2 - Air mata

24.6K 687 6
                                    

Setelah acara pernikahan Marel dan Aisyah selesai mereka semua langsung pergi menuju Bandara. Sekarang mereka semua sudah berada di Bandara.

"Aisyah" Panggil Mama Aisyah dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

Aisyah hanya tersenyum ke arahnya sebentar lalu melangkah dan memeluknya. Tangisan Aisyah pecah di pelukan mamanya.

"Mama jangan lama lama pulangnya" Kata Aisyah dengan air mata yang masih setia mengalir di pipinya.

Semua memandang ke arah Aisyah dan mamanya tetapi tidak dengan Marel, dia hanya memperlihatkan wajah dingin dan angkuhnya.

"Sayang, Kamu jangan bersedih karena kita semua gak bakalan lama kok di Belanda. karena kita semua gak mungkin ninggalin kalian kami mungkin hanya sebentar di sana" Lia mendekat ke arah Aisyah yang masih berpelukan dengan mamanya.

Aisyah menyudahi pelukan tersebut lalu menghapus air matanya dan juga menghapus air mata di pipi mamanya.

"Aku pasti bakalan rindu dengan kalian semua"

"Kamu harus janji sama mama kalau kamu bakal jagain Marel untuk mama ya?" Ujar Lia sambil memegang kedua bahu Aisyah.

Aisyah tersenyum lalu mengangguk. Lia membawa Aisyah ke pelukannya.

"Terima kasih sayang"

"Marel kamu harus jaga Aisyah. dia sekarang istri kamu dan jika kamu menyakitinya kamu bakalan berurusan dengan papa bahkan papa akan penjarakan kamu, ingat itu." Ancam Randy membuat Marel terkejut dan langsung menoleh ke arahnya.

"Iya, iya pa tenang saja. walaupun kalian semua mau sepuluh tahun di Belanda. Aku bakalan dengan siap jagain dia kok jadi kalian tenang saja di sana?" Balas Marel dengan suara yang agak malas.

"Janji ya Rel?" Tanya Papa Aisyah memastikannya lagi. Marel membalasnya dengan mengangguk.

Lia melepas pelukannya dari tubuh Aisyah.

"Sayang, kalau Marel berani nyakitin kamu bilang ke mama ya? Bakalan mama cubit Marel nya biar tau rasa dia karena dia sudah nakal menyakiti anak gadis mama" Cibir Lia sambil melirik ke arah Marel yang berdiri dengan kedua tangan yang di lipat di depan dadanya.

Aisyah hanya tersenyum, kemudian mengangguk.

"Jaga diri kamu baik baik sayang dan jangan buat suami kamu marah karena kamu" Pesan papa Aisyah kemudian mencium pucuk kepala Aisyah sebentar.

Aisyah mengangguk bulir bening berhasil lolos di pipinya.

"Jangan menangis Aisyah kami semua pasti akan pulang" Kata Randy dan di balas dengan senyuman oleh Aisyah.

"Yasudah kami berangkat,  Kalian hati hati di rumah dan untuk kamu Marel jangan buat papa kecewa sama kamu, ingat itu" Ujar Randy sambil lalu melangkah pergi bersama istrinya dan papa mama Aisyah.

Aisyah masih setia berdiri dan memandangi mereka semua hingga jauh. Namun, ketika Aisyah menoleh ke arah Marel yang berada di belakangnya ternyata Marel sudah tidak ada di sana.

Aisyah mencoba untuk mencari Marel. Sekitar sepuluh menitan dia mencari sambil keliling dan celingak celinguk di Bandara yang begitu ramai. Namun Marel tetap tidak ada. Dia mungkin sudah pergi meninggalkan Aisyah di Bandara sendirian.

Aisyah bingung mau melakukan apa sebab ia tidak membawa tas. Tasnya ada di dalam mobil Marel dan pastinya sekarang dia tidak punya uang untuk membayar taksi.

Setelah sekian lama berfikir hingga dengan sangat terpaksa Aisyah pun memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki.

Hari sudah sore Aisyah masih setia menyusuri jalan menuju rumah suaminya. Aisyah sempat kebingungan mencari alamat rumah Marel. Ia coba mengingat lagi hingga membuatnya pusing karena terus berusaha mengingat alamat rumah suaminya. Aisyah juga bergerutu tidak jelas di jalan karena kesal kepada suaminya.

*****

Sesampainya di rumah suaminya. Tanpa banyak bicara Aisyah langsung masuk ke dalam rumah. Ketika ia melewati ruang tamu, di sofa sudah ada seorang laki laki yang sedang duduk santai dengan asyiknya bermain handphone di tangannya.

Dia yang telah tega meninggalkan Aisyah di Bandara sendirian. Ya? Benar dia adalah Marel lebih tepatnya suami Aisyah.

