The Past

2.3K 149 1
                                    

Tak ada yang tahu bagaimana rasanya menjalani masa kanak-kanak tanpa teman. Itulah yang aku rasakan.

Bisa bayangkan selama 6 tahun semasa sekolah dasar aku hanya mempunyai seorang yang dipanggil 'teman' dalam tanda kutip. Maksudku adalah, mereka yang ku sebut teman hanya akan datang di saat perlu atau mereka merasa kesepian. Sisanya? Ya bisa di bayangkan.

Temen sebaya ku lebih mengenal kata 'teman dekat' atau bisa dibilang genk. Di masa sekolah dasar pun, aku pernah merasakan yang namanya sendiri tanpa teman dan merasa kalau diri kita berbeda dari kumpulan anak disekolah. Merasa kalau kita mempunyai banyak kekurangan tidak seperti mereka yang mempunyai banyak kelebihan. Itu yang sering ku rasakan selama masa kecilku.

Aku adalah anak pendiam yang bisa dibilang memiliki otak yang pas-pasan dalam segala hal. Berbeda dengan mereka yang lebih unggul dalam hal akademik dan itu sebabnya mereka tak mau berteman denganku.

Flashback On

Vira dengan pakaian putih merahnya, duduk sendiri di depan kelas. Dihadapan Vira ada segerombolan anak-anak perempuan yang asik bermain dan bercengkrama. Vira hanya bisa melihat teman-temannya bermain karna Vira termasuk anak yang terlalu malu dan tak berani ingin mengajak anak lain bermain dengannya.

Diantara segerombolan anak peremuan itu, Vira mengenal dekat seorang anak perempuan yang berkulit hitam dengan badan yang sedikit gemuk. Anak perempuan itu bernama Vika.

Vika adalah teman dekat Vira lingkungan rumahnya. Vika juga tetangga sekaligus teman bermain di lingkungan rumah tapi tidak di sekolah. Vika tipe orang yang mudah bergaul dan pintar di kalangan daerah rumahnya. Itu sebabnya Vira jarang sekali bermain dengan Vika jika di sekolah.

Mereka sedang bermain karet sembari tertawa. Tapi setelah mereka bermain. Mereka ingin pergi ke kantin sekolah. Tapi langkah mereka terhenti karna ucapan Vika.

"Khanza, bisa tidak kita ajak Viera main bersama?" Tanya Vika.

"Terserah kau." Ucap cetus dengan wajah arrogant-nya.

Viera yang mendengar ajakan Vika seketika terhempas begitu saja saat melihat ekspresi tak rela lebih tepatnya memandang rendah Viera.

Vika tersenyum. Vika-pun beralih pandangan ke Viera.

"Ayo, Viera kita main bersama." Ajak Vika senang.

Viera melihat wajah Khanza yang seperti tak suka jika Viera bergabung. Viera pun mengarahkan pandangannya ke beberapa teman Vika yang terlihat dari wajah mereka jika mereka tipe orang yang hanya bergaul dengan beberapa orang terpilih.

Viera tersenyum masam dalam hati. Nyalinya seketika ciut saat ingin bergabung main dengan kelompok Vika.

Viera tersenyum. "Tidak Vika. Makasih."

"Kenapa? Kamu bisa main dengan kita kok." Viera tersenyum paksa dan menggeleng.

"Engga Vika." Lagi-lagi Viera tersenyum terpaksa saat melihat wajah Khanza yang terlihat sangat tidak suka.

"Baiklah, kami ke kantin dulu ya?" Viera pun menjawab dengan anggukan. Seketika wajah Khanza yang tadinya terlihat tidak suka langsung tersenyum senang dan meninggalkan Viera sendiri tanpa teman.

Karna teman kelasnya semuanya mempunyai teman tidak seperti dirinya. Sendiri.

Flashback Off

The Mysterious Man-[Viera Putri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang