-Tujuh-

61 34 13
                                    

Kicauan burung - burung yang saling bersautan satu sama lain mengusik ketenangan seorang remaja laki - laki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kicauan burung - burung yang saling bersautan satu sama lain mengusik ketenangan seorang remaja laki - laki. Tampak, remaja tersebut menutup telinganya dengan bantal yang tak jauh berada di posisinya tidur.

Beberapa saat kemudian, suara burung yang saling berbicara itu kian memekakkan telinga remaja yang terbaring di kasur bertema anak laki - laki. Remaja tersebut sepertinya kehilangan kesabaran, dan mulai berjalan menuju pintu dengan kaki dan tangan yang sedikit dilapisi perban. Wajahnya seperti orang ingin marah, rambutnya terlihat acak - acakan.

"Rean! Burung lo ganggu gue banget!"
pekik Eko sembari membuka pintu dengan tenaga sedikit kuat.

Mendengar nada yang tak biasa, Rean menghampiri sumber suara dengan berjalan sedikit santai. "Burung gua gak buat lo hamil, bego."

"Ribut, sial!"

"Lo kenapa mau tidur di sini? Rumah gua emang indah kalo burung - burung gua berkicau."

"Ah lo. Gue temen lo, lo belain gua dong."

"Burung gua lebih penting dari segalanya," ucap Reanda setelahnya tertawa.

"Tai." Umpat Eko kesal.

Reanda tertawa terbahak - bahak melihat temannya yang sedang kesal terhadap dirinya, raut wajah Eko mengerinyit. "Burung gua pada nyanyi kalo pagi - pagi gini. Ntaran juga diam kok dia."

Eko kembali ke dalam kamar disusul Reanda di belakang. Eko ingin melanjutkan tidurnya, namun Reanda ingin mengajak Eko untuk bermain play station bersama.

"Ko. Jangan tidur lagi, kebo banget sih," ucap Reanda setengah lantang.

"Biarin ah," umpat Eko dengan wajah melasnya.

"Temenin gua main ps," ajak Reanda.

Mendengar ajakan itu, Eko terbangun dan mulai menyempurnakan duduknya hingga setara dengan Reanda di depan televisi yang telah dipersiapkan untuk bermain play station.

"Ayo! Siapa takut." Eko sedikit menantang, kemudian meraih joystick yang ingin diberi Reanda.

Mereka pun bermain video game berjudul Horizon Zero Dawn. Keduanya tampak serius memainkan tuas, sesekali mereka saling hadap akibat geram karena salah satu dari mereka ada yang kehilangan kendali dan akhirnya kalah.

Pertarungan makin sengit di sini, mata keduanya tampak serius memperhatikan layar televisi yang di mana akan menuju level penentuan. Reanda dan Eko seperti tak mau kalah bertarung. Tampak, Eko memajukan bibirnya sembari alisnya sedikit dinaikkan.

Sesaat kemudian, Bi Tuti datang membawa sarapan untuk Reanda dan Eko. Bi Tuti tanpa permisi masuk ke kamar yang pintunya tidak terkunci itu.

"Dek Rean, Dek Eko. Ini sarapan dulu," Bi Tuti sedikit melengking. Mendengar itu, Reanda langsung menoleh ke arah pintu tidak begitu dengan Eko, ia sibuk memainkan jari - jemarinya ke tuas.

REASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang