-Dua Puluh Satu-

20 4 0
                                    

Measha, Reanda, Eko dan pacarnya serta Shela dan Risa telah tiba di area bebas kendaraan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Measha, Reanda, Eko dan pacarnya serta Shela dan Risa telah tiba di area bebas kendaraan. Udara terasa sangat segar, pepohonan rindang seakan menari-nari tanpa takut terusik pekatnya asap yang mengepul seperti di hari kerja pada biasanya.

Terlihat banyak orang yang melakukan aktivitas di kawasan ini, tak terlebih mata Measha tak bisa lepas dari salah satu komunitas pencinta reptil yang ikut memajangkan binatang peliharaan mereka di pagi yang sangat cerah ini. Measha pun menghampiri kawanan pencinta reptil itu, tak disadarinya bahwa Reanda membuntuti dari belakang.

"Bang. Saya boleh pegang ularnya?" Tanya Measha kepada salah seorang yang asyik bermain dengan beberapa ekor ular tak berbisa.

Tiba-tiba saja Reanda mengagetkan Measha dari belakang dengan cara menutup mata Measha menggunakan kedua telapak tangannya, "emang berani pegang ular?"

Dengan refleksnya Measha tertawa dan memukul pelan dada bidang Reanda. Wajah cantik sambil tersenyum tak dapat ditutupinya lagi dan berhasil membuat Reanda jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

"Kok ngeliatin gue gitu amat, Rean?" ujar Measha.

Reanda menatap Measha kian dekat, "gue kan suka sama lo."

Measha kembali tersenyum untuk kedua kalinya, dan tanpa disangka momen ini ikut disaksikan Eko dan Karin yang diam-diam memperhatikan keduanya dari belakang.

Karin berkata, "cie yang bentar lagi jadian!" Serunya seraya menepuk pundak halus Measha, begitu juga Eko yang tampak mendukung Reanda.

Measha terdiam dan tampak murung, ia berusaha untuk tidak tersenyum di hadapan Eko. Hatinya masih rapuh ketika melihat wajah polos Eko, tak sebanding dengan saat dirinya menyakiti hati Measha saat itu.

Measha beranjak dari kumpulan para pencinta ular, ia menghampiri kedua sahabat sejatinya tak lain dan tak bukan adalah Shela dan Risa. Tampak keduanya kompak menyetarakan kaki, sedangkan Measha berada di belakang seperti kedatangannya tak dianggap.

"Hi girls!" sapa Measha dengan girangnya.

Shela dan Risa mendengar sapaan Measha, namun sengaja tidak mendengar. Sampai Measha melakukan panggilan untuk kedua kalinya, tapi nadanya beda dengan nada awal.

"Shel, Ris! Kok kalian begini banget sama gue?" kata Measha dengan wajah tidak enak.

Risa yang tak dapat menahan unek-unek akhirnya berujar, "lo nanya kita kenapa? Diri lo sendiri tu yang kenapa!"

Measha benar-benar dibuat kebingungan, dirinya merasa sangat bersalah karena kedua sahabatnya tampak tidak menginginkannya saat ini. Pikiran Measha mulai bekerja, mungkin saja pikirnya Shela dan Risa bertingkah seperti ini dikarenakan momen mesra Reanda pada dirinya barusan, dengan tak sengaja Measha juga memberikan respon mesra kepada Reanda tadi. Jelas, kedua sahabat Measha kini mengalami patah hati barengan.

"Mea. Sekarang gini aja, bukannya kita gak dukung lo sama Reanda. Tapi ini masalah hati kita juga. Kita sakit ngelihat lo bisa bercandaan dan tertawa lepas sama orang yang kita cinta." Ucap Risa diakhiri air mata yang tak bisa terbendungkan.

Measha sangat hancur, hal yang sejati ditakutkan yang bernaungan di pikirannya kini benar-benar terjadi. Kehilangan dua sahabat hanya karena memilih satu cinta yang belum begitu pasti. Measha beranggap cinta Reanda kepadanya belum begitu dapat diyakinkan karena Reanda pernah sedikit berdialog dengan dirinya bahwa semua ini hanya candaan saja, ingat batin Measha pada suatu saat di bandara dan taman kota.

