Pertemuanku (Part 3)

23 1 0
                                    

Aku cukup khawatir denganmu, entah mengapa, padahal aku baru saja mengenalmu. Khawatir kita tidak akan bertemu lagi. Rasanya tubuhku tidak mau berjauhan darimu. Namun tidak apa apa, aku yakin sekali kau akan kembali datang ke taman ini.

Aku pun kembali ke tempat tinggalku yang berjarak 5 Blok dari taman. Didalam angkutan umum, sepanjang jalan aku melamun memikirkanmu dengan perasaan teramat bahagia. Aku berpikir kita berdua akan hidup bersama seperti dua burung kenari yang bertengger di dahan pohon tadi. Setiap hari kita akan saling berkicau bersama, membangun sarang dari bulu bulu indah kita, dan memiliki  anak anak yang lucu. Ah,sepertinya aku terlalu jauh menghayal.

Karena terus terusan melamun, tempat tinggalku jadi terlewat cukup jauh, sontak saja langsung kuberhentikan angkutan umum ini agar tidak semakin jauh terlewat. Sang supir sedikit menggerutu karena ongkos yang kuberikan kurang. Aku tidak mempedulikannya dan melenggang pergi begitu saja.

Terpaksa aku harus berjalan kembali 2 blok lagi untuk mencapai rumahku. Ditengah perjalanan, aku melihat seorang pengamen tua sedang tertidur pulas di depan sebuah ruko dengan beralaskan kardus. Disebelah kirinya terdapat sebuah gitar tergeletak begitu saja tanpa dia amankan. Aku tergoda untuk mencuri gitar tersebut. Walaupun jujur sebenarnya aku sangatlah iba pada pengamen tua itu. Namun, aku sudah teramat ingin bernyanyi untukmu dengan gitar itu pada esok hari. Demi membuat kau senang apapun akan aku lakukan. Lagipula aku ini memanglah seorang pencuri. Dan baru hari inilah, jiwa jahatku luluh pada seorang perempuan, perempuan yang aku yakin dikirim Tuhan untuk menuntunku kearah kebaikan.

Dengan penuh waspada aku melihat sekeliling untuk memastikan situasi. Jalanan ini memang cukup sepi, hanya beberapa kendaraan berlalu lalang. Kemudian kusambar gitar itu dengan secepat kilat. Aku langsung berlari bagai anak ayam dikejar oleh seekor musang. Sekejap saja aku menoleh ke belakang, tubuhku langsung menabrak seseorang yang sedang berjalan di depanku.

"Hei bodoh, kau punya mata tidak?" Bentak seorang pria besar berjanggut tebal.

Ternyata itu adalah pemimpin kelompok penjahat di daerahku. Dia adalah penjahat yang cukup disegani karena pengalaman dan Kepiawaiannya dalam menghindari kepolisian. Ia terkenal juga sering membunuh korban korbannya yang melawan namun tidak pernah terendus polisi. Dengan gemetar aku berkata. "Maafkan aku bos rojak, aku tadi sedang berlari karena mencuri gitar ini."

Dia tampak mengkerutkan dahinya. "Kau berlari terbirit birit hanya karena gitar bodoh ini? pencuri macam apa kau? seharusnya kau merampas dompet ataupun perhiasan, dasar tikus idiot."

"Aku suka pada desain gitar ini bos, kebetulan aku juga gemar bermusik, jadi kucuri saja," kataku membela diri.

"Terserah kau saja idiot, operasi hari ini kau sudah dapat berapa?" tanya Bos Rojak.

"Maafkan aku bos, seharian ini aku belum merampok satu orang pun," kataku memelas.

Dia pun mencekik leherku dengan keras hingga aku kesulitan untuk bernafas dan berteriak didepan wajahku,"Jika kau besok belum mendapat korban juga dan tidak menyetor padaku, jangan harap kau bisa melihat kedua kakimu ini lagi."

Ia melemparku ke arah sebuah pagar dipinggir jalan dan meninggalkanku yang sedang kesakitan. aku membentur pagar itu dengan cukup keras hingga membuatku kesulitan berdiri. Dengan langkah terhuyung huyung, aku berjalan pulang sambil membawa gitar yang tadi sempat terbanting ke tanah. Beruntung, gitar itu baik baik saja walau lecet sedikit akibat terbanting.

Sesampainya dirumahku yang kotor dan gelap, aku merebahkan tubuhku yang cukup terluka. Lagi lagi, aku teringat denganmu. Rasanya rasa sakit ditubuhku ini tiba tiba hilang jika membayangkan kembali manisnya senyummu. Mungkin kau menganggapnya berlebihan, tapi ini benar benar kenyataannya.

Sebaiknya aku mengistirahatkah tubuhku agar terlihat tidak sedang sakit didepanmu besok. Aku juga tidak mau sampai kau tahu, kalau aku habis dihajar.

Beautiful BirdsWhere stories live. Discover now