Sepetinya Alika tidak suka Rena dengan dengan Hana. Karena jika dilihat dari penampilannya Rena sepertinya anak orang yang berada, terbukti dari tas yang di pakainya berlogo merk terkenal. Mungkin Alika melihatnya.

Saat istirahat pun Alika langsung mengajak Rena pergi ke kantin, tetapi sama sekali tidak memperdulikan Hana yang ada di sampingnya.

Namun Rena menolak, ia lebih memilih pergi ke perpustakaan  bersama Hana untuk meminjam beberapa buku penunjang pembelajaran.

Alika mendengus kesal dan berjalan keluar dengan keangkuhannya sendirian.
Tapi ternyata penolakan Rena terhadap ajakan Alika berimbas pada Hana.

***

Ketika pulang sekolah, Alika menghampirinya. Saat itu Hana masih berada di kelas sendirian karena Rena sudah di jemput oleh supirnya. Hana ditawarkan untuk di antar pulang bersamanya tetapi ia tidak mau, dengan alasan masih ada yang harus ia kerjakan di sekolah.

Saat hendak beranjak pergi dari kursinya Alika berjalan mendekat.

"Lo mau kemana" tiba-tiba Alika mencekal pergelangan tangan Hana.

"Lepasin.! Aku mau pulang" jawab Hana sambil berusaha melepaskan tangannya.

"Lo gak tau diri yah temenan sama Rena, jauhin dia. Lo ngaca dong" ucap Alika berapi-api.

"Aku bebas berteman sama siapa aja, kamu juga bisa temenan sama Rena tanpa aku harus menjauh" ini adalah ucapan terpanjang Hana.

Setelah selama ini ia diam, sekarang waktunya berontak.

"Cih, gak sudi gue temenan sama lo juga" Alika melepaskan cekalan tangannya namun kemudian menarik jilbab Hana hingga hampir terlepas.

"Jangan sok suci deh lo" sambungnya lagi.

Hana meringis sakit sekaligus kaget mendapat perlakuan seperti itu. Ia hanya bisa diam kemudian pergi meninggalkan Alika yang terbengong dibuatnya.

Hana pergi tanpa sepatah kata pun, berlalu sambil membenarkan kerudung kemudian dia terhenti di taman belakang.

***

Hana tersentak kaget, peluh bercucuran di pelipisnya. Putaran memori akan kejadian di sekolah tadi membekas dalam otaknya, ikut menjelma menjadi mimpi.

Hana terbangun karena mimpi itu, ditambah lagi  rasa dingin yang begitu menusuk.

Matanya mengerjap beberapa saat, tubuhnya mengigil kedinginan. Wajahnya basah diterpa rintik hujan yang mulai turun. Malam begitu pekat, dan sepertinya sekarang sudah sangat larut.

Tertidur dengan posisi memeluk lutut cukup membuat badannya pegal-pegal. Hana bangkit dan berjalan gontai memasuki kamar. Hatinya yang remuk kini semakin hancur.

Tepat setelah menutup pintu balkon, tubuh Hana ambruk. Lututnya lemas  hingga menghantam keras lantai. Tangis Hana pecah. Pundaknya bergoncang hebat. Suaranya begitu memilukan, terasa menyayat perasaan siapapun yang mendengar. Namun sayang, ia hanya sendirian.

"Ya Allah, Hana kangen mamah" teriaknya dengan nada yang bergetar. Ia menangis meraung-raung di kamar gelap yang senyap. Sesekali terdengar gemuruh dan kilatan petir yang menambah sendu suasana.

Di luar hujan turun dengan derasnya. Sederas air mata yang terus mengalir tak terkendali, menganak sungai menuruni pipi.
Hana berharap ketika tadi ia tertidur di balkon, saat terbangun dirinya sudah berada di kamar.

Bukan seperti tadi, terbangun karena badannya yang menggigil kedinginan. Ia berharap di saat perasaannya hancur seperti ini, hadir sosok ayah dan ibunya untuk mengatakan bahwa semua pasti akan baik-baik saja. Hana hanya butuh itu. Butuh kehangatan sekaligus keajaiban yang bisa mendatangkan kedua orang tuanya.

Setelah menangis cukup lama, Hana bangkit dan beranjak pergi ke kamar mandi. Hendak mencuci muka dan berganti pakaian. Sedari tadi seragam putih abu masih melekat di tubuh nya, yang kini sudah kotor dan basah.

Malam sudah terlalu larut untuk mandi, mandi tengah malam tidak baik bagi kesehatan. Cukup mencuci muka, kaki, dan tangan saja. Terakhir menggosok gigi kemudian berganti pakaian dengan piyama bergambar doraemon.

Selesai membersihkan diri, Hana keluar dari kamar. Hendak menyalakan beberapa lampu, karena tadi ia tertidur sebelum sempat menyalakan lampu. Mungkin saat ini keadaan rumahnya begitu gelap gulita seperti tanpa penghuni.

Tapi Hana tidak takut, lagipula ia tidak peduli akan apa kata orang. Kedaan hatinya jauh lebih kelam daripada langit tanpa bintang. Dan disini ia hanya hidup sendirian. Ya sendirian, berteman dengan kesepian. Sungguh malang, Hana-ku sayang.

Setelah semua lampu menyala, Hana kembali ke kamar. Membaringkan diri di kasur dengan balutan selimut tebal. Memejamkan mata kemudian terlelap dalam dinginnya malam. Karena untuk menghadapi masalah esok, Hana butuh tenaga.

🕊🕊🕊

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Sep 23, 2018 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

IntrovertDonde viven las historias. Descúbrelo ahora