16. Dying.

6.8K 896 57
                                    

Jungkook membeku di tempatnya yang tak jauh dari posisi duduk Taehyung. Rasa takut yang lama ditekannya, kini tak bisa ditahannya lagi. Entah harus berapa kali mengatakan kalau hidupnya berada di tangan pangeran sekolah itu.

"T-taehyung. . ." Cicitnya pelan, memohon agar amarah Taehyung tidak meledak begitu saja melihat dirinya yang berupaya untuk melarikan diri lagi.

"T-taehyung, aku menyukaimu! Aku mencintaimu! Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. A-aku akan. . ." Taehyung tertawa keras.

Pria itu melebarkan kedua tangannya dan mengambil nafas dalam-dalam. "Kau melakukan penyamaran yang baik, Jungkook. Aku hampir luluh dengan tangismu tadi." Lelaki psikopat itu mendecih, merasa perasaan kasihan untuk sanderanya itu percuma, sia-sia. Jungkook itu sama sekali tak pantas untuk dikasihani.

"T-tidak. Itu tidak benar-. . ." Jungkook merangkak, memeluk sebelah kaki Taehyung dengan erat. Pemuda manis itu benar-benar memohon agar dirinya tak dihabisi. "Tolong biarkan aku hidup kali ini, Taehyung.

Aku mohon- maafkan aku. Aku mohon, Taehyung. . ." Mata bulat itu berair. Jungkook terisak pelan di bawah sana.

"Berhentilah. Berapa banyak lagi kau akan mengucapkan kata memohon seperti itu, Jungkook?" Taehyung berucap santai, masih dengan earphone di telinganya. "Kau selalu mengatakan hal seperti itu. Aku tidak bisa mengatakan bahwa itu benar atau tidak soal kalimatmu." Taehyung merasa seratus persen ditipu oleh tampang memelas Jungkook.

"Diluar hujan lebat."

Jungkook hanya ingin keluar, menghirup udara segar.

Ia hanya ingin pulang ke rumahnya. Sangat ingin kembali ke rumah, persetan dengan sang paman. Jungkook hanya ingin pulang.

BRAK

Taehyung mendecih melihat Jungkook yang tergelincir dari tempatnya tadi. Sandera nya itu kini merangkak di tanah basah tanpa peduli dengan air kotor yang membasahi pakaiannya. Jungkook sama sekali tak peduli karena yang ada diotaknya hanya seputar, bagaimana ia bisa mencapai jalan raya untuk meminta tolong.

"Ck, apa yang sedang kau lakukan, Jungkook?"

Ia tak peduli dengan pertanyaan Taehyung. Yang jelas, dirinya harus dapat mencapai jalan raya sekarang ini.

'Ugh-'

Berhasil.

Ia berhasil mencapai jalan raya yang penuh dengan mobil.

"TOLONG- SELAMATKAN AKU!! SIAPAPUN, TOLONG SELAMATKAN AKU!!" Jungkook teriak sejadi-jadinya hingga dirasa kalau suaranya akan habis.

"Hei, disini tidak ada siapapun. Kau percuma melakukannya, Jungkook. Kau harus berteriak lebih keras, seperti ini-. . ."

"SIAPAPUN- SELAMATKAN PEMUDA INI! APA KALIAN MENDENGAR-? SELAMATKAN PEMUDA INI." Senyum miring terukir di wajah tampan sang psikopat.

Lelaki itu menunduk, mensejajarkan dirinya dengan Jungkook untuk berbisik. "Kau pikir mereka akan kemari? Aku bertaruh kalau mereka hanya bisa mendengar suara hujan saja."

SRAK

'AKH! Taehyung!!!'

Lelaki itu menarik helaian lebat sanderanya, menghentakkan kepala yang penuh dengan berbagai macam cara untuk melarikan diri itu ke jalanan.

"LEBIH KERAS, JUNGKOOK."

"TOLONG SELAMATKAN AKU! SIAPAPUN ITU!"

"LAGI, JUNGKOOK. BERTERIAKLAH HINGGA PITA SUARAMU PUTUS."

"Karena tidak ada siapapun yang akan mendengar teriakanmu. Kau. Percuma. Telah. Melakukan. Hal. Bodoh. Semacam. Itu." Bisiknya dengan diiringi geraman rendah. Taehyung membawa Jungkook dalam pelukannya. "Ayo kembali ke apartemenku. Aku akan membuatkan teh panas untukmu, oke?" Jungkook tak bisa kembali ke sana. Usahanya sudah sejauh ini meski belum berhasil. Tapi setidaknya ia sudah berusaha untuk melarikan diri dari apartemen Taehyung.

Killer +taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang