2

998 148 3
                                    

Aku memandang langit malam yang penuh dengan kerlap-kerlip bintang yang terang, diatas sana mereka seolah berkata kepadaku untuk terus tersenyum walaupun aku terluka.

Siapa yang tidak terluka saat kau harus berbagi pria yang kau cintai? Hanya orang bodoh kurasa, ya aku yang bodoh karena merelakan Jongin.

Aku dan Jongin sudah menjadi sepasang kekasih sejak 4 tahun lalu, dia melamarku namun aku belum bisa menerima Jongin. Aku takut jika Jongin akan menjadi seperti Ayahku, memperlakukan Ibuku seenaknya dan memukuli Ibuku hingga nyawa beliau terenggut. Aku takut memulai hubungan dengan pria semenjak kematian Ibuku.

Ayahku dipenjara dan sekarang tinggalah aku sendiri, rumahku terlalu besar dan menyimpan kenangan buruk maka dari itu aku memilih membeli apartment dan tinggal disana, rumah yang ditinggalkan orangtuaku diurus oleh Bibi Han dan aku akan mengunjungi rumah itu saat ingin.

Terlalu banyak luka disana, aku membenci itu bahkan hidupku sendiri sebelum bertemu Jongin yang memberikanku semangat besar untuk bangkit dan tersenyum, Jongin menyayangiku dan mengasihiku seperti aku ibunya dan sekaligus kekasih. Hubungan kami sangat serius karena terhitung 6 tahun sudah aku mengenal Jongin, perlu 2 tahun untuk Jongin meluluhkan hatiku dari rasa takut. Karena hubungan kami sejak masa bersekolah adalah teman namun Jongin menyadari ada rasa lain dan membuatku yakin perlu waktu untuknya

Aku takut berkomitmen, apalagi dalam pernikahan yang membuatku hampir gila semenjak Jongin melamarku, keluarga Kim sangat baik padaku hingga aku merasa kasihan pada Ibu Jongin yang bersabar menunggu jawabanku, namun semua orang sabar memiliki batas bukan? Paman Kim akan menikahkan Jongin dengan wanita lain alasan dengan perusahaan, aku sempat benci pada Jongin namun kudengar dari Naeun jika Jongin hampir membunuh calon istrinya, maka dari itu aku memaafkan Jongin yang tidak bersalah sama sekali.

Aku merelakan Jongin menikah dengan wanita itu karena bisa saja Jongin mencelakai wanita itu lagi, aku tidak ingin Jongin menjadi pembunuh.

•••

"Ya, aku akan pulang sebentar lagi."

"...."

"Oh astaga Naeun bisakah bersabar sedikit?"

"..."

"Aku pasti akan mengambilkan jurnalmu dan mengantarnya, cukup tunggu saja jangan mengoceh! Telingaku sakit karena ocehanmu."

"...."

"yayaya baiklah kututup teleponnya."

Myungsoo mengusap telinganya, dia baru saja diomeli Naeun karena Myungsoo terburu-buru jadi jurnal Naeun tertinggal dan berakhirlah sekarang Naeun memaksanya pulang.


Myungsoo berjalan memasuki rumahnya yang sepi, sepertinya Jongin sudah berangkat ke Jepang hari ini dan orangtuanya berlibur ke Jeju.

Saat Myungsoo melangkahkan kakinya menuju kamar Naeun yang tepat berada disebelah kamar Jongin, Myungsoo tidak sengaja melihat pintu kamar Jongin yang terbuka sedikit.

"Sepertinya dia lupa mengunci kamarnya, padahal sejak dulu dia melarang orang masuk kesana." Myungsoo menarik pintu itu hingga menutupnya namun matanya tak sengaja menjelajah kamar Jongin yang gelap.

Myungsoo menarik kenop pintu itu dan membukanya, sepertinya dia harus melupakan mengambil jurnal Naeun dan harus melihat kamar rahasia itu dulu.

Broken [3]On viuen les histories. Descobreix ara