육 (Six)

900 98 8
                                    

Sekolah dimulai kembali. Dan aku harus mengulang materi sprint yang kemarin gagal karena penyakitku kambuh. Ada beberapa juga yang belum melakukan penilaian sprint. Aku bersyukur karena bukan aku saja yang harus mengulang materi menyebalkan ini. Kenapa aku menyebutnya menyebalkan? Gara-gara materi ini, sakitku sering kambuh.

Aku bergabung dengan anak-anak lain yang harus mengulang materi. Aku duduk di rerumputan pinggir lintasan, menyelonjorkan kakiku. Namun kuurungkan karena rerumputan itu membuatku merasa gatal. Aku melihat-lihat sekeliling. Ada sekitar 10 anak lain selain aku. Mr. Choi berjalan ke arah kami. Aku mengalihkan pandangan ke arah lain.

Kulihat ada Seulgi dan Nayeon di atas tribun. Mereka menyemangatiku dengan meneriakkan semacam, "semangat, Sowon!" atau "kau bisa, Sowon!". Ah, aku bersyukur mendapat teman seperti mereka.

Namun kulihat tidak hanya Nayeon dan Seulgi saja. Ada beberapa anak laki-laki yang datang untuk menyemangati pacarnya. Bruh!! Pacar, huh?

Tepat ketika namaku dipanggil, berjalan menuju garis start, kemudian mengambil start jongkok. Peluit panjang berbunyi, aku segera berlari secepat yang aku bisa. Semuanya lancar-lancar saja. Awalnya.

Ya, awalnya. Karena beberapa langkah menuju garis finish, aku sama sekali tidak menyadari kalau ikatan tali sepatuku merenggang. Tali sepatuku menjulur bebas, hingga membuat kakiku menginjak tali itu.

Tubuhku kehilangan keseimbangan, lalu jatuh. Tepat satu langkah setelah aku mencapai finish. Aku jatuh dengan posisi tengkurap. Diam-diam aku mengumpat tanpa suara.

"Sialan."

Aku duduk kembali, memeriksa lututku yang perih. Ternyata terdapat luka sobek yang cukup besar. Membuatku meringis karena banyak debu masuk ke lukaku.

Aku ingin berdiri, namun tidak bisa. Kakiku terkilir. Aku memejamkan mata untuk menahan kesal.

Oke, ini kesekian kalinya aku terkilir di masa SMA. pikirku.

Aku masih meniup lukaku ketika seseorang berlutut di depanku. Aku menengadah untuk melihat siapa itu. Ah, Kim Taehyung lagi.

"Apa?" Aku menyambutnya dengan ketus.

"Kakimu terluka?" tanyanya. Aku mendecih. Pertanyaan bodoh macam apa itu?

"Masih bertanya? Tidak bertanya pun kau bisa lihat kan?" kataku.

Taehyung menghela napas. Entah karena kesal atau ingin tertawa karena melihatku seperti ini. Namun sedetik kemudian, aku merasakan tubuhku terangkat. Apa-apaan ini?! Kenapa si cowok ganteng tapi menyebalkan itu menggendongku? Dan kenapa harus bridal style? Memangnya aku pengantin wanita yang digendong pengantin pria?

"Hei!" seruku kesal. "Turunkan aku!"

Ia bergeming. Taehyung berjalan membawaku masuk ke dalam gedung.

"Kubilang turunkan aku! Apa kau tuli?!" hardikku kesal.

"Hei! Kalau kau kuturunkan percuma. Kau juga akan jatuh lagi. Jadi diam saja dan jangan banyak protes. Atau aku akan melemparmu dari atap sekolah," katanya.

Ancaman yang lucu. "Kau berniat membunuhku, hah?" tanyaku sambil menyilangkan tangan.

"Kalau bisa dari dulu aku membunuhmu. Tapi aku tidak yakin bisa membunuhmu," katanya datar.

Aku tertawa hambar. Kalimat apa itu?

"Bilang saja kalau kau tidak tega membunuhku," kataku sarkas.

"Jangan terlalu percaya diri, dasar sok cantik," kata Taehyung.

"Aku memang cantik," jawabku sambil mengibaskan rambut ke belakang. Taehyung memandangku dengan tatapan aneh.

"Diamlah."

HIDDEN FEELINGS | taehyung.sowonWhere stories live. Discover now