Unrequited

151K 5.8K 116
                                    

Merlyn POV

Aku bingung harus kemana, aku tak punya keluarga selain mereka yang barusan kutinggalkan. Kalau aku ke kantor, pasti sudah sangat sepi. Aku juga malas ditanya-tanya oleh satpam yang jaga di kantor.

Aku menyetop taksi dan menyebutkan tempat tujuan yang kurasa tidak akan sepi selama 24 jam. Rumah sakit. Aku yakin Tristan ada disana. Kan memang setiap malam dia yang menjaga mama.

Aku langsung ke depan pintu kamar mama di rawat.

Tok tok tok

Tak berapa lama, muncullah Tristan dengan kemeja yang digulung setengah lengan dan kancing paling atas dibuka. Tampan sekali. Lelaki yang begitu kupuja sejak hampir enam tahun, sejak awal aku masuk kuliah.

"Merlyn? Masuk masuk" katanya.

Aku masuk ke dalam ruangan itu, dan langsung dipersilahkan duduk. "Kok tumben malem-malem kesini?" tanya lelaki dihadapanku dengan muka tampannya.

Nah, pertanyaan ini sudah kuperkirakan akan keluar dari mulutnya. Aku jujur saja, tapi tidak akan jujur-jujur banget. "Rumahku kebakaran, aku gak tau harus pulang kemana" jawabku, "terus aku keinget sama kamu, jadi aku kesini" lanjutku. Aku memang mengingatnya, disetiap aktivitasku.

Kulihat dia melotot kaget. "Kok bisa?"

"Gak tau, tadi aku lembur, dan pas pulang udah banyak orang" jawabku. Maaf Tristan, aku bohong sama kamu.

"Oh" Tristan mengangguk-anggukan kepalanya. "Tinggal di apartemenku aja?" tawarnya.

"Ha? Apa?"

Kulihat Tristan mengangguk sambil tersenyum. "Ini kuncinya"

Ya Allah, sejak kapan lelaki ini berubah menjadi segentle ini? Dulu dia cuek padaku. Apa karena Luna?

Ah wanita itu lagi...

***

Dua bulan kemudian...

Merlyn POV

Semenjak dua bulan yang lalu, aku tinggal di apartemen Tristan. Ya, yang aku sayangkan Tristan tidak tinggal bersamaku. Ia lebih memilih untuk bermalam di rumah sakit untuk menjaga Mama Karin, karena hanya dialah yang 'tidak' memiliki keluarga.

Luna pergi entah kemana sejak kejadian naas dulu, kejadian yang membuat rumahku hangus dan rata seperti tanah. Dan mama, sudah enam bulan gak sadarkan diri. Nyawanya terancam, tapi ia dinyatakan belum meninggal. Hal ini membuatku cukup sedih.

Seperti Tristan, keluarganya, keluarga Luna dan orang-orang suruhan Tristan, aku juga memiliki pertanyaan yang sama.

Kemana Luna?

Masa begitu saja ia menghilang, bagai ditelan bumi saja.

Ting..... tong......

Aku mendengar, bel apartemen Tristan bunyi. Kurasa itu Tristan. Ia memang beberapa kali datang ke apartement ini, untuk mengambil baju buat seminggu atau sekedar mengambil berkas-berkas diruang kerjanya.

Mungkin ia bisa saja menyuruhku untuk mengambilkan berkas itu, dan memberikannya di kantor, tapi itu tidak ia lakukan. Bahkan asal kalian tau, ruang kerjanya di kunci, dan bahkan kamarnya dengan Luna dulu juga dikunci.

Aku tidur di kamar yang satunya lagi, yang juga cukup luas, tapi tidak seluas kamar 'mereka', aku tau karena aku sudah beberapa kali datang ke apartemen ini. Dulu saat aku berpacaran dengannya. Sekitar dua tahun yang lalu....

Kulangkahkan kakiku dari ruang tamu ke pintu apartement ini, saat aku membukanya, aku tak menyangka siapa yang menjadi tamuku di siang bolong begini...

Bitter-Sweet Wedding ✅Where stories live. Discover now