Aisyah berjalan dengan pelan ke arah kamar yang berada di paling atas. Rencananya dia akan langsung membersihkan tubuhnya yang sudah berkeringat akibat berjalan kaki terlalu jauh. Bayangkan saja, jarak yang sangatlah jauh harus ia tempuh dari bandara menuju rumah Mertuanya.

Dari jam sebelas pagi hingga jam enam sore dia baru sampai di rumah suaminya. Bukankah dia berjalan kaki selama kurang lebih 5 jam? Bahkan itu saja sangat melelahkan. Untung saja tidak ada sesuatu yang menimpanya di jalan.

Aisyah mulai menaiki anak tangga untuk menuju kamar atas. Namun, saat dirinya ingin menaiki anak tangga ke tiga tiba tiba Marel datang dan menyetopnya.

"Tunggu! Kamu Mau kemana?" Tanyanya sambil berjalan ke arah Aisyah dengan kedua tangan yang di lipat di depan dadanya.

Aisyah langsung menoleh ke arah Marel.

"Aku ingin ke kamar. Aku mau membersihkan tubuhku" Kata Aisyah dengan lembut.

Marel memberhentikan langkahnya kemudian tersenyum kecil ke arah Aisyah.

"Kamarmu? Heh menjijikkan sekali. kamu mau ke kamar kamu? Itu kamar kamu dan juga semua barang barang punya kamu sudah aku taruh semua di sana." Marel menunjuk ke arah kamar tamu.

Aisyah mengerutkan dahi. Dia masih tidak paham pada ucapan yang di maksud Marel. Marel meletakkan semua barang barang miliknya di kamar tamu serta Marel mengatakan kamar tamu tersebut menjadi kamar Aisyah.

"Maksud kamu apa?" Tanya Aisyah masih tidak paham.

"Kamu masih belum mengerti sama yang aku ucapin?!" Tanyanya kesal dan di balas gelengan kepala oleh Aisyah.

"Kamu tidur di kamar tamu! Dan aku tidur di kamar ku karena aku tidak mau tidur sama perempuan jelek pembawa sial seperti mu." Tuturnya dingin.

Aisyah terkejut dengan penuturan Marel tadi. Bukankah malam ini malam pertama bagi mereka. Namun, Marel malah memintanya untuk tidur di kamar tamu karena dia tidak ingin tidur dengan Aisyah.

"Bukankah kita sudah sah suami istri dan kenapa kamu tidak ingin tidur de______" Ucapan Aisyah langsung di potong oleh Marel dengan emosi. Marel menunjuk nunjuk ke arah Aisyah membuat Aisyah takut dan tidak berani menatapnya.

"Karena kamu sangat menjijikan dan juga aku tidak pernah selera dengan tubuh kamu itu karena apa? Karena aku tidak akan pernah cinta sama kamu. Aku juga tidak akan mau menerima pernikahan bodoh seperti ini sampai kapanpun itu!!"

"Jika itu alasan kamu kenapa kau mau menerima perjodohan ini?" Tanya Aisyah dengan kepala menunduk.

Marel menarik dagu Aisyah dengan kasar. Dia memaksa Aisyah untuk melihat ke arahnya. Air mata Aisyah sudah lolos dari tadi dan kini telah membanjiri pipinya.

"Pertanyaan yang sangat bagus, kamu ingin tau kenapa aku menerima perjodohan konyol ini hah? JAWAB!!" Bentak Marel.

Aisyah hanya mengangguk dengan meringis kesakitan karena dagunya yang di cengkeram dengan kasar oleh Marel. Marel melepas cengkeraman tangannya dari dagu Aisyah.

"Karena aku di ancam sama papa aku cuman karena perempuan jelek seperti DIRIMU. Aku bingung kenapa orang tua aku bisa memilih perempuan jelek seperti kamu." Herdik Marel semakin emosi.

Aisyah terdiam ia menunduk dengan menangis sesenggukan. Dia takut, ia juga tidak tau harus berbuat apa.

"Kamu tau kan bagaimana rasanya menikah sama aku? aku harap setelah ini kamu bisa membuang pikiran untuk bisa memiliki aku dan kamu meminta pisah ke aku itu sangat membuat aku senang mendengarnya, cuman gara gara perjodohan brengsek ini aku harus berbohong kepada kekasihku dan aku GAK AKAN PERNAH MAAFIN KAMU jika dia benar pergi meninggalkan aku hanya karena tau tentang pernikahan ini. INGAT ITU!!" Tutur Marel mengancam.

Marel terlihat begitu emosi hingga dia berteriak di depan wajah Aisyah sambil lalu menoyor kepala Aisyah dengan kasar.

 Cinta AisyahWhere stories live. Discover now