18. Faqqih

854 121 59
                                    

Serial HAMASSAAD season 7 - 18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serial HAMASSAAD season 7 - 18. Faqqih

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 20 September

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

"Man yuridillaahu bihi khayran yufaqqihu fiddiin; Siapa yang Allah kehendaki kebaikan untuknya, maka ia akan difaqqih-kan (dipahamkan) perihal Agama Islam."

[ HR. Bukhari dan Muslim ]

-::-

"Orang mah ya," suara Hanun terdengar oleh telinga Yaritsa, di antara riuhnya rumah makan khas Sunda yang mereka sambangi siang ini begitu kelar kajian rutin di Masjid Daarut Tauhid di bilangan Jakarta Selatan, "julidnya kadang kebangetan. Sampe yang dijulidin juga denger. Lah gue julid paling ke si Shaun The Sheep. Haha! Dia tahu gue eksis juga ngga!"

Hanun mengambil potongan bebek yang akan digoreng oleh karyawan rumah makan. Lalu tahu, tempe, sate ati ayam. Yaritsa juga memilih menu yang akan mereka santap siang ini.

"Iya, gue sama Risa udah di sini nih. Lo di mana sih, Ganteng? Kayak cewek aja lo, sungguh lamban!" kata Hanun pada ponselnya yang beberapa saat tadi berdering.

Heran ya, dia kan cewek, tapi hina-hina cewek bilang cewek lamban. Dia sendiri gesit. Masa udah nyampe sini aja ngemotor berdua Yaritsa. Si Hamas aja ngemobil berdua Saad, belum sampe juga.

Alias nyasar.

"Astaghfirullaah, hape canggih buat apaan tiada berfaedah, jinjja..." rutuk Hanun begitu mendengar pengakuan Hamas yang katanya nyasar untuk mencapai tempat ini.

Jadi, siang ini Yaritsa mau traktir mereka untuk makan siang. Tadinya mau ajak Mutia juga biar sekalian boti. Tapi Mutia katanya harus segera pulang buat siap-siap mudik selama sepekan ke depan. Maka, ya sudahlah. Yaritsa traktir yang ada aja. Dia traktir Hamas dan Saad juga karena Hamas kan sering traktir dia.

Traktir Hamas, berarti traktir Saad. Karena mereka satu paket. Hm.

"Hape lo dijual aja buat beli peta, hehe, becanda! Ya udah, hati-hati. Lihat-lihat aja, ini sebelah kanannya ada plang JNY. Oke ocee..."

Hanun memasukkan kembali ponselnya ke saku gamis. Dia menyerahkan piring berisi lauk yang harus digoreng oleh karyawan rumah makan, lantas mengajak Yaritsa kembali ke tempat duduk mereka.

"Gue sih ngelihatnya tuh kayak hidayah yang mestinya diambil juga sama orang-orang setipe mereka yang sayangnya udah keburu kembali ke Allah," kata Hanun dengan wajah sedih. "Kadang gue mikir sih ya, Ris, kita begini juga karena kebaikan Allah ya. Kalau ngga, pasti masih aja ngobak di jaman jahiliyah. Gue pasti masih neriakin Oppa-oppa di depan panggung. Pembodohan luar biasa!"

[✓] HAMASSAAD Al AufiyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang