[20] Tahap Kedua Puluh

2.3K 317 80
                                    

Mengusir rasa sedihmu

●●●●●

Zelia tak bisa berhenti tertawa saat ia melihat Agha yang sedang kesulitan dengan berbagai tali yang melilit di tubuhnya. Beberapa saat yang lalu, ia tiba di sebuah rumah yang berisikan banyak anak kecil di dalamnya. Tadi Agha sempat mengatakan kepadanya bahwa ini adalah rumah singgah bagi para anak-anak yang bekerja sebagai pemulung atau pengamen.

Anak-anak yang tidak bisa merasakan pendidikan serta mencicipi manisnya dunia anak-anak yang seharusnya. Rumah singgah ini didirikan oleh Kakek Udo yang tahun lalu wafat.

"Kakek Udo itu kakek lo, Gha?" tanya Zelia saat mereka masih di perjalanan.

"Bukan. Gue ketemu Kakek Udo di pasar waktu itu," sahut Agha dengan deru napas yang sedikit terdengar kelelahan.

"Ngapain lo ke pasar?" Zelia menoleh ke arah Agha di belakangnya. "Nemenin ibu lo belanja?"

Agha menggeleng cepat. Kemudian ia menarik tuas rem dan berhenti tepat di depan rumah singgah. "Enggak. Gue ke pasar nyari kodok hidup. Kata Rio ada yang jualan kodok di pasar."

Zelia membelalakkan matanya terkejut. Sejak kapan ada yang berjualan kodok di pasar?

"Gue masuk ke pasar sendirian, keliling-keliling trus ga nemu yang jual kodok. Pas mau balik, gue malah nyasar. Ga bisa keluar dari pasar. Untung aja, pas di dalem ketemu sama Kakek Udo yang mau pulang gara-gara dagangannya habis. Gue dibantuin keluar dari pasar. Habis itu, gue baru tau kalo gue dibohongin sama Rio. Gak ada yang jualan kodok di Pasar!" terang Agha dengan raut wajah yang kesal.

Zelia kembali tertawa keras. "Jangan percaya dia kalo masalah pasar gitu. Ke pasar aja belom pernah si Rio tuh! Lagian kok lo bisa nyasar sih si dalem pasar?"

Agha turun dari pedal becaknya kemudian berjalan menuju ke depan becaknya. "Gue gak ngerti sama ibu-ibu yang bisa keluar masuk dengan mudahnya di dalem pasar yang udah kayak labirin itu."

Zelia tertawa seraya menepuk sebelah pundak Agha beberapa kali. "The power of emak-emak."

Dari percakapan itulah yang membuat Zelia semakin tidak mengerti akan jalan pikiran Agha yang luar biasa unik itu.

Lihatlah sekarang! Bahkan Agha kini sudah terjatuh akibat kakinya juga terlilit oleh tali itu. Seluruh tubuhnya dililiti oleh tali-tali yang tadi sedang ia pasang untuk membuatkan anak-anak di sana sebuah ayunan. Agha terus berteriak minta tolong sambil menggeliat, namun anak-anak di sana hanya tertawa melihatnya.

Sesekali Zelia melihat Agha juga ikut tertawa namun ia terus berusaha berakting layaknya orang yang sedang menderita. Benar-benar aktor yang buruk, pikirnya.

Zelia akhirnya berjalan menuju kerumunan itu kemudian berjongkok di samping wajah Agha yang nampak sangat menderita. "Kak, jangan dibantuin! Biarin aja Kak, gitu terus. Sombong sih!"

Agha mengacungkan telunjuknya ke arah seorang anak yang baru saja berbicara dengan Zelia. "Heh! Kapten kuda! Kamu nanti kakak turunin pangkatnya, ya kalo ngomong gitu."

"Gak bisa! Teman-teman, ayo serang Raja Alien aneh ini!" seru salah seorang anak lain yang mengenakan jubah merah.

Seketika seluruh anak-anak yang berkumpul semuanya menubruk tubuh Agha kemudian mengelitiki sekujur tubuh Agha yang masih terikat.

"AMPUUN!! IYA IYA AMPUUN!! AH ENGGAK! JANGAAAANNNN!HAHAHAHAHA!" Begitulah pekikan Agha saat ia diserang.

Zelia memandang semua hal itu dengan bahagia. Sepertinya dunia ajaib ini tidak buruk juga. Ia menoleh saat sebuah tangan lembut menepuk pundak kanannya. "Zeze," panggilnya.

31 Ways to Get You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang