열일곱 번째 (Seventeen)

676 82 22
                                    

Di play yaa! Kalo abis sebelum kalian selesai baca, play aja dari aplikasi music kalian 👍👍👍



Sepuluh menit kemudian, aku dan Taehyung telah ada di ruang laundry sekolah. Aku sudah berganti baju menggunakan pakaian olahraga dan kini Taehyung ada di depanku sambil mengusapkan handuk ke kepalaku.

Aku sudah selesai membersihkan diri di kamar mandi sekolah. Baju seragamku tidak bisa dibersihkan dalam satu kali semburan air, sehingga sekarang harus dicuci menggunakan mesin cuci sekolah. Kini Taehyung mengeringkan rambutku dengan handuk putih.

"Kenapa kau tidak melawan?" tanya Taehyung. "Kau bisa membentak mereka tadi kalau mau. Tapi kenapa kau tidak berbuat apa-apa?"

Aku terdiam, tidak menjawab pertanyaannya. Aku hanya menunduk, membiarkan rambutku menutupi wajah. Saat ini aku tidak ingin bicara.

"Aku minta maaf," kata Taehyung tiba-tiba. "Karenaku, kau jadi mengalami ini. Karena obsesi Yerin kepadaku, yang dijahili justru kau."

Aku hanya menggigit bibir. Aku menguatkan diri untuk bicara, sambil mendongak, menatap wajah Taehyung.

"Apa salahku?" tanyaku serak. "Aku sudah merasa cukup bersalah untuk semua kejadian selama setahun ini. Aku sudah cukup memiliki beban semenjak setahun lalu, menahan-nahan perasaan agar tidak meledak."

Aku menatap mata cokelat Taehyung lekat-lekat dengan sayu. Taehyung balas menatapku dengan tatapan sedih.

"Apakah dekat denganmu itu adalah suatu kesalahan? Apakah kembali di hidupmu adalah suatu kesalahan? Apakah tampak selalu bersamamu adalah suatu kesalahan? Kalau iya, bagaimana caranya agar aku tidak kembali ke hidupmu?"

Hening, tidak ada suara kecuali berisik dari luar.

"Kenapa aku ditakdirkan seperti ini? Kalau bisa, aku akan memutar waktu untuk memperbaiki semuanya. Apakah semua itu bisa terulang kembali, agar aku bisa tidak merasa bersalah?"

Bisu, tidak ada jawaban.

"Jawab aku!" kataku keras dengan suara parau. "Aku lelah dengan semua ini, Taehyung. Aku tidak tahan lagi untuk menanggung beban yang lebih berat dari ini. Aku tidak tahan lagi..."

Aku menangis, tanpa isak, tanpa suara. Hanya air mataku yang terus keluar begitu aku mengedipkan mata. Taehyung menatapku sedih, kemudian untuk kesekian kalinya, ia memelukku. Dengan erat dan hangat, ia menggenggam punggungku dan menyentuh kepalaku. Aku memegang erat kemejanya, menangis di dadanya.

"Maafkan aku, Sowon. Maaf..."

*****

A

ku melirik jam, pukul 10.30 malam. Aku menghela napas, kembali menenggelamkan kepalaku di antara tangan. Aku menekuk lututku, menahan seluruh perasaan sakit yang menggumpal di dadaku.

Awalnya aku berharap tangisan yang kukeluarkan tadi melampiaskan seluruh perasaanku. Namun ternyata dugaanku salah. Perasaan ini telah jauh bertahan dan akhirnya membatu di dalam relung hatiku, mengurung jiwaku dalam perasaan yang gelap dan mendalam, sampai sulit dilampiaskan.

Aku menatap cermin yang ada tepat di depan tempat tidurku. Ada bayangan diriku disana, sedang duduk meringkuk di atas tempat tidur dengan pakaian yang masih sama seperti tadi. Aku tampak sangat menyedihkan. Wajah yang lelah, kantung mata yang menghitam, dan rambutku yang acak-acakan membuat diriku seperti orang paling sedih di dunia.

Ya... Mungkin aku cocok menyandang gelar manusia tersedih di dunia setelah serentetan kejadian dan memori sedih yang terus terngiang di kepalaku. Semua itu berputar di kepala, membuat otakku nyaris pecah.

HIDDEN FEELINGS | taehyung.sowonWhere stories live. Discover now