Reanda, Eko dan pacarnya ternyata sudah lama berada menyaksikan perdebatan antara ketiga sejoli yang sangat rekat bagai lem yang tak dapat dipisahkan. Tapi, entah mengapa kehadiran Reanda di tengah-tengah mereka membuat hubungan ketiganya retak. Jadi, persahabatan serekat apapun kalau ada campur tangan cinta yang sama pada satu orang yang sama pasti akan hancur kecuali ada salah satu yang mengalah diantaranya.

Reanda pun menghampiri Measha lebih dekat, dipeluknya Measha yang tengah berada di posisi duduk berlantaikan aspal jalanan, air matanya terburai bak rinai hujan yang eras jalannya. Tak Measha sendirian, Shela dan Risa juga terisak membuat suasana haru semakin menjadi.

Tampak Reanda tengah membuat Measha lebih nyaman dan mengurangi porsi tangisnya, begitu juga Karin yang berlaga memberi pengertian kepada Shela dan Risa tentang perasaan keduanya terhadap Reanda.

"Risa, Shela. Sekarang lo berdua dengerin gue, kalian semua itu gak ada yang salah. Yang salah itu ego kalian yang sangat besar, ingat kalian itu satu dan jangan mau hancur hanya karena satu hati. Let's move, perjuangin persahabatan kalian!" Kata Karin sedikit membuat Shela dan Risa yakin.

Measha mencoba berdiri dengan bantuan Reanda, begitu juga Shela dan Risa serta Karin di tengah keduanya. Tak bisa disangka, bukannya Measha ingin bergabung dengan kedua sahabatnya. Ia malah pergi meninggalkan tempat itu dengan gerak kaki yang sangat cepat. Untuk itu Reanda berlari mengejar Measha, Reanda tak mau terjadi apa-apa dengan diri Measha.

Measha sangat cepat dan hatinya sangat hancur saat ini. Ia terus berlari dan berhasil menemukan pangkalan ojek yang dapat mengantarkannya pulang ke rumah.

Reanda sangat bersedih, ia gagal mendapatkan hati Measha untuk saat ini. Padahal, ia telah berencana untuk menyatakan seluruh perasaan yang dipendam sekian lama. Namun, takdir berkata lain. Tuhan belum mengijinkan Measha untuk menjadi milik Reanda seutuhnya.

"Ah sh*t!" tukas Reanda kesal.

"Gue bodoh! Gue ceroboh! Gue seharusnya gak ijinin Mea bawa temen-temennya biar gak ada salah paham diantara mereka! Gue nyesel anj*ng!" umpat Reanda lagi asal-asalan, ia tampak sangat kecewa dengan dirimya sendiri diperlihatkan dengan menarik rambut dan menghempaskan kaki di aspal persimpangan ini.

Eko tiba di posisi Reanda saat ini, Eko terlihat menepuk pundak Reanda untuk menguatkan batin dan menumbuhkan semangat dari Reanda agar tak putus asa dalam kisah cintanya. Sementara Karin, Shela dan Risa mereka lebih dulu masuk ke dalam mobil, itu pesan dari Eko agar tak terjadi kekacauan yang terulang.

"Bro. Kita pulang ya, habis ini gue temenin lo ke rumah Measha." Kata Eko.

Tak seperti biasanya Eko mau menemani Reanda pergi ke rumah mantan kekasihnya. Ya, di benak Reanda adalah ia sangat yakin bahwa Eko sangat mendukungnya kali ini. Kata-kata tadi pun dipikirkan Eko matang-matang sebelumnya, karena ia tahu nerjumpa dengan ibunda Measha tidaklah mudah. Tapi, demi sahabat mati pun Eko mau.

Lalu, Eko dan Reanda pun berjalan meninggalkan area bebas kendaraan. Mereka memasuki sebuah mobil yang di dalamnya sudah terisi Karin dan kedua sahabat Measha. Kali ini, Reanda memberikan alih mengemudi kepada Eko, pikirannya masih belum konstan takut emosinya terlampiaskan di balik setir kemudi yang dapat membahayakan banyak orang.

-REASHA-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang