{L}

19 3 0
                                    

"Kenapa Ahsani bisa sama lu, dan kenapa lu yang ngangkat telfon ahsani?”

“Memang kenapa kalo gue yang ngangkat telefon Ahsani heum?”

“Diem ya lu! Sekarang mending lu kasihin ponselnya ke Ahsani deh!”

“Kan…udah gue bilang Ahsani lagi tidur”

Senang sekali rasanya bisa mempermaikan perasaan saudariya ini.

“Ahsani lagi tidur? lu habis ngapain sama Ahsani ha?”

Dari suara Zahra kentara sekali dengan liputan amarah, mendengar ha itu malah semakin membuat Arshi senang bukan kepalang.

“Tebak dong?” Arshi menatap Ahsani yang malah semakin menengelamkan wajahnya diboneka tadi, pasti cowok itu sangat lelah.

“Sialan lu, awas aja ya….gue gak akan biaran lu ngerebut Ahsani begitu aja”

“Tenang aja, gua gak akan ngalah seperti yang dulu”

“Diem ya lu jalang!”

“Okey, gue bakal diem bu ustadzah”

Arshi menatap dengan puas panggilan yang diputuskan sepihak oleh Zahra, ia tau pasti Zahra sangat kelimpungan sekarang, adiknya itipasti sangat takut jika Ahsani jatuh ketangannya, lihat saja adikku sayang ini baru permulaan, siapkan saja mentalmu karena masih ada banyak kejutaan yang menunggumu.

Saat Arshi ingin menaruh ponsel Ahsani lagi lagi sebuah panggilan masuk, kali ini dari Fadil kakaknya Ahsani.

“Ahsani….bangun, hey….bangun” Arshi menyentuh pundak cowok itu dan sedikit mengoyangkannya.

Merasa ada yang mengusik tidurnya, cowok itu membuka matanya, mengerjakan matanya beberapa kali, sejak kapan ia tertidur?.

“Kenapa?” Ahsani duduk dengan mata setengah terpejam, sumpah dia ngantuk sekali.

“Kakak  kamu telfon” Arshi menyerahkan ponsel itu ketangan Ahsani, ia ikut duduk disamping cowok itu, ia mengambil remot tv mencari acara yang mungkin menarik untuk dilihat.

Ia memang menonton tv tapi juga mendengarkan percakapan Ahsani dengan kakaknya.

“Ar….aku pulang dulu ya, abangku udah nyuruh pulang”

Ahsani memakai kemejanya yang sudah dikeringkan oleh Arshi tadi, ia berjalan keluar diikuti Arshi dibekangnya.

“Makasih ya Ar….sudah ngeringin baju aku”

“Iya.., aku juga makasih buat semuanya” Arshi menunjuk tumpukan boneka disofa ruang tamunya.

“Ya…udah aku mau pulang, Assalamungaliakum” Sebelum Ahsani pergi Arshi dengan iseng mengambil tangan cowok itu dan menciumnya.

“Walaikumsalam” Arshi tersenyum tangannya melambai kepada Ahsani.

Cowok itu berbalik arah dengan kikuk, sungguh ia tidak menduga sama sekali jika gadis itu akan melakukan hal sepereti ini, jantungnya berdekat dengan kencang bahkan tidak berhenti sampai ia masuk kedalam bus atau mungkin tidak akan berhenti samapi ia tidur.




Zahra membanting ponselnya ke ranjang, sialan….bagaiman bisa Arshi sampai kenal bahkan menjadi dekat dengan Ahsani, apa cewek itu berniat merebut calon tungannya, apa saudari tercintanya itu mengajaknya untuk bermain api? Apa dia tidak kapok sudah ia buat pergi dari rumahnya sendiri? Jika memang saudarinya itu mengajak untuk perang maka ia kanndengan senang hati meladeninya.

Nikung?Where stories live. Discover now