang hitam sedikit longgar dengan coat biru dongker dibawah dengkul . Kerudung merah marun membuat pipinya terlihat putih. Ia belum terlalu beradaptasi dengan cuaca Montreal yang sejuk.

Memasuki kelas sudah ada puluhan kepala. Wah...rata-rata mereka sudah berusia. Namanya juga S3. Calon peraih gelar Ph.D. Doctor of Philosophy.

Sambil nunggu dosen mereka berkenalan sebisanya kiri kanan. Dan jumlah mereka kurang lebih 25 orang berasal dari segala penjuru dunia. Ada yang dari Asia 3 orang. Ken, cowok putih bermata sipit dari Jepang, Meghan dari Filipina dan Medina sendiri. Indonesian!.
Lainnya beragam ada yang dari Perancis, Turki tapi rata-rata dari Kanada sendiri dan Amerika Serikat tetangga negara.

Jam 9 tepat, seorang lelaki berjas hitam mengenakan dasi biru bergaris masuk melalui pintu satu-satunya itu. Wajahnya terlihat charming.

Okay, seminggu di Kanada, Medina sudah menyimpulkan bahwa warga di sini cukup ramah dan welcome. Bahkan ia kerap mendengar kata "sorry" terucap beberapa kali. Layaknya basa basi orang Indonesia. Bentar-bentar bilang maaf padahal lebaran masih lama. Ha...ha.

Semua mata memandangnya penuh fokus. Ia melirik Meghan, cewek Filipina yang ternyata masih jomblo sepertinya tampak memandangi makhluk di depan screen itu tak berkedip.

"Wow...He looks like Justin...Justin Trudeau" bisiknya ke telinga Medina.

Jidat gadis itu mengernyit. Masak sih?
"But he is a blanket" canda Medina untuk mengartikan brewokan yang menghiasi pipinya.

Mereka terdiam sesaat waktu sang dosen mulai introducing dirinya. Tertulis di slide besar-besar. Prof. Nolan James Ramirez.

Widih...masih muda sudah bergelar profesor?. Ya ampun efektif amat umurnya, jangan-jangan dia tak pernah bercanda sedikitpun selalu serius, gumam Medina.

Gadis itu seperti mengingat sesuatu. Ia seolah pernah membaca nama itu tapi di mana ya?.

Ia menyesali kenapa daya kognitifnya mendadak tumpul gegara profesor muda di depannya?.

"Call me Nolan. I'll teach and accompany you with Environment and The Law" ujarnya tertawa.

Kayaknya sih nggak garing, Medina segera meralat kesimpulannya.

Dosen tegap yang ternyata sudah profesor itu tak langsung cuap-cuap materi. Tapi ngajak berkenalan dulu. Satu-satu dari mereka disuruh nyebutin nama dan asal dari negara mana. Wah kayaknya pengen mencitrakan kalau dirinya sangat friendly.

"I'm Medina from Indonesia" ucap gadis itu dan seketika melirik wajah cerah sang dosen.

"Medina, are you from Aceh?" Gadis itu terkaget. Tak disangka Mister Nolan akan menanyainya. Padahal yang lain tak ada satupun yang direspon.

Gadis itu mendadak gelagapan.

"My Mom. She's Aceh. But My Pa from Java." Medina mengoreksi dalam hati, tapi Mama juga nggak Aceh banget soalnya lama tinggal di Jakarta.

Aih, Prof Nolan tersenyum humble. Mungkin karena Medina paling muda dan beda sendiri kali di antara mereka. Ya satu-satunya yang berjilbab.

Selesai mengajar, para mahasiswa baru itu mengerubunginya. Entah nanya apa saja. Mungkin pada minta nomer seluler atau alamat email. Atau jadwal ujian?. Ya ampun niat banget, baru juga masuk sudah mikirin ujian.

MEDINA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang