31. Agresif(?)

Mulai dari awal
                                    

Akan tetapi tepat pada menit ke 2.56, tiba-tiba Adnan menyentuh ikon pause bersamaan dengan mengangkat bahunya, sampai posisi rebahnya berubah menjadi terduduk di tengah ranjang. Lalu ia mendekatkan wajahnya demi melihat sesuatu dalam video tersebut lebih jelas. Ternyata ada satu hal yang terlewat dari penglihatannya malam kemarin. Adnan melewatkan topi berbahan levis yang dipakai orang itu di balik tudung hoodie-nya.

🍐

"Jadi, dalam matematika itu biasanya ada beberapa rumus. Kita harus pintar-pintar dalam memilih rumus yang akan dipakai ketika ujian. Pilihlah rumus yang―"

KRING!!!

Seketika banyak seruan batin yang heboh dalam kesenyapan ketika bel berbunyi memotong penjelasan Bu Hanny yang tengah menerangkan segala macam rumus yang hanya dimengerti oleh 20% dari 100% jumlah siswanya dalam kelas. Tidak ada seorangpun yang bisa memungkiri, kalau dering bel kali ini memang benar-benar seperti dewa penyelamat bagi seluruh anak-anak asrama.

Di saat yang lain masih bersiap-siap, menunggu Bu Hanny mengizinkan keluar kelas, tiba-tiba Adnan sudah beringsut duluan tanpa bicara atau mengucap izin apapun pada wali kelasnya sendiri yang masih berdiri tegap di depan papan tulis. Seluruh pasang mata mengikuti arahnya berlari yang hanya bisa dijangkau sampai balik pintu kelas. Bukan cuma teman-teman sekelasnya, ataupun Bu Hanny, bahkan keempat teman sekamarnya yang lain pun ikut heran dan tidak tahu mau apa anak itu, sampai ia lupa membawa ransel juga merapikan alat tulisnya sendiri yang masih berserakan di atas meja.

🍐

Backward to 3 minutes ago.

Adnan memerhatikan apa yang ada di depan kelas dengan kedua mata yang nyaris terpejam, mulut yang entah sudah berapa kali menguap, juga pikiran yang hanya berisi kasur empuk, dan... Nasya. Bukan cuma Adnan, pun dengan yang lainnya yang sedang berjuang melawan ngantuk yang kian menyiksa mata masing-masing. Pasalnya, bukan hal mudah, bagi anak-anak kelas X - Delapan yang hampir semua dari mereka memiliki kadar otak di bawah standar rata-rata, untuk belajar hitung-menghitung tiga jam sekaligus di akhir jam pelajaran demi merapel jadwal mimggu lalu ketika Bu Hanny tidak bisa mengajar lantaran ada rapat dengan para petinggi asrama. Jangankan matematika, tidak jarang mereka juga mengelukan pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa sehari-hari mereka sendiri.

Namun tiba-tiba saja bayangan seseorang yang membawa hoodie hitam di tangannya, yang tertangkap dengan ujung mata Adnan melalui jendela kaca ruang kelasny, dalam sedetik ampuh membuat rasa kantuknya yang semula menggila, kini lenyap, dan langsung berganti kerutan di dahinya. Adnan ingin bangkit, akan tetapi terpaksa harus ia urung selama kurang lebih satu menit karena dia tidak mungkin meninggalkan kelas sebelum waktunya. Karena bagaimana pun juga, bayang-bayang surat perjanjian yang diberi Madam Loly tidak mungkin main-main.

KRING!!!

Tanpa banyak berpikir, kaki Adnan langsung bergerak cepat mengambil banyak langkah, sebelum ia ketinggalan jejak orang itu seperti kemarin. Masa bodoh dengan tas dan alat tulisnya, Adnan benar-benar tidak peduli. Yang terpenting, ia keluar kelas tanpa melanggar peraturan. Karena walau ia harus secepatnya membuktikan kalau bukan dia dan teman-temannya yang melakukan teror di Lawden Hall, ia tetap harus mempertimbangkan segala resiko yang ditanggungnya jika sampai dirinya bertindak gegabah.

Syukurlah saat di depan pintu, saat kepalanya menoleh ke arah berlalunya orang itu, Adnan masih sempat mendapati sosok orang itu berjalan membelok meskipun sekilas. Tentunya Adnan langsung berlari mengejar sekaligus mengikuti, namun pikirannya berusaha untuk tidak melupakan kenyataan bahwa dirinya lagi-lagi sedang mengikuti secara diam-diam. Dan Adnan pastikan kali ini orang yang dicurigainya itu tidak menyadari keberadaannya. Sehati-hati mungkin Adnan menjaga jaraknya langkah cepatnya, meskipun matanya tidak sedetik pun berpaling dari punggung orang itu. Orang yang sama dengan hoodie hitam yang Adnan pastikan juga sama dengan yang dikenakannya kemarin.

Adnan seringkali was-was, tiap tiba-tiba laki-laki berperawakan tinggi, kurus, alias jangkung itu selalu menyempatkan diri untuk menengok sekelilingnya sebelum mengambil langkah ke area berikutnya yang harus ia lalui. Seperti sekarang, tepat di depan pintu kamar yang bertempelkan tag 368 lantai delapan, pandangan orang itu menatap jauh keadaan sekelilingnya secara tiba-tiba.

Untungnya Adnan dengan cekatan berhasil menarik diri ke balik pot bunga berukuran besar yang terpajang menghiasi sisi lorong dengan jarak sekitar tiga meter antara pot satu dengan pot yang lainnya, sebelum orang itu melihatnya. Di balik tempat persembunyiannya, Adnan berpikir, jika sudah seperti ini yang terlihat, bagaimana Adnan tidak curiga? Siapapun wajar untuk mencurigai orang itu. Terlebih, tadi orang itu juga memilih memakai tangga darurat untuk mencapai lantai ini, ketimbang lift yang setahu Adnan di dalamnya terdapat CCTV. Sangat mencurigakan, bukan?

Setelah sekitar tiga sampai empat detik, Adnan meninggikan kepalanya di balik daun yang tumbuh dalam pot besar tersebut. Akan tetapi sosok orang yang diikutinya sejak tadi seketika tidak ada, menghilang tanpa ada jejak atau tanda ke mana menghilangnya. Namun Adnan tidak merasa pusing mencari tau ke mana perginya, karena Adnan yakin, orang itu pasti masuk ke dalam kamarnya.

Adnan yang masih mengintip-ngintip terlebih dahulu sebelum keluar dari tempatnya bersembunyi, tahu-tahu saja dikagetkan saat ia merasa seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Tepukan itu seketika mampu membuat tubuhnya seperti benar-benar tidak bisa digerakkan. Membuat jantungnya sungguh berdetak tidak beraturan dalam tiap tarikan napasnya. Dalam kebekuan susah payah Adnan meneguk salivanya yang saat itu terasa seperti kerikil tajam sampai-sampai tenggorokannya sakit. Dalam sekejap mentalnya persis seperti mental tempe yang bahkan untuk menoleh saja tidak berani.

===

To be continue...

A/n: Si Nasya gak peka sama perasaannya sendiri. Sedangkan si Adnan, gak peka sama perasaannya Nasya. Yaudah deh, pas.

btw, berhubung kemarin gak begitu rame, jadi aku molor update sehari yaa hehehe😅

Emerald Eyes 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang