CHAPTER 12. BERSEMBUNYI

Start from the beginning
                                    

***

Pagi ini Sam menunduk takut. Wajah Xander begitu mengerikan.

"Jadi?" Suara Xander membuat Sam tersentak. "Violetta kemana?" Tanya Xander.

Sam tidak berani menjawab.

"Natasha," celetuk Xander. "Natasha apa kabarnya, ya?" Xander tersenyum licikk. Seketika Sam langsung bersujud di hadapan Xander.

"Ampun, Boss! Jangan libatkan Natasha dalam hal ini," pinta Sam. "Aku akan mencarinya bagaimanapun caranya," ucapnya ketakutan.

"Hm? Tapi kau tidak menemukannya, 'kan? Kau hanya kutugaskan untuk mengawasi seorang wanita. Bagaimana bisa ia kabur tanpa jejak," Xander melempar gelas winenya ke dinding hingga pecah. Segera para pelayannya membersihkan sisa tumpahan dan pecahan winenya.

Xander berdiri. Ia mondar mandir. Lalu ia teringat sesuatu. Ia masuk ke ruang kerjanya dan kembali dengan membawa sebuah amplop.

"Bobby!" Teriak Xander keras. Bobby pun muncul di ruangan. Tampak mulutnya masih mengunyah. Rupanya ia sedang mencicipi masakan Margareth.

"Kirim ini ke kantor Violetta. Pastikan ada yang menerimanya!" Xander melempar amplop itu ke hadapan Sam hingga berhamburan isinya. Sam membelalak. Itu foto foto Violetta yang hanya terbalut selimut. Mulut Sam seolah kaku.

"Baik, Bos!" Jawab Bobby. Ia memungut amplop beserta isinya dan menyimpannya. Ia lalu pergi melaksanakan tugasnya.

"Tapi, Bos, itu-" Sam mencoba mengubah rencana Xander tapi sia sia.

"Natasha taruhannya, Sam," Xander melotot. Ia kembali melempar sebuah amplop lain. Dengan ragu Sam membukanya.

Sam langsung menutup amplop itu dengan cepat. Foto dalam amplop selanjutnya, bukanlah foto main main yang boleh ia sebar. Di dalam foto itu, Violetta benar benar terekspos tanpa selimut yang menutupinya. Ia bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh Violetta.

"Jika malam ini dia tidak kembali, sebar amplop kedua itu," ujar Xander. "Dia harus kembali. Jika esok tidak kembali, maka Natasha taruhannya!" Ancamnya marah.

Tangan Sam gemetaran memegang dua amplop itu. Ia tidak boleh menyebarkan foto itu. Tapi Natasha, ia dalam bahaya. Gejolak pertentangan memenuhi pikirannya mendadak membuat kepalanya pusing.

"Jadi, lakukan apa yang bisa kau lakulan untuk menemukan Violetta sebelum malam ini," Xander mendengus kesal lalu berangkat ke kantornya.

Sementara itu, Violetta terbangun saat ponselnya berbunyi.

"Halo?" Sapa Violetta sambil mengucek matanya.

"Selamat pagi, Violetta. Kau baru bangun?"

"Ah, Dom! Selamat pagi. Ya, aku baru bangun. Rasanya malam ini aku benar benar tidur nyenyak. Apa kau sudah di kantor?"

"Ya, aku sudah di kantor. Aku sudah memberitahu boss bahwa kau sakit dan terpaksa harus absen. Kau beristirahatlah. Aku sudah menghubungi pemilik minimarket dan toko pakaian yang semalam kuceritakan padamu. Pukul sepuluh nanti, mereka akan mengirimnya. Cek dahulu dari jendela kecil di pintu apa benar itu mereka," pesan Dom.

Violetta tersenyum. "Dom, tidak usah merepotkan dirimu. Aku baik baik saja disini,"

"Tetap saja kau sendirian disana, oh tunggu, bos memanggilku. Nanti kuhubungi lagi, ya," Dom menutup teleponnya.

Violetta menarik nafas panjang. Ia menatap ke langit langit ruangan. Rasanya, beban berat yang selama ini membelenggunya, runtuh seketika.

Di kantor, Dom keluar dari ruangan bossnya.

"Ada apa?" Teman temannya penasaran mengapa boss yang pendiam itu memanggil bawahannya.

Dom hanya tersenyum penuh rahasia. "Rahasia," jawab Dom disahut oleh sorakan teman temannya.

"Untuk Nona Violetta Liliane, ada kiriman," security masuk ke ruangan dan mencari Violetta.

Dom menghampiri. "Dia sakit. Dari siapa?" Dom menerimanya. Si Security menggeleng. "Kata si pengirim, ini kejutan kecil. Nona Violetta akan tahu jika membukanya." Jawabnya.

Dom mengerutkan dahinya. "Terima kasih, Pak," ucap Dom. Security itu pun pergi.

"Buka saja," celetuk Patrick.

Dom yang penasaran setuju. Ia lalu membuka amplop itu. Jantung Dom berdetak kencang saat ia melihat isi dari amplop itu.

"Dom? Kau kenapa? Wajahmu pucat!" Tanya Livia.

Dom tidak merespon. Ia mencoba untuk tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat, foto foto Violetta dengan keadaan yang berantakan, hanya berbalut selimut. Tidak hanya satu tapi belasan foto dengan berbagai sudut kamera.

"Dom?" Panggilan Livia menyadarkan Dom. "Apa isinya?"

Dom perlahan menoleh ke arah teman temannya yang menunggu responnya. Mereka bingung melihat ekspresi Dom yang begitu terkejut. Dengan tangan gemetaran, Dom memasukkan amplop itu ke dalam tasnya. Tidak ada yang boleh melihat itu.

"Apa isinya?" Tanya Nicole.

Dom menggeleng. "Tidak ada, hanya tagihan kartu kreditnya," jawab Dom.

Sementara teman temannya kembali bekerja, Dom hanya mematung di depan layar komputernya. Iya begitu bingung hingga pertanyaan berputar di kepalanya. Ia harus menemui Violetta secepatnya.

ALEXANDERWhere stories live. Discover now