Devil

6.6K 312 13
                                    

A/N: jangan lupa vote dan comment :)



"Arrghhhhhhhhhhh"


 Akibat suara dengungan terus menerus yang berbunyi di pikiran Rizal, membuat kedua kupingnya entah kenapa perlahan-lahan mulai mengeluarkan darah, tapi ia sama sekali tak merasakan sakit ataupun apapun itu mengenai kupingnya.

 Bukan masalah tentang darah yang keluar dari kupingnya saat ini. Hanya saja, ia ingin dengungan sialan itu segera berhenti dari pikirannya saat ini.


"Hahahaha"


Suara ketawa Intan khas psycho kali ini telah terdengar mulai dari sepanjang lorong hingga memenuhi seluruh ruangan. Bisa dibilang Intan sendiri juga sudah tertawa cukup lama dan tepat setelah ia berhenti untuk tertawa, dengungan yang masih berbunyi di pikirannya saat ini juga ikut-ikutan untuk berhenti.

 Setelah itu, tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Tidak ada bunyi-bunyian aneh yang muncul lagi, semuanya terasa hening, setidaknya untuk saat ini.


"Degg!!"


Jantung seorang Rizal langsung berdegup kencang ketika menyadari kehadiran Intan yang terlalu tiba-tiba berada di sebelah kirinya dan bahkan tidak sempat ia dengar jejak langkahnya sejak tadi.

 Dirinya muncul begitu saja setelah lampu yang berada di atasnya sempat mati sebentar, dan ketika cahaya lampu kembali hidup sebagaimana mestinya, Intan sudah berada di sana, berdiri membawa sebuah pisau berukuran sedang dan menampakkan senyum yang sangat susah sekali diartikan, karena hanya ia sendiri yang tahu akan berbuat apa setelah ini.


"Tangan kayak gini kok ga ada otot-ototnya ya?" celetuk Intan santai sambil mengangkat potongan tangan sebelah kiri Rizal dan sengaja mempertunjukkan kepadanya agar ia bisa tahu.


 Ya, barusan ia telah memotong tangan kiri Rizal hanya dengan sebuah pisau saja, tanpa bantuan alat yang lain. Bisa dibilang, Intan hanya asal-asalan menghujam-hujam pisau miliknya hingga tangan Rizal terpisah dari tempat asalnya.

 Sedangkan Rizal sendiri sama sekali tidak tahu apa yang Intan lakukan ketika sedang berusaha memisahkan tangannya karena selain ia sama sekali tidak merasakan apapun akibat morfin yang sebelumnya sempat Intan suntikkan ke tangan sebelah kirinya, dan juga pandangannya juga menjadi terbatas akibat terikat sekaligus sinar lampu yang menyilaukan mata.


"Hahh, i i tu" gumam Rizal mulai panik sekaligus tambah ketakutan karena tiba-tiba Intan mempertunjukkan sebuah tangan manusia langsung di depan matanya.


 Rizal ia kira itu adalah mimpi karena merasa dirinya tidak mungkin sedang terikat dan berada di tempat seperti ini, tapi tetes-tetesan darah segar yang berasal dari tangannya juga sempat mengenai wajahnya saat ini, pertanda jika ia bukanlah bermimpi, melainkan sedang berada di dunia nyata.

I'm Coming [END]Where stories live. Discover now