BAB 2

343 6 0
                                    


"Huaa... panas..." keluhku sambil istirahat di bawah salah satu pohon akasia yang berada di pinggir lapangan.

"Aduh, tega banget Pak Gus nyuruh kita lari keliling sekolahan panas-panas kaya gini." keluhanku menular ke Jane yang duduk di sebelahku dengan kipas kecilnya yang menggantung di lehernya.

"Teman-teman kumpul ke sini!" teriak Ridho selaku ketua kelas. Dengan malas aku dan Jane bangkit dan keluar dari bayang-bayang pohon akasia yang menggoda dan nyaman.

"Baik, kalian sudah pemanasan tadi dengan mengelilingi sekolah, sekarang mari kita masuk dalam pelajaran sesunguhnya." ucap Pak Gus guru olahraga merangkap Wali Kelas XB, kelas ku. "Ayo ikut saya, hari ini kita akan melakukan lompat jauh dan akan saya beri kalian waktu untuk melatih lompatan jauh kalian, setelah itu kita akan ambil nilai."

"Haaaaaaa!!!!" seru anak-anak cewek termasuk aku.

"Ayo mulai latihannya, setelah itu saya akan ambil nilai prakter kalian." perintah Pak Gus.

Kami dengan malas berlatih lompat jauh kami dan kebanyakan anak laki-lakinya pada mainan. Kemalasanku bukan karena aku tidak suka olahraga dan prakteknya, tapi matahari yang saat ini sedang tinggi-tingginya yang membuatku rada kesal, udah gitu teriknya minta ampun bikin jidatku mengkilap.Setelah melakukan latihan singkat, satu persatu kami maju dan memperlihatkan lompat jauh kami kepada Wali Kelas tercinta kami. Setelah pengambilan nilai praktek olahraga, dengan kebaikan hati Pak Gus kami di ijinkan untuk istirahat lebih awal. Lima menit sebelum bel istirahat berkumandang kami sudah di perbolehkan istirahat, kecuali Aldi dan Roy. Pak Gus masih menahan mereka, dari yang ku dengar saat aku melewati mereka, mereka sedang membahas mengenai basket. Beberapa hari lagi sekolah kami mengadakan pertandingan persahabatan dengan sekolah lain dan Pak Gus adalah pelatih dari tim basket SMA kami.

"Pak Nur, bakso ya satu ekstra keripik dan minumnya es teh." pesan Aldi saat sampai di dalam warung Pak Nur.

"Di, sini." panggilku sambil menepuk-nepuk kursi kosong yang ada di sebelah kiriku.

"Bagaimana persiapan tim basketnya?" tanya Jane.

"Ya, begitulah, dua minggu ini kami harus latihan full." jawab Aldi. "Sukma, bagaimana kamu pulangnya? Mau nunggu aku selesai latihan?"

"Mm... aku naik ojek aja atau angkot." jawab Sukma sambil menyesapi kuah bakso di mangkoknya.

"Naik ojek aja, kamu tahu kan anggkot gak bisa masuk ke perumahan kita, mana blok kita kan agak jauh dari jalan raya." usul Aldi. "Atau kamu minta jemput supir ibu aja."

"Gak mau, kasihan Pak Didi." sahut Sukma.

"Kalau gitu ikut aku aja, supirku bisa ngantar kamu sampai depan rumah." tawar Jane.

"Apa gak kejauhan? Kalian nanti malah putar balik kalau ngantar aku!?"

"It's ok, lagi pula aku belum pernah ketempatmu, Suk." ucap Jane.

"Ok, nanti aku menumpang mobilmu."

"Apa aku perlu merayu mamaku lagi ya?!" gumamku.

"Ngerayu untuk apa?" tanya Ana yang sedari mendengarkan cuap-cuapan kami.

"Supaya aku di ijinin ngendarai motor atau mobil!" jawabku.

"Emang kamu bisa ngendarain motor atau mobil?" tanya Aldi.

"Bisa dong, Raka kadang ngajari terus papaku juga sering ngajari aku ngendarain mobil kalau aku menginap di tempatnya." ujarku.

"Menginap!?" tanya Ana hati-hati.

MEMORIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora