Ketika Novanto terbangun, ia tak tahu lagi telah berada dimana. Yang ia tahu, dirinya telah dipindahkan menuju sebuah ruangan sempit yang tak memiliki benda apapun lagi selain sebuah kursi yang terbuat dari kayu dan sebuah lampu yang menggantung diatas dan tidak terlalu terang untuk menerangi seluruh ruangan yang pada dasarnya sudah sempit.


"Sial, kalau bukan karena ngebantuin ibu-ibu tadi, harusnya aku ga jadi kayak gini." rutuk Novanto emosi mengingat-ingat apa yang telah terjadi dengannya kira-kira sekitar dua jam yang lalu.


 Meskipun semua barang milik novanto telah disita dan sekarang entah berada dimana. Setidaknya ia masih bisa merasa tenang karena dompet beserta isinya memang sebelumnya sudah sengaja ia tinggal di mobil, jadi identitasnya tidak bisa terbongkar, setidaknya untuk saat ini. Untuk masalah ponsel pun sudah Novanto beri kata sandi, jadi tidak bisa sembarang orang yang dapat membuka ponsel miliknya dan mengobrak-abrik apa yang berada di dalamnya.


"Harusnya mereka semua udah nerima pesanku dari tadi." batin Novanto, masih berusaha untuk bungkam dan berbagi informasi apapun terhadap seorang pria yang sedari tadi tetap saja memukulinya tanpa henti.


Bughh


Sebuah pukulan keras kembali pria itu layangkan menuju pipi kiri Novanto.


***


"Hah hah hah"


 Untuk yang kedua kalinya, Novanto kembali terbangun dari pingsan yang sempat menimpa dirinya. Masih berada di tempat dan situasi yang sama. Hanya yang membedakan ialah ruangan itu menjadi gelap karena satu-satunya lampu yang berada disitu sengaja dimatikan semenjak beberapa jam yang lalu.


"Sialan mereka semua." keluhnya sambil berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan kencang yang menjerat kedua tangannya dari belakang.


 Meskipun sedang berada di dalam ruangan yang gelap dan dalam keadaan terikat, Novanto masih bisa melarikan diri dari tempat itu dalam catatan harus pada waktu yang tepat. Dan waktu yang dimaksud adalah sekarang.

 Dirinya tak mungkin langsung keluar dari tempat itu begitu saja tanpa memiliki sebuah rencana pelarian yang cukup bagus, seperti tempat ia sedang disekap, berapa jumlah penjaga yang sejauh ini diketahui dan lain-lain merupakan hal-hal yang sempat ia pertimbangkan selama beberapa jam terakhir.


"Kayaknya ini kursi terbuat dari kayu, kesempatan bagus." batinnya, setelah sedikit meraba-raba sekaligus menerka terbuat dari apakah kayu yang sedang ia duduki, karena jika andaikata kursi itu terbuat dari besi, mungkin nanti akan lain lagi ceritanya.


 Beberapa detik kemudian Novanto langsung mengangkat kursi yang sedang ia duduki dengan sekuat tenaga dan setinggi yang ia bisa lalu dengan sengaja membantingnya menuju arah belakang dengan keras.


(Suara kursi patah)


 Meskipun terasa sedikit sakit, namun setidaknya usaha yang barusan ia lakukan juga ikut terbayarkan setelah mendapatkan celah baru untuk melarikan diri.

I'm Coming [END]Where stories live. Discover now