Mengapa mengingat hal itu saja sanggup membuat hatinya terasa pedih?
Pemuda itu mengerutkan alis, bertanya-tanya tentang perasaannya sendiri. Untuk pertama kalinya dia merasa demikian. Dia sering membuat wanita menangis. Para gadis yang menyatakan perasaan padanya, bahkan ibunya sendiri. Axel tidak peduli. Air mata mereka tidak mampu menggerakkan emosi apa pun dalam benaknya, tapi Aria berbeda. Melihat Aria menangis lebih menyakitkan daripada melihat adiknya menangis.
Apakah aku sudah keterlaluan?
Nuraninya menjawab 'ya' dengan pelan dan lirih. Dia dapat melihat bagaimana Aria begitu senang mendapatkan CD itu dari Ji Wook dan hal itu membuatnya murka entah mengapa. Axel tidak suka melihat bagaimana Ji Wook dengan mudah dapat membuat Aria tersenyum manis. Mata gadis itu berbinar ketika bertemu pemuda keturunan Korea tersebut sementara mata yang sama menatap sengit ke arah Axel. Apa yang dimiliki pemuda sialan itu hingga mampu membuat Aria bahagia?
CD sialan itu!
Axel memukul sofa dengan tinjunya untuk meredakan emosi. Membayangkan Ji Wook benar-benar memperburuk mood-nya. Dia berusaha memfokuskan diri kembali kepada Aria. Betul, gadis itu adalah masalah utama. Axel sadar kalau perasaannya tidak akan membaik sebelum dia melakukan sesuatu, tapi apa yang harus dia lakukan?
Axel teringat pada buku biru yang selalu dia bawa. Segera saja membuka-buka buku itu secara acak, berusaha mencari petunjuk untuk memecahkan rahasia Aria. Matanya terantuk pada baris-baris kata dengan sebuah kata berulang di sebagin besar halaman buku itu, BTS.
Aku berlari dan berlari
Kubungkam dunia dengan nada
Teriakan dan amarah terganti oleh alunan indah
Ketika jiwa ini penat dan lelah, suaramu yang menjadi jawaban
Menghapus jarak, untuk bertemu yang terkasih
Di akhir bait-bait itu ada sebuah tanda love besar dan tulisan BTS. Axel memasukkan kata kunci BTS ke dalam mesin pencari. Dia tahu kalau mereka adalah grup band korea yang baru saja meluncurkan album terbaru. Seketika amarah Axel tersulut ketika melihat salah satu personilnya begitu mirip dengan Ji Wook. Namun, dia berusaha untuk tetap fokus. Axel ingat, benda yang dia patahkan juga memiliki tulisan BTS di sampulnya. Tidak perlu menjadi detektif untuk bisa menebak kalau yang dia patahkan adalah album tersebut.
Axel segera mencari tahu dan begitu hasil pencarian keluar, terpampang harga benda itu yang sebenarnya. Tidak terlalu mahal, tapi mungkin bagi Aria harga itu adalah uang makannya selama sebulan. Rasa bersalah semakin mencengkram Axel erat tapi egonya menolak untuk menyerah. Dia menutup kembali website tersebut dan tepat pada saat itu seorang pelayan berpakaian seksi masuk sambil membawa lima gelas kecil pesannya. Axel menegak semuanya dengan cepat.
Ji Wook berjalan cepat melintasi koridor-koridor kelas dengan diiringi tatapan mata para siswa. Dalam pikirannya hanya terbayang bahwa dia akan meminta Axel untuk tidak lagi menganggu Aria. Perlakuan Axel dan Sophia sudah keterlaluan. Terlepas dari kedekatan dirinya dan Aria, penggencetan tidak boleh terjadi di CHS. Dirinya sebagai bagian dari komite siswa tidak akan mengizinkam hal itu terjadi di sekolah multikultural terbaik di seluruh New York.
"Di mana aku bisa bertemu Axel?" Ji Wook bertanya pada Sophia dia temui di lorong. Sudah dari pagi dia mencari pemuda itu, tapi dia tahu Axel tidak pernah datang tepat waktu. Jam istirahatlah kesempatannya, walau dia harus membuang kesempatan untuk bertemu dengan Aria. Setidaknya gadis itu sudah lebih ceria setelah diajak makan kemarin.
Sophia tidak langsung menjawab. Dia melemparkan tatapan menilai ke arah Ji Wook sebelum tersenyum manis, mengakui bahwa pemuda di hadapannya cukup menarik.
"Aku tidak tahu, jika aku tahu, aku sudah berada di sisinya sekarang," jawab Sophia acuh tak acuh, sambil memperhatikan kukunya yang baru saja di-manicure. "Dia tidak masuk ke kelas di paruh waktu pertama, coba saja cari di tempat parkir, mungkin dia baru datang."
"Terima kasih," balas Ji Wook tak lupa tersenyum sopan. "Oh ya, Miss Huggens, aku hanya memberi tahu kalau komite kesiswaan dan dewan guru tidak ingin ada siswa yang di-bully di Crown High School."
Raut wajah Sophia berubah menjadi geram tapi gadis itu tidak berkata apa pun dan hanya memandang punggung Ji Wook yang pergi. Nanti saja dia berurusan dengan Sophia. Saat ini Axel adalah yang utama. Ji Wook berjalan menuju tempat parkir yang terletak cukup jauh dari gedung utama. Rata-rata murid di sini diantar menggunakan sopir pribadi, hanya sedikit sekali yang membawa kendaraan.
Setibanya di sana, dia langsung menangkap sesosok pemuda yang baru saja memakirkan sepeda motor berwarna merah. Seulas senyum langsung muncul di wajah Ji Wook. Hari ini dia sedang beruntung. Ji Wook mempercepat langkahnya dan mencegat Axel.
"Halo, Tuan Muda Davis," ucap Ji Wook penuh sarkasme. "Ada yang ingin aku bicarakan."
Ji Wook menggenggam erat tangannya untuk menekan emosi sementara dia tahu, Axel juga melakukan hal yang sama. Sepertinya percakapan ini tidak akan berakhir baik.
4 sept 18
Ngantuk parah wkakaka tp aku kudu ikut kelas mentoring (aku yg jd murid). Kopi mana kopi? Wakakka trus sariawan.
Btw kan next part Insya Allah kak Toro yg nulis. Kira2 bakalan gelut gimana itu Axel n Ji wook? Apa gelut gurindam? (Oldies) wakakaaka
Ga bosen ingetin, ADA GIVE AWAY di works ku yang Amore in Sardegna ini. Langsung ke bab terakhir, ya!
Shirei tunggu
KAMU SEDANG MEMBACA
END Posessive Bad Boy and My Nerd Fangirl x Dunia Remaja Tanpa Batasan
Teen FictionWARNING : 18 + jika memang pengin ada peringatan. Apa yang terjadi jika seorang bad boy paling tampan di New York harus menyaksikan seorang nerd girl pecinta puisi dihadapkan pada tuduhan pencurian CD eksklusif BTS yang terbaru? Apakah Axel Jr. aka...
Bad boy's Feeling - 12 - Pertemuan yang Disengaja
Mulai dari awal