BAB 9

143 5 0
                                    


Aku tersadar dan aku mendapati diriku sedang terikat di kursi, di dalam salah satu ruangan yang sepertinya berbeda dari tempat aku sebelumnya menemukan Lia dan Ria. Aku sadari kalau aku tidak sendiri di ruangan ini, aku berusaha menajamkan pandanganku, mataku sedikit kabur tapi aku tahu di seberangku ada seseorang yang juga terikat dan sepertinya dia pingsan. Mataku yang kini sudah tidak terlalu kabur lagi, terkejut mendapati seseorang yang terikat di hadapanku ternyata Melia, mulutnya di lakban, jarak kami hanya sekitar satu setengah meter.

"Melia! Melia!" panggilku.

Melia mengerang dan mengeluh walau pun aku tidak tahu dia sedang mengeluhkan apa, karena mulutnya di lakban. Saat dia sadar dan melihatku di mulai mengucapkan sesuatu tapi karena mulutnya tertutup aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Melia berusaha melepaskan lakban yang melakat menutupi mulutnya, dan tidak lama lakban yang menutupi mulutnya terlepas. Seandainya kami tidak dalam keadaan seperti ini mungkin aku akan tertawa melihat caranya melepaskan lakban.

"Kak Arka!!" ucap Melia. Aku bersyukur dia baik-baik saja atau sebenarnya dia tidak sedang baik-baik saja!?

"Kamu baik-baik saja? Apa kamu terluka?" tanyaku memastikan keadaannya.

"Mm... hanya luka kecil karena di pukul." jawabannya membuatku terbelalak, rasa kesal dan marah mulai memenuhi kepalaku. Beraninya laki-laki itu memukul Melia sampai terluka. "Kak, bagaimana kakak bisa sampai sini?"

"Aku mendapatkan telpon dari seseorang dan dia bilang kalau kamu sedang bersama dia. Dan dia mengancamku kalau aku tidak datang ke alamat yang dia berikan, dia akan meluakaimu." jawabku jujur.

Aku bisa merasakan rasa penasaran yang lain dari tatapannya, ingin sekali aku bilang aku menyukaiinya, tapi aku tidak mungkin mengatakan kalau aku menyukainya dalam keadaan seperti ini kan. Ini bukan waktunya beromantis ria, aku harus memikirkan bagaimana caranya melepaskan ikatan ini dan keluar dari sini.

Suara engsel pintu membuatku waspada dan memalingkan wajahku kearah pintu, seorang pria bertubuh lebih tinggi dariku dan sedikit lebih besar dariku masuk dan mendekati kami. Saat dia berjalan mendekati kami aku tahu siapa dia, aku tidak mengenalnya tapi aku tahu. Dia Mas Ical yang biasa menjemput Melia saat Raka tidak bisa menjemput Melia, jadi dia yang menelponku dan membawaku ke tempat ini, menjebakku dan melumpuhkanku dengan memukul bagian belakang kepalaku. Sialan.

"Ada apa dengan wajahmu!? Kau terkejut? Oh, ayolah... kamu tidak perlu terkejut seperti itu. Tapi baiklah, tidak apa-apa, ekspresimu itu membuatku senang." ucapnya.

"Kenapa kamu melakukan ini?" aku tahu pertanyaanku ini adalah pertanyaan bodoh, tapi entah kenapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku.

"Karena kamu bertanya, aku akan memberimu jawabannya. Walau pun sepertinya kamu sudah tahu jawaban apa yang akan ku berikan." ucapnya. "Karena aku menyukai Melia dan kamu ada di sini karena aku harus membereskanmu." Lanjutnya dengan ekspresi yang mengerikan.

"Apa maksudmu!?" ucap Melia dengan tatapan khawatir.

"Melia sayang, seperti pria yang waktu itu aku harus melenyapkan dia juga..." jelas Si Ical.

"Kenapa!?"

"Karena dia juga mencoba merebutmu dariku, sayang." lanjut Si Ical. "Dia menyukaimu, benarkan!?"

Tatapan Melia langsung berganti tertuju padaku, dan aku hanya bisa membalas tatapannya tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun. Si Ical mendekatiku dan menempelkan sesuatu di pipiku, sebuah pisau kecil. Dia memainkan pisau kecilnya ke arah wajahku dan turun ke leherku, aku tidak tahu apa aku akan benar-benar mati di tangan orang gila ini, sekali pun itu terjadi aku tidak sudi kalau harus mati di tangannya tanpa perlawanan sedikit pun. Aku mencoba mencondongkan kepalaku ke arah belakang agar pisaunya sedikit menjauh dari kulit leherku. Tapi saat Ical melihatku berusaha menghindarinya, dia dengan tangannya yang bebas menarik rambutku hingga mendongak ke arah wajahnya yang kini berada tepat diatas wajahku, tanpa melepaskan pisaunya dari leherku.

MEMORIWhere stories live. Discover now