16. Cara Berdoa

755 130 23
                                    

Serial HAMASSAAD season 7 – 16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serial HAMASSAAD season 7 – 16. Cara Berdoa

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 17 September

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

"Ihdinash shiratal mustaqim; Tunjukilah aku jalan yang lurus."

[ QS. Al Fatihah (1) : 6 ]

-::-

SUASANA rumah makan Padang tempat mereka menyantap makan siang kali ini, terlihat cukup riuh. Beberapa jamaah masjid Daarut Tauhid di bilangan Jakarta Selatan tampaknya menjadikan rumah makan ini sebagai tempat berlabuhnya mereka untuk mengisi perut. Seperti halnya Hamas, Saad, Hanun, dan Yaritsa.

"Parah, parah, ujian lagi aja! Padahal kayaknya baru kemarin deh gue bayar uang daftar ulang," kata Hanun, mencabik daging dendeng dengan jemarinya.

"Emang kak Hanun ada ujian teori? Kan udah kelas tahfizh?" tanya Yaritsa, menyuap nasi ke mulutnya.

"Ujian apaan sik? Kayaknya heboh?" tanya Hamas, mengambil gelas tehnya dengan tangan kiri. "Emang ujian hidup lo beloman cukup apa ya, Kak?"

Delikan Hanun langsung terarah pada Hamas, tapi kemudian menoleh pada Yaritsa dengan tampang lesu.

"Itu dia, kok ada ujian teorinya sih," gerutu Hanun. "Katanya biar ngulang pelajaran sebelum-sebelumnya. Gue jadi males tahsin. Huhu..."

"Bukannya gampang ya, Kak?" tanya Saad. "Kan cuma ngulang, teorinya udah dipraktekin kan? Misal kayak mad, tajwid."

"Ya kali pertanyaannya begitu. Gue paham bacanya, tapi istilah-istilahnya gue angkat tangan," balas Hanun. "Gue tuh paling males nyatet. Kalau ada bahasan, biasanya ya nyatet sepenggal-sepenggal aja, terus paham. Udah. Pas ditanya lagi teorinya, wassalam!"

Yaritsa nyaris tertawa, beda dengan Hamas yang sudah lebih dulu tertawa meski Hanun lagi-lagi mendelik ke arahnya.

"Pinjem aja catetan siapa gitu yang lengkap, kak," usul Yaritsa.

Tapi sukses bikin Hanun semringah.

"Wah! Iya juga!" kata Hanun, senang. "Nanti gue pinjem Mutia ah. Dia kan kalau nyatet parah banget komplitnya."

"Woooh, pantes Saad pernah bahas," sela Hamas, "katanya ilmu tuh kudu dicatet. Gini nih. Berfaedah ye kan kalau catetannya kumplit!"

Hanun manyun. Berasa diskak-mat.

"Aku juga sih, orangnya bosenan. Kadang semangat nyatet kajian, kadang ya udah nyontek aja sama yang catetannya lengkap, kalau semisal butuh," kata Yaritsa, menyuap lagi goreng paru ke mulutnya, kemudian mengunyahnya perlahan. "Oh iya, mau nanya nih, kalian pernah ngga sih, bosen berdoa?"

[✓] HAMASSAAD Al AufiyